Ilustrasi (Shutterstock.com)
Dream - Rumah Sakit Lapangan Indrapura Surabaya mendapat temuan aneh pada salah satu pasien Covid-19 yang telah menjalani perawatan. Meski sudah dirawat lebih dari 10 hari, CT Value pasien hanya 1,8.
Penanggung Jawab RSL Indrapura, Laksamana Pertama dr Ahmad Samsulhadi, mengatakan fenomena ini awalnya ditemukan pada satu pasien Pekerja Migran Indonesia (PMI).
" Kami menemukan nilai CT Value 1,8 pada satu pasien," ujar Samsulhadi.
Dia sempat tidak yakin dengan hasil swab PCR pasien tersebut. Sebab, yang bersangkutan sudah dirawat selama 12 hari namun CT Value masih sangat rendah.
" Sampai saya tanya dan konfirmasi ke dokter Fauqa (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan RSL Indrapura), ini nilai CT Valuenya 1,8 atau 18?" kata dia.
Samsulhadi pun meminta Fauqa untuk mengulang swab PCR pada pasien yang bersangkutan. Hasilnya tetap sama, CT Value pasien tersebut 1,8.
Hal yang sama juga ditemukan pada beberapa pasien lain. Kebanyakan mereka adalah PMI yang kembali dari luar negeri.
Beberapa pasien PMI memiliki CT Value di bawah 15. Padahal, mereka sudah menjalani perawatan selama 10 hari.
Kondisi ini bertolakbelakang dengan teori selama ini, di mana CT Value akan naik seiring dengan membaiknya kondisi pasien. Bahkan, ada pasien yang negatif di hari ke-13 perawatan, dengan CT Value tinggi mendekati normal.
" Ini fenomena baru dan masih kita tindak lanjuti. Karena fenomena yang aneh, saya sudah meminta dokter Fauqa untuk menindaklanjutinya," kata Samsulhadi.
Dokter Penanggung Jawab Pelayanan RSL Indrapura yang juga Spesialis Patologi Klinis, Fauqa mengakui temuan kali ini berbeda. Menurut dia, kondisi pasien pada pekan kedua perawatan memperlihatkan seperti terserang kembali Covid-19.
Hal ini terlihat pada CT Value yang sangat rendah di bawah 25. Bahkan kasus tertentu sampai di bawah 5.
Namun demikian, Fauqa mengatakan indikator ini belum bisa digunakan untuk menentukan apakah pasien tersebut varian baru, termasuk Delta. Dia menegaskan itu baru bisa diketahui setelah dilakukan pelacakan dengan Whole Genome Sequencing.
" Kita tidak bisa berandai-andai, semua masih menuggu konfirmasi dari WGS (Whole Genome Sequencing) dari sampel yang kita kirimkan," kata Fauqa, dikutip dari Beritajatim.com.
Dream – Sudah nyaris dua tahun kita hidup bersama Covid-19. Sahabat Dream mungkin sudah hafal dengan gejala khas penyakit yang disebabkan virus corona ini. Seperti demam, nyeri tubuh, kehilangan kemampuan indera perasa atau penciuman (anosmia)
Beberapa penderita Covid-19 juga diketahui memiliki gejala pada sistem pernapasan seperti pilek dan sakit tenggorokan. Bahkan, virus ini juga menyebabkan gangguan gastrointestinal seperti diare, mual, dan sembelit.
Varian delta yang menginfeksi seluruh dunia menyebabkan peningkatan kasus akhir-akhir ini. Beberapa orang melaporkan gejala yang berbeda seperti sakit telinga.
Dilansir dari Health, pelatih tim football Tennessee Titans, Mike Vrabel mengungkapkan bahwa ia mengalami sakit telinga ketika terkonfirmasi positif Covid-19. Mungkinkan sakit telinga merupakan gejala baru? Atau hanya efek pernapasan?
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) memberikan daftar gejala paling umum yang biasa dirasakan oleh pasien:
- Demam atau kedinginan
- Batuk
- Sesak napas
- Kelelahan
- Nyeri otot atau tubuh
- Sakit kepala
- Kehilangan kemampuanindera perasa dan penciuman
- Sakit tenggorokan
- Pilek
- Mual atau muntah
- Diare
CDC kemudian mengklarifikasi bahwa daftar ini bukanlah yang terlengkap. Artinya, tidak semua orang merasakan gejala yang sama, hanya saja gejala di atas yang paling sering dilaporkan.
Jadi, apakah sakit telinga termasuk gejala? Bisa jadi. Amesh A. Adalja, MD, seorang peneliti senior di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health Center for Health Security mengatakan, dia tidak akan menyebut sakit telinga sebagai gejala umum tapi, bukan berarti tidak pernah terdengar.
“ Banyak infeksi pernapasan terutama yang menyebabkan sakit tenggorokan, terkadang juga dapat menyebabkan sakit telinga,” katanya.
Menurut dokter penyakit menular di UWHealth, Ellen Wald, MD, sakit telinga terjadi selama infeksi pernapasan karena hubungan saluran antara hidung dan telinga. Ia menjelaskan, ada lorong yang disebut tabung eustachius yang menghubungkan telinga dan bagian belakang tenggorokan. Tabung ini mengalirkan udara ke telinga dan mengalirkan cairan dari telinga.
" Ketika seseorang mengalami infeksi saluran pernapasan, saluran hidung dapat mengalirkan lendir ke tenggorokan dan tenggorokan dapat mengirim cairan naik ke tabung eustachius. Tabung ini kemudian bisa tersumbat dan mengganggu kemampuan telinga untuk mengalirkan cairan sehingga menyebabkan sakit telinga," ujarnya.
Sakit telinga bisa terjadi pada siapa saja, namun dr. Wald mengatakan, sangat umum terjadi pada anak kecil karena saluran eustachiusnya lebih kecil dan mudah tersumbat.
Apakah sakit telinga lebih sering terjadi pada varian delta? Meskipun tidak semua pasien COVID-19 mengalami masalah telinga, namun sakit telinga bisa saja akibat varian Delta yang terus melonjak.
“ Sepertinya Delta memiliki lebih banyak gejala saluran pernapasan bagian atas sehingga masuk akal orang dengan varian Delta akan mengalami sakit telinga,” kata Taylor Heald-Sargent, MD, asisten professor pediatri di Northwestern University Feinberg School of Medicine.
Laporan Elyzabeth Yulivia
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati