(Sumber: Http://www.amusingplanet.com/)
Dream - Di antara perbatasan Mesir dan Libya terdapat Great Sand Sea, sebuah gurun pasir yang sangat besar. Gurun ini membentang sekitar 650 km dari utara ke selatan dan 300 km dari timur ke barat, seluas ukuran negara Irlandia.
Di kawasan gurun ini ada celah panjang sempit di mana terdapat banyak bebatuan kaca alami yang tak diketahui dari mana asalnya. Fenomena batu kaca di gurun ini lantas membuat banyak turis bahkan ilmuwan penasaran datang untuk menyaksikannya.
Keberadaan batu-batu kaca ini pula yang menyebabkan kawasan gurun pasir ini dijuluki sebagai 'Gurun Kaca Libya'. Inilah satu-satunya gurun yang mengandung bebatuan kaca silika murni yang pernah ditemukan di bumi.
Bebatuan kaca yang ditemukan di sini umumnya berwarna kuning. Namun adapula yang berwarna putih susu, bercorak gelembung kecil, gumpalan putih dan berwarna hitam.
Lebih dari seribu ton batu kaca berserakan ratusan kilometer di sepanjang padang pasir. Sebagian besar berukuran seperti kerikil namun memiliki permukaan halus karena 'dipoles' secara alami oleh abrasi pasir akibat angin.
Adapula yang berpotongan cukup besar dan berat. Bagian terbesar yang pernah ditemukan mencapai sekitar 26 kg. Menurut para ilmuwan, 'kaca alami' seperti yang terdapat di Gurun Libya dapat terbentuk akibat sambaran petir, aktivitas gunung berapi atau meteorit yang jatuh ke bumi.
Diperkirakan fenomena alam ini telah terbentuk sejak 26 juta tahun yang lalu. Sebagian peneliti memperkirakan bahwa ketika itu ada meteorit yang menghantam bumi.
Sementara teori lain menyebutkan bahwa pernah ada komet yang meledak di dekat permukaan pasir yang memanas akibat suku ekstrem hingga mengakibatkan pembentukan bebatuan kaca silika.
Penemuan ilmiah pertama dari Gurun Pasir Kaca Libya ini dibuat oleh seorang Inggris bernama Patrick A. Clayton pada tahun 1932, yang kemudian membawa sampel pertamanya kembali ke Eropa untuk bahan studi.
Namun, jauh sebelum penemuan Patrick, masyarakat Mesir dan Libya ternyata sudah lebih dulu mengenal keberadaan kaca silika. Penduduk setempat pada periode Neolitik telah memanfaatkan kaca-kaca tersebut sebagai bahan pembuatan alat-alat tertentu.
Masyarakat Mesir kemudian menyebutnya sebagai permata. Bahkan potongan batu besar berukir yang digunakan pada dada Firaun Tutankhamun sebagai aksesoris ternyata tak lain diambil dari Gurun Pasir Kaca Libya.

(Sumber: Amusingplanet.com)
Advertisement

WhatsApp Bakal Luncurkan Fitur Chat Lintas Aplikasi, Pengguna Eropa dapat Giliran Pertama

Sadari Damkar Lebih Dipercaya Publik untuk Urusan Darurat, Kapolri Mau Sempurnakan Hotline 110

Dompet Dhuafa Heartventure, Berbagi Bersama Content Creator di Pelosok Samosir

Berawal dari Perasaan Senasib, Komunitas Kuda Klub Eksis 10 Tahun Patahkan Mitos `Mobil Malapetaka`


Sentuh Minoritas Muslim, Dompet Dhuafa Salurkan Bantuan hingga Pelosok Samosir

Geger Pengakuan Suami Wardatina Sudah Menikah Siri dengan Inara Rusli

Siklon Tropis Senyar: Dari Bibit 95B hingga Awan Ekstrem di Sumatera

Insanul Fahmi Akui Nikah dengan Inara Rusli, Pihak Kajian Teman Searah Klarifikasi

Cegah LPG 3 Kg Langka Selama Nataru, Kuota Subsidi Tahun 2025 Ditambah 350 Ribu Ton

