Foto: Ilustrasi/Shutterstock
Dream - Proses penyapihan pada si kecil memang tidak semudah yang dibayangkan sebelumnya. Biasa mengonsumsi ASI (Air Susu Ibu) sejak lahir sampai waktu penyapihan tiba pastinya ada sesuatu yang berbeda dari yang dirasakan buah hati.
Rasa tidak nyaman, kecewa, gelisah, adalah salah tiga dari banyaknya tanda-tanda si kecil yang masuk tahap penyapihan.
Seperti kita tahu, penyapihan adalah proses pemberhentian dalam memberikan ASI (menyusui) kepada buah hati dalam usia yang tidak bisa ditentukan.

Foto: Ilustrasi/Shutterstock
Namun untuk blogger hijab Feeza Fauziah, ia memutuskan untuk mulai proses penyapihan saat si kecil genap berusia setahun.
Meski berlangsung tak mulus, di awal-awal penyapihan, Feeza menuturkan kalau anaknya yang bernama Quthbi terus-terus meminta minum ASI dari sang ibu sampai nangis tidak keruan.

Foto: Ilustrasi/Shutterstock
Mulai dari memberi susu UHT, memisahkan diri saat tidur malam, sampai memberikan penjelasan dengan lembut pada sang anak ia sudah lakukan.
Lalu, apakah ia dan suami berhasil menerapkan penyapihan itu sampai tuntas? Baca kisah menarik Feeza lengkapnya di sini.
Kirimkan tips parenting kamu ke komunitas.dream@kly.id, dengan syarat dan ketentuan sebagai berikut:
1. Lampirkan satu paragraf dari konten blog/website yang ingin di-publish
2. Sertakan link blog/web
3. Foto dengan ukuran high-res (tidak blur)
(ism)
© Foto: Ilustrasi/Shutterstock
Dream - Salah satu pengeluaran terbesar ketika memiliki batita alias bayi di bawah tiga tahun adalah ketika membeli diaper.
Walau penting untuk menjaga si kecil dari buang air kecil maupun besar sembarangan, kalau terlalu sering menggunakan diaper dapat memberi efek buruk pada kulit bayi. Sejumlah efek bisa muncul, seperti:
Lalu bagaimana untuk mengantisipasi semua itu? Yuk ajarkan si kecil toilet training(TT) secara dini seperti yang dilakukan blogger hijab Anes Anisa.
Berawal dari obsesi melepas diaper saat sang buah hati berusia dua tahun, hijaber Jakarta ini nekat mengajari anaknya, Riyadh, untuk pipis atau poop di toilet.
Meski menjalani TT cukup menyita waktu, tenaga, pikiran, serta kesabaran, asalkan niat itu bulat harus tetap dilakukan.

" Kalau di tengah-tengah acara main menimbulkan gelagat mau poop, segera bawa ke kamar mandi. Sekali dua kali nggak akan keluar memang saat anak berada di toilet. Tapi ajarin saja terus. Sounding terus. Sounding is the key," kata Anes.
Berhenti di situ saja? Tentu tidak. Berikut beberapa tips yang perlu Sahabat Dreamterapkan dalam ajarkan TT pada si kecil menurut Anes di sini.
© (Foto: Instagram.com/alfikadinar)
Dream - Jika ditanya hal paling membuat pusing ibu rumah tangga pasti dua hal ini menjadi jawabannya. Pertama harga Sembako yang makin mahal dan tidak kembalinya para Asisten Rumah Rangga (ART) atau pengasuh sehabis mudik Lebaran.
Peran ART untuk para ibu-ibu di perkotaan memang sangat penting. Apalagi jika ayah dan ibu bekerja. Sebagian urusan rumah tangga biasanya diserahkan pada para ART.
Ketidakhadiran ART atau pengasuh bayi yang sehari-hari membantu kita di rumah atau menjaga buah hati bisa bikin seorang ibu bekerj menjadi stres. Apalagi jika tempat tinggal jauh dari orang tua.

Foto: Housemaid/Hotelroomsearch.net
Pikiran seperti " Siapa nanti yang akan menjaga dan mengurusi si kecil di rumah selama aku kerja?" terus terngiang di kepala. Para ibu yang sedang hamil juga jadi memikirkan nasibnya jika cuti melahirkan habis.

Foto: Babysitter/fmfmaids.com
Sahabat Dream pernah berada di posisi ini?
Hal yang sama juga pernah dirasakan blogger hijab Alfika Dinar Putri yang juga berprofesi dokter gigi.
Sempat gonta-ganti ART karena hanya bertahan dalam hitungan bulan, Alfika akhirnya memutuskan untuk tidak lagi menggunakan jasa ART sekaligus pengasuh bayi.
" Biarkan hidup mengalir apa adanya," curhatnya di Alfikadinar.wordpress.com.
Meski terasa berat dan lelah menyelesaikan pekerjaan rumah plus memenuhi kebutuhan bayi yang baru saja lahir, Alfika merasa mendapat keuntungan lebih banyak dengan tidak menggukan ART atau pengasuh bayi.
" Untungnya, kerjaan aku cukup fleksibel, jadi tetap bisa praktek satu-dua shift aja di weekend, si kecil biar main sama kakek dan neneknya. Seenggaknya ilmu yang sudah aku dapat dengan drama dan air mata bisa bermanfaat dan sedikit mengisi rekening, he..he.," katanya.
Lalu apa saja manfaat tidak menggunakan ART atau pengasuh bayi menurut Alfika?
Yuk intip lengkapnya di sini.
© Anak balita (Foto: Shutterstock)
Dream - Sinar matahari sudah terlihat, jam sudah menunjukkan pukul 06.30 WIB tapi buah hati tak kunjung beranjak dar tempat tidurnya. Telat ke sekolah terjadi lagi. Padahal kita sudah membangunkannya berkali-kali dengan berbagai cara.
Kondisi ini memang sangat menguji emosi orangtua. Untuk menyiasatinya, mungkin Anda perlu menjalankan trik komunikasi dengan bahasa yang lebih mudah, menarik dan membangun motivasinya.
Cobalah terapkan kalimat-kalimat berikut agar buah hati mau mendengar dan memahami instruksi yang diberikan.
1. " Apa yang perlu diingat? Ada yang tertinggal?
Tinggalkan sementara kalimat 'jangan lupa' atau 'hati-hati'. Ganti dengan pertanyaan untuk mengingatkan. Misalnya " Apa yang perlu dilakukan saat naik di tangga sekolah? atau " Ada yang tertinggal dan tak dimasukkan ke tas? Ini akan membuatnya kembali mengingat apa yang harus dilakukannya dan membuatnya berpikir kritis.
2. " Bicara pelan/ Keluarkan suara lebih lembut ya"
Hindari mengucapkan " jangan berisik" atau " jangan berteriak. Saat si kecil berteriak-teriak dalam rumah atau dalam suasana yang tak seharusnya, bisikka di telingannya dengan suara lembut " Kakak/adik tolong bersuara lebih lembut seperti suara angin ya, biar tak mengganggu. Perpaduan kontak mata, suara lembut dan sentuhan biasanya cukup efektif untuk berkomunikasi dengan si kecil.
3." Kakak/adik mau melakukannya sendiri atau butuh bantuan ibu?
Seringkali saat terburu-buru, orangtua menjadi emosi dan mengulang instruksi berulang kali. Tapi tetap saja anak tak mendengarkannya. Cobalah hindari melontarkan " Mama sudah bilang tiga kali yah, pakai bajunya sekarang!.
Coba ganti dengan " Kita harus cepat karena ditunggu eyang dan jalanan sangat macet, kakak/adik haru cepat ganti baju, mau ganti baju sendiri atau dibantu mama?" . Kadang anak butuh diakui kemampuannya dalam melakukan sesuatu hal. Jika dihadapkan pilihan, mereka biasanya malah tertantang untuk menunjukan kemampuannya sendiri.
4. " Kakak/ adik belajar apa dari kesalahan tadi?"
Jangan lagi katakan " malu dong" atau " bikin repot saja, jadi berantakan semuanya" saat anak melakukan kesalahan. Misalnya saat ia menumpahkan susu atau menjatuhkan buku-bukunya saat berlarian. Lebih tanyakan apa yang dia tahu efek dari perilakunya. Misalnya, 'kakak belajar dari baju yang penuh tumpahan susu?'. Akan snagat baik jika ia menjawab tapi jika diam saja coba jelaskan sebab akibatnya.
Bisa jadi karena ia tak hati-hati, terburu-buru atau minum sambil menonton televisi serta melakukan hal ini. Cara ini membuatnya jadi lebih sadar efek dari apa yang dilakukannya.
Advertisement
Wisata Susur Sungai Martapura di Kalsel, Bisa Jadi Pilihan Libur Akhir Tahun

Pemerintah Fokus Pemulihan Kondisi 3 Wilayah Terdampak Bencana

Epy Kusnandar Meninggal Dunia, Sempat Beri Wasiat Ingin Dimakamkan di Garut

Linksos, Komunitas yang Aktif Lindungi Hak Para Disabilitas

Seru Abis! Jajal Langsung Toyota Gazoo Racing di Sirkuit Mandalika


Mobil Hybrid Toyota Taklukkan Jalanan Berbukit dan Berkelok di Lombok

Kenapa Weekly Match Padel Jadi ‘Happy Hour’ Baru Anak Jakarta



Anggota DPR Kritik Respons Pemerintah Terkait Banjir Aceh dan Sumatera

Wisata Susur Sungai Martapura di Kalsel, Bisa Jadi Pilihan Libur Akhir Tahun

Pemerintah Fokus Pemulihan Kondisi 3 Wilayah Terdampak Bencana