Vaksin Johnson & Johnson (Shutterstock.com)
Dream - Jenis vaksin Covid-19 di Indonesia ke depan akan semakin beragam. Bulan depan, Indonesia akan kedatangan vaksin Johnson & Johnson yang merupakan bantuan hibah dari Belanda.
" Kita akan kedatangan Johnson & Johnson dari Belanda, ini hibah ya, yang harusnya akan datang tergeser ke bulan depannya," ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Vaksin Johnson & Johnson dikembangkan dengan platform adenovirus. Vaksin ini diberikan lewat injeksi intramuskular dengan penyuntikan hanya satu dosis.
Budi mengatakan setelah Johnson & Johnson, vaksin Novavax juga akan masuk Indonesia. Tetapi, kedatangan vaksin ini diperkirakan berlangsung pada Oktober 2021.
Menurut Budi, rencana awalnya Novavax masuk pada Agustus. Tetapi harus diundur karena belum mendapatkan Izin Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization/EUA) dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat.
" Jadi kami geser ke bulan Oktober ini, transaksi dengan Novavax dilakukan oleh Indofarma dengan Serum Institute of India," kata dia.
Selain dua vaksin tersebut, Budi mengatakan masih ada vaksin lain yang akan datang melalui skema kerja sama Covax. Tetapi, dia menyebut belum ada angka pasti mengenai jumlah vaksin itu.
" Ini kerja sama multilateral, karena mereka biasanya baru ngasih tahu sekitar seminggu sebelum dikirim atau tiga hari sebelum dikirim," kata dia.
Budi mengakui hal itu menimbulkan kesulitan bagi Pemerintah unutk menyusun perencanaan. Sedangkan pola kedatangan vaksin, Budi menandai biasanya akan tiba di akhir bulan.
Kondisi ini menyulitkan untuk mengejar target penyuntikan. Sehingga, setiap vaksin yang datang terpaksa disuntikkan di bulan depannya.
" Nanti memang membutuhkan seni sendiri, bagaimana kita bisa mengatur vaksinasi yang dilakukan dengan benar," ucap Budi.
Sepanjang Agustus, Budi mengatakan ada beberapa vaksin yang datang. Seperti Pfizer, AstraZeneca, dan Sinovac, dikutip dari Liputan6.com.
Dream - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan pemerintah tengah mempertimbagkan opsi vaksin booster berbayar untuk masyarakat umum. Rencana ini akan dijalankan awal tahun depan setelah target vaksinasi dua dosis yang menjadi program Pemerintah tercapai.
" Kalau kita semakin cepat, kita harapkan mungkin di Januari, sudah bisa selesai semua di awal tahun depan kita sudah mulai melakukan suntik ketiga," ujar Budi, dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, disiarkan kanal DPR RI.
Budi mengatakan rencana pemberian vaksin Covid-19 booster itu sudah mendapat lampu hijau dari Presiden Joko Widodo. Nantinya, vaksin akan diberikan dengan biaya ditanggung Pemerintah bagi peserta BPJS dan terbuka juga opsi beli langsung.
" Diskusi juga dengan Bapak Presiden, sudah diputuskan oleh Beliau bahwa yang ke depan yang akan dibayar negara kemungkinan besar hanya PBI (Penerima Bantuan Iuran) saja," kata Budi.
Sedangkan bagi non-BI dapat menggunakan skema pembelian langsung. Dia menjamin biaya vaksin untuk skema umum tidak akan terlalu mahal.
Dari hitungan Kementerian Kesehatan, Budi mengatakan penyuntikan satu dosis vaksin sekitar US$7-8, atau sekitar Rp100-150 ribu. Nantinya juga akan tersedia banyak varian vaksin sehingga masyarakat bisa memilih.
" Kita akan juga buka secara terbuka vaksin-vaksin yang masuk sehingga rakyat yang ingin mendapatkan booster bisa memilih, yang memiliki uang mau menyuntik Rp100 ribu atau Rp150 ribu bisa memilih," kata dia.
Dream - Satu lagi merek vaksin buatan luar negeri akan digunakan pemerintah Indonesia dalam program vaksinasi nasional. Sputnik-V, vaksin yang dibuat Institut Gamaleya Rusia dan akan dipakai Indonesia itu sudah mendapatkan Izin Penggunaan Darurat (Emergency Use Authorization/EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Vaksin Sputnik-V dikembangkan oleh The Gamaleya National Center of Epidemiology dan Microbiology di Rusia. Pengembangan vaksin ini menggunakan platform Non-Replicating Viral Vector (Ad26-S dan Ad5-S)
Kepala BPOM, Penny Kusumastuti Lukito, mengatakan hasil kajian intensif melibatkan Komite Nasional Penilai Khusus Vaksin Covid-19 dan Indonesia Techniccal Advisory Group of Immunization (ITAGI) menemukan efek samping Vaksin Sputnik-V tergolong ringan hingga sedang.
" Efek samping paling umum yang dirasakan adalah gejala menyerupai flu (a flu-like syndrome), yang ditandai dengan demam, menggigil, nyeri sendi (arthralgia), nyeri otot (myalgia), badan lemas (asthenia), ketidaknyamanan, sakit kepala, hipertermia, atau reaksi lokal pada lokasi injeksi," ujar Penny.
Menurut Penny, tingkat efikasi vaksin ini mencapai 91,6 persen. Data ini didapat dari hasil uji klinis tahap 3.
" Untuk efiasinya, data uji klinik fase 3 menunjukkan vaksin Covid-19 Sputnik-V memberikan efikasi sebesar 91,6 persen (dengan rentang confidence intertal 85,6-95,2 persen)," kata dia.
Penny juga menyatakan pihaknya sebelumya telah melaksanakan inspeksi on-site fasilitas produksi Vaksin Sputnik-V di Generium and Biocad di Rusia yang digunakan untuk produksi bulk vaksin. Juga di Ufavita untuk tahap fill and finish vaksin jadi, yang kesemuanya sudah seusai dengan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan Standar Persyaratan Mutu Vaksin.
Di Indonesia, Vaksin Sputnik-V didaftarkan untuk mendapatkan EUA oleh PT Pratapa Nirmala. Perusahaan ini bertanggung jawab pada penjaminan keamanan dan mutu vaksin.
Vaksin ini digunakan untuk pencegahan indikasi infeksi Covid-19 akibat SARS-CoV-2 pada usia 18 tahun ke atas. Vaksin diberikan melalui injeksi intramuskular sebanyak dua dosis masing-masing 0,5 ml dalam jeda tiga pekan (21 hari).
Sedangkan untuk penyimpanan membutuhkan fasilitas dengan suhu antara -20 derajat Celcius hingga 2 derajat Celcius, dikutip dari BPOM.