Astagfirullah, Kelakuan Penari di Depan Masjid Panen Kecaman

Reporter : Puri Yuanita
Selasa, 27 September 2016 09:01
Astagfirullah, Kelakuan Penari di Depan Masjid Panen Kecaman
Ia menari tari perut dengan memakai pakaian minim di depan sebuah masjid.

Dream - Sebuah video langsung viral setelah seorang wanita penghibur bernama Rezeda Ganiullina memicu kemarahan umat Islam di Rusia.

Dalam video itu, Rezeda menari tari perut dengan memakai pakaian minim di depan sebuah masjid. Rezeda hanya memakai bra warna merah dan rok dengan warna senada.

Dia terlihat melakukan tari perut tersebut di luar Masjid Putih yang merupakan masjid terindah dan terbesar di Tatarstan.

Polisi kini sedang menyelidiki klip video tersebut, sementara Rezeda yang beragama Islam, sudah meminta maaf melalui media sosial.

" Saya bekerja secara profesional selama lebih dari sepuluh tahun dan selalu berusaha agar jadi lebih baik."

 

1 dari 3 halaman

Alasannya....

Alasannya.... © Dream

" Saya telah mengunjungi Uni Emirat Arab, Mesir dan Turki untuk mempelajari tari perut dan turut mengambil bagian dalam berbagai kompetisi di sana. Menari begini adalah gaya saya," katanya.

Klip video tersebut turut mendapat perhatian Mufti Republik Tatarstan, Kamil Samigullin.

" Masjid bukan tempat untuk menari," komentar Kamil yang turut mengundang Rezeda ke masjid untuk bertobat.

(Sumber: mynewshub.cc)

2 dari 3 halaman

Heboh Tarian di Atas Sajadah, Ini Jawab Kanwil Agama DKI

Heboh Tarian di Atas Sajadah, Ini Jawab Kanwil Agama DKI © Dream

Dream - Aksi penari tarian Bali di atas sajadah dalam rangkaian Hari Amal Bhakti (HAB) ke-70 di Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) DKI Jakarta menuai kritik. Tak mau polemik berkembang lebar, panitia penyelenggara dari Kanwil Kemenag DKI Jakarta segera menyampaikan permintaan maafnya.

Kepala Kanwil Kemenag DKI Jakarta Abdurrahman, menjelaskan tarian yang dilakukan di atas sajadah itu merupakan kelalaian panitia penyelenggara acara. Dia mengatakan tidak ada unsur kesengajaan dalam kejadian tersebut.

" Untuk itu kami memohon maaf kepada semua pihak atas kelalaian ini," kata Abdurrahman, Senin, 4 Januari 2016.

Abdurrahman menjelaskan, kejadian itu bermula saat panitia lupa melipat karpet yang digunakan usai pementasan 175 siswa madrasah yang menari Tari Saman. Belum sempat digulung, karpet mirip sajadah itu kemudian digunakan sebagai 'alas' tarian Bali.

Abdurrahman mengatakan jika karpet yang digunakan itu bukanlah karpet yang biasa digunakan untuk salat. Karpet di Aula tersebut, menurutnya, merupakan karpet yang biasa digunakan untuk kegiatan sosial di Kanwil DKI Jakarta.

“ Atas nama panitia HAB ke-70, kami mengucapkan terima kasih atas kritik dan sarannya. Hal ini akan menjadi bahan pembelajaran bagi kami untuk lebih baik lagi di masa yang akan datang,” ujar dia dalam informasi tertulis yang diterima Dream.

HAB Kementerian Agama sendiri diperingati setiap tanggal 3 Januari. Peringatan HAB di Kanwil DKI Jakarta ditandai kemarin ditandai dengan pelaksanaan upacara bendera di halaman kantor.

Dalam kesempatan itu, diberikan penghargaan berupa Lencana Karya Satya kepada sejumlah aparatur Kemenag Kanwil DKI Jakarta yang telah mengabdikan diri selama puluhan tahun. Acara kemudian dilanjutkan dengan ramah tamah yang diiringi pertunjukan seni tari Saman dan Tari Kanyaka Sura.

3 dari 3 halaman

Restoran `Maaf, Tak Menerima Muslim` Panen Kecaman

Restoran `Maaf, Tak Menerima Muslim` Panen Kecaman © Dream

Dream - Walikota Longreach di Queensland mengatakan, tulisan di papan sebuah restoran yang mengatakan 'maaf, tidak menerima Muslim' sangat disayangkan.

Akibat peristiwa ini, pemilik restoran mendapat kecaman melalui telepon. Papan yang dipasang di luar restoran Eagles Nest Bar and Grill di Longreach menimbulkan kontroversi, setelah fotonya diupload di halaman Facebook restoran itu.

" Sedikit terkejut melihat tulisan 'tidak menerima muslim'.. maksudnya apa???," komentar Helen Day di halaman Facebook restoran itu.

Papan itu dipasang dengan tulisan; " 2000 tahun yang lalu Yesus membuat heboh saat mengubah air menjadi anggur.. tradisi berlanjut.. Kami mengubah uang menjadi bir (maaf tidak menerima muslim)."

Postingan di Facebook itu memicu beragam reaksi, sebagian mendukung dan sebagian mengecam. Pemilik restoran John Hawkes mengatakan tanda tersebut hanya bertahan 9 jam.

" Sehari setelahnya, restoran dan rumah saya menerima lebih dari 200 panggilan telepon," katanya.

" Meskipun sebagian mendukung kebebasan dalam berbicara dan sentimen patriotik, kami juga menerima panggilan yang bernada menghina dan mengancam. Atas ketidaknyamanan ini, saya minta maaf pada keluarga saya."

Hawkes tidak menyangka tulisan di papan restorannya itu menimbulkan kegaduhan di media sosial. Tapi dia menganggap akibat dari semua itu hanyalah reaksi, bukan aksi.

Walikota Longreach Joe Owens mengatakan dia yakin papan itu tidak mendapat dukungan dari mayoritas warganya.

Owens menambahkan peristiwa ini bisa memberi dampak buruk bagi citra kota Longreach. Namun ia menegaskan bahwa Longreach terbuka bagi semua agama.

" Aku sudah berbicara kepada pemilik restoran dan menunjukkan kesalahan yang dibuatnya. Longreach adalah kota yang terbuka bagi semua ras dan agama."

Ia menyayangkan kejadian tak menyenangkan ini dilakukan oleh salah satu warganya.

(Ism, Sumber: abc.net.au)

Beri Komentar