Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Perdana Menteri India, Narendra Modi, mengumumkan karantina wilayah pada Selasa, 24 Maret 2020. Upaya untuk membendung penularan virus corona baru, Covid-19, itu dilakukan setelah 700 warga India terinfeksi dan 17 orang di antaranya meninggal duni.
Pemimpin Partai Bharatiya Janata (BJP), yang berkuasa, Sundhanshu Mittal, mengatakan, langkah karantina wilayah sebagai sesuatu yang cepat dilakukan. Langkah ini diyakini sebagai cara untuk menahan wabah tersebut agar tidak berkembang.
" Kamu tidak dapat bereaksi spontan terhadap bencana seperti itu tanpa mengevaluasi dan mengantisipasi skala masalah dan melihat kondisi internasional dan konsensus. Banyak keputusan administratif dibuat," kata Sundhanshu, dikutip dari Al Jazeera, Senin 30 Maret 2020.
Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan Keluarga India mengklaim tingkat peningkatan infeksi telah stabil. " Sementara jumlah kasus Covid-19 meningkat, tingkat peningkatannya tampaknya relatif stabil. Ini hanya tren awal," kata seorang juru bicara.
Menurut laporan terbaru oleh badan penelitian medis di negara itu, Dewan Penelitian Medis India (ICMR) menyebut 27.688 tes virus corona telah dilakukan pada Jumat, 27 Maret 2020.
" Sebanyak 691 orang telah dikonfirmasi positif di antara kasus yang diduga dan kontak dari kasus positif yang diketahui," baca pembaruan ICMR.
T Sundaraman, penyelenggara nasional Gerakan Kesehatan Rakyat menyoroti bagaimana tekanan karantina wilayah telah melampaui tekanan penyakit. Sundaraman mengatakan, kekhawatiran terbesarnya yaitu ribuan migran yang merasa diri mereka terjebak saat pemberitahuan karantina wilayah diberlakukan.
" Yang benar-benar mengkhawatirkan adalah migrasi besar-besaran yang telah dimulai di seluruh negeri. Kamu tidak bisa menghentikan angkutan umum seperti itu," ucap Sundaraman.
Sundaraman menyebut, karantina wilayah seharusnya dilakukan secara bertahap. Orang tidak boleh terlantar tanpa pendapatan, tanpa pekerjaan.
" Bahkan di negara otoriter, mereka akan tahu bahwa ini adalah sesuatu yang harus dilakukan negara, " kata dia.
Penguncian juga menyebabkan penutupan layanan kesehatan rutin. Orang dengan penyakit lain sekarang telah terdampar tanpa perawatan kesehatan.
Tetapi, para pemimpin oposisi, analis dan sejumlah warga semakin mengkritik implementasinya. Secara khusus, mereka mengatakan pemerintah tampaknya telah lengah oleh gerakan massa migran setelah pengumuman, yang mengancam untuk menyebarkan penyakit ke daerah pedalaman.
" Pemerintah tidak punya rencana kontingensi untuk eksodus ini," tulis politisi oposisi Rahul Gandhi.
Dia membagikan gambar pekerja migran berjalan jauh untuk pulang ke rumah. Kondisi ini membuat taggar #ModiMadeDisaster adalah menjadi topik paling ramai dibicarakan di Twitter India pada Minggu, 29 Maret 2020.
This happens when an incompetent PM announces lock down with out any plan. Poor people suffer, Ministers enjoy in cozy rooms. Shame! pic.twitter.com/W1aPNho2V5
— Salman Nizami (@SalmanNizami_)March 28, 2020
Dream - Perdana Menteri India, Narendra Modi mengumumkan karantina wilayah, atau lockdown, selama tiga pekan sejak Selasa, 24 Maret 2020. Upaya ini disebut sebagai langkah antisipasi penyebarah wabah corona.
Kebijakan karantina wilayah ini bersifat menyeluruh, mulai dari negara bagian hingga sembilan union territories.
" Menjaga jarak sosial merupakan satu cara untuk menghentikan sirkulasi infeksi," kata Modi, diakses India Times, Kamis, 26 Maret 2020.
Modi memastikan ketersediaan komoditas pokok selama masa karantina wilayah akan tetap berlangsung. Modi menyebut, proses karantina wilayah penting.
Tanpa adanya upaya tinggal di rumah, kata dia, negara akan mengalami kemunduran dan keluarga-keluarga akan hancur.
" Ini seperti pembatasan, dan jauh lebih ketat daripada 'Janata Curfew' (pada 22 Maret)," kata dia.
“ Melihat kondisi saat ini, penguncian ini akan berlangsung selama 21 hari. Ini untuk menyelamatkan India, menyelamatkan setiap warga negara dan menyelamatkan keluargamu. Jangan melangkah keluar rumah. Selama 21 hari, lupakan kegiatan di luar rumah," ucap dia.
Modi juga meminta masyarakat untuk tidak melakukan pembelian secara panik sebelum batas waktu tengah malam. Pemerintah akan mengeluarkan pemberitahuan yang mengatakan semua layanan penting akan tetap terbuka, seperti komoditas dan obat-obatan penting akan tersedia.
Bank, ATM, pompa bensin, rumah sakit dan toko kelontong akan terus berfungsi. Tetapi, semua layanan transportasi, udara, kereta api dan jalan raya, akan ditangguhkan hingga 14 April 2020.
Modi mengakui, karantina wilayah ini akan menjadi masa sulit bagi warga yang tak mampu. Tetapi, kata dia, wabah telah menyebar seperti `api yang membakar`.
Dia merujuk pada pengalaman beberapa negara dan mengatakan bahkan negara maju dengan infrastruktur medis terbaik belum mampu memperlambat penyebaran.
Satu-satunya harapan, lanjut dia, adalah contoh dari beberapa yang berhasil memperlambat penyebarannya dengan menerapkan karantina wilayah.
Selain karantina wilayah, India juga berniat membangun fasilitas pengujian virus corona, peralatan pelindung pribadi, tempat tidur, ventilator dan infrastuktur lain senilai, Rs15 ribu crore, setara Rp3,2 triliun.
“ Saya telah meminta negara bahwa prioritas pertama haru sektor kesehatan. Saya puas bahwa sektor swasta kami juga berdiri dengan negara, baik rumah sakit swasta dan laboratorium,” kata dia.
" Juga, jangan mendengarkan desas-desus karena mereka menyebar dengan cepat. Selamatkan dirimu dari takhayul dan jangan minum obat apa pun tanpa saran dokter. Kesalahanmu dapat membuat hidupmu lebih berbahaya."
Dream - Kerajaan Malaysia memutuskan untuk melakukan lockdown sejak 18 Maret hingga 31 Maret 2020. Keputusan dibuat karena lonjakan pasien positif virus corona baru, Covid-19, yang sudah mencapai ratusan orang.
Selain menutup sementara akses keluar masuk masyarakat, Malaysia juga melarang warga beraktivitas dan berkumpul di tempat umum. Termasuk aktivitas keagamaan, hiburan, sosial, dan budaya.
Hingga 20 Maret 2020, jumlah kasus Covid-19 di Malaysia telah menyentuh 1.000 lebih. Sementara pasien yang dinyatakan sembuh dari Covid-19 mencapai 87 kasus.
Salah satu pasien corona yang sembuh dari Covid-19 adalah seorang wanita yang sedang hamil tiga bulan bernama Farah Salwani.
Melalui akun media sosial, dia menceritakan pengalamannya menjalani karantina di Rumah Sakit Kuala Lumpur selama 12 hari.
Begitu statusnya ditetapkan sebagai orang dalam pengawasan (ODP), Farah menjalani tes swab sebanyak lima kali. Tes swab terhadap lendir di tenggorokan dan hidung ini akan menentukan apakah pasien negatif atau positif Covid-19.
Farah mengatakan dua tes swab pertama dia masih negatif. Tapi tiga tes swab berikutnya dia dinyatakan positif Covid-19. Farah pun dimasukkan dalam ruang isolasi dan dikarantina.
Selama menjalani isolasi, Farah mengaku tidak diberikan obat apapun. Dokter hanya melakukan pemeriksaan suhu badan dan tekanan darah. Selain Farah, keluarga yang di rumah pun juga menjalani pemeriksaan.
Syukurlah, mereka semua negatif dan hanya menjalani karantina di rumah.
Advertisement
Potret Mobil Tercepat di Dunia, Yangwang U9 yang Bisa Melesat 496 Km per Jam
25 Pulau Paling Favorit di Dunia, Ada Bali?
5 Tempat Glamping Terjangkau di Yogyakarta, Mari Healing dan Manjakan Mata
Kasus Keracunan MBG Terus Berulang, Ikatan Dokter Anak Beri 5 Peringatan Lewat Surat Terbuka
Jalan-Jalan Seru Naik Bus Tingkat di Jakarta, Begini Cara Pesan Tiket dan Jadwalnya
Prabowo Bertemu PM Kanada, Sepakati Penghapusan 90,5 Persen Tarif Impor dari RI
Penampakan Ladang Vertikal Tertinggi di Indonesia, Lokasinya Ternyata Ada di Jaksel
Cantik dan Fresh Banget, Luna Maya Potong Rambutnya Jadi Bob Pendek
Payakumbuh Bersiap Jadi Tuan Rumah Kejuaraan Pacuan Kuda Nasional
Potret Mobil Tercepat di Dunia, Yangwang U9 yang Bisa Melesat 496 Km per Jam
Back to Basic Jadi Jurus Baru untuk Menguatkan Identitas Restoran, Social House
Ritual Menenangkan Ibu dan Bayi Lewat Sentuhan Penuh Cinta dari Cuddle Calm Cussons Baby