Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Tahun 2018 telah menjadi tahun yang " goyah" . Gempa 7,9 skala richter mengguncang dasar lautan di Teluk Alaska, sekitar 174 mil di lepas pantai.
Hanya berselang tiga jam sebelumnya, gempa berkekuatan 6 skala richter melanda kurang dari 25 mil dari tepian pantai Binuangeun, Indonesia yang berada di " Cincin Api" Pasifik, daerah yang rawan gempa dan letusan gunung berapi.
Pada tahun 2017, Bumi dilanda tujuh gempa yang kuat sepanjang tahun. Para ilmuwan mengatakan fenomena melambatnya Bumi kemungkinan berkontribusi pada gempa baru-baru ini di seluruh dunia.
Mungkin kita tak menyadarinya, tapi Bumi sedang melakukan pergerakan yang sedikit lamban saat ini. Sejak 2011, planet kita telah berubah kecepatan beberapa ribu detik lebih lambat dari biasanya.
Siklus perputaran planet kita berubah terus-menerus. Ini dipengaruhi oleh arus laut dan perubahan atmosfer, serta lapisan inti dan peleburan di bawah kerak bumi. Menurut ahli geologi Roger Bilham dan Rebecca Bendick, perlambatan Bumi dapat menyebabkan terjadinya gempa dua kali lebih banyak dengan magnitude 7,0 di tahun 2018, dibandingkan akhir tahun lalu.
Bilham, yang mempelajari gempa bumi di University of Colorado, mengatakan kepada Business Insider bahwa kecepatan Bumi tertinggal selama bertahun-tahun. Khatulistiwa menyusut, tapi sulit bagi lempeng tektonik yang membentuk cangkang luar Bumi untuk menyesuaikannya.
Bilham pun memperkirakan bahwa planet ini akan mengalami 20 gempa berskala besar dalam masing-masing 4 tahun ke depan, dari 2018 sampai 2021.
(Sumber: Business Insider)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN