Ilustrasi/Shutterstock
Dream - Kembali berlakunya Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid 2 membuat kebanyakan pelaku bisnis mulai beradaptasi dengan kondisi baru. Banyak perkantoran dan pabrik serta tempat-tempat publik mengevaluasi kebijakan operasional mereka.
Tak hanya sistem bekerja, cara perusahaan menjual produknya kepada konsumen juga mulai disesuaikan. Langkah adaptis ini dilakukan The Body Shop Indonesia yang mengklaim telah melakukan privoting secara cepat dan efektif dalam beberapa bulan terakhir.
Saat ini perusahaan mengalihkan 40 persen penjualan mereka ke sistem online. Sebelumnya, The Body Shop masih mengandalkan 98 persen penjualan dari toko offline.
The Body Shop Indonesia berkomitmen penuh menjaga keberlangsungan bisnis mereka dengan mempertahankan 1.300 karyawannya untuk tetap produktif dan tidak melakukan lay-off terhadap para karyawannya.
Perusahaan juga telah melewati tantangan pandemi Covid-19 ketika pada Maret 2020 lalu hampir 90 persen toko offline mereka tak bisa beroperasi. Kini sebagian besar saluran penjualan dialihkan ke sistem online.
Transisi yang terjadi di era pandemi ini juga membawa beberapa hal baru bagi praktisi di bidang human resource.
Mirna Harap selaku General Manager Human Resource (HR) The Body Shop Indonesia, mengatakan perusahaannya berkolaborasi dengan SAP dalam memanfaatkan penggunaan teknologi Human Resource yaitu SAP Qualtrics untuk meningkatkan produktivitas karyawan.
Managing Director SAP Indonesia Andreas Diantoro menyatakan teknologi memiliki peranan penting agar bisnis bisa bertahan.
“ Dengan beberapa kemampuan yang dimiliki, SAP dapat membantu menyiapkan perusahaan menjadi sebuah perusahaan cerdas di berbagai sektor industri, serta memiliki solusi SAP SuccessFactors dan SAP Qualtrics Employee Engagement di bidang human resources,” ungkap Andreas.
Rencana adopsi teknologi bidang manajemen HR dan pengalaman berbelanja di media online awalnya akan dijalankan The Body Shop dua tahun mendatang. Namun pandemi memaksa perusahaannya melakukannya lebih cepat dari yang dijadwalkan.
Dalam situasi seperti saat ini, Mirna menegaskan prioritas perusahaan adalah terus berkembang bersama karyawan yang menjadi prioritas agar bisa saling mendukung satu sama lain sekaligus tetap fokus pada bisnis.
Perusahaan juga melakukan survei kepada karyawan untuk mengetahui kondisi perusahaan serta kendala dan strategi yang yang harus dihadapi dalam menjalankan kebijakan WFH.
Saat ini sekitar 100 persen karyawan sudah kembali ke toko dan sisanya kembali ke kantor, dengan tetap menerapkan sistem kerja shift 50-50 sesuai aturan pemerintah.
“ Walaupun mall-mall sempat dibuka sebagian, suasananya akan sangat berbeda dari sebelumnya. Kami telah melatih staf toko kami untuk melindungi diri mereka dan konsumen dengan APD yang benar seperti masker dan face shield," kata Mirna yang memastikan toko offline mereka sudah didesai ulang untuk menerapkan pembatasan sosial.
" Namun masih menjadi pertanyaan, apakah orang-orang masih mau pergi ke mall, berjam-jam menghabiskan waktu mencoba pakaian baru ataupun pengalaman lainnya? Kami masih belum tahu,” jelasnya.(Sah)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN