Ilustrasi Jamur Tiram. (Foto: Pixabay)
Dream – Sekolah negeri di Bachok, Thailand, mendapatkan penghasilan tambahan senilai puluhan juta rupiah selama setahun. Penghasilan tambahan ini berasal dari budidaya jamur tiram.
Dikutip dari Bernama, Minggu 7 Juli 2019, Sekolah Negeri Bakong mendapatkan pendapatan senilai 15 ribu ringgit (Rp51,39 juta) setahun dari proyek budidaya jamur tiram. Program ini diprakarsai oleh wali murid sekolah itu.
Ketua Asosiasi Wali Murid, Azman Ag Noh, mengatakan jamur tiram abu-abu bisa menghasilkan keuntungan senilai 15 ribu ringgit selama setahun.
“ Kami juga menghasilkan pendapatan tambahan senilai 1.800 ringgit (Rp6,17 juta) untuk cendawan kukur yang dipanen selama 1-2 bulan selama April-Mei tahun ini,” kata Azman.
Dia mengatakan sekolah yang merupakan perintis proyek budidaya jamur, membuat program ini untuk mendapatkan tambahan penghasilan melalui kegiatan tersebut.
“ Saat ini, kami memiliki 10 ribu kantong jamur tiram abu-abu dan 500 kantong jamur kukur,” kata dia kepada wartawan.
Azman mengatakan sebuah bangunan kantin tua disulap menjadi tempat budidaya jamur. Di sana, ada ruangan untuk pemijahan jamur dengan semua nutrisi dan spora jamur yang telah dikemas sebelumnya.
“ Kami memulai proyek 5 ribu kantong jamur tiram abu-abu yang berasal dari Thailand dan Indonesia,” kata dia.
Azman mengatakan rata-rata pihaknya menjual 15 kg jamur tiram abu-abu setiap hari seharga 10 ringgit (Rp34.258) per kg dan jamur kukur 40 ringgit (Rp137.022) per kg.
“ Proyek ini memastikan jamur dalam kondisi baik dengan melakukan pemantauan konstan, terutama di bagian suhu dan kelembapan tempat penampungan,” kata dia.
Dream – Kita sering merasa jijik melihat tikus got di jalan. Cobalah mengusir rasa takut itu.
Siapa tahu kamu bisa mendapatkan tambahan uang jajan dari tikus hidup.
Dikutip dari World of Buzz, Selasa 7 Mei 2019, Dewan Bandaraya Kuala Lumpur (DBKL) Malaysia mengumumkan akan memberikan imbalan 3 ringgit (Rp10.343) untuk setiap ekor tikus yang ditangkap hidup-hidup di pasar pagi Jinjang Utara, Kepong, Malaysia
Instansi pemerintah ini akan membuat booth di pasar untuk menerima tikus-tikus itu. Penerimaan tikus hidup dibuka dari pukul 09.00-11.00.
Program ini telah berlangsung sejak 4 Mei 2019 dan berlangsung hingga 10 Mei 2019.
DBKL Malaysia membuat program ini untuk mengendalikan populasi tikus-tikus. Namun, ada yang menyarankan agar tikus mati juga diizinkan untuk “ ditukar” dengan uang.
Seorang pengunjung pasar mengatakan serangan tikus disebabkan oleh saluran air yang tersumbat. Dia juga pernah melihat tikus yang berukuran besar.
“ Saya telah melihat tikus sebesar kucing. Mereka lebih aktif saat senja,” kata pengunjung yang tak disebutkan namanya itu.
Program serupa juga dilakukan di Pasar Pudu, Cheras, dan Keramat. Selain 3 ringgit, “ upah” yang ditawarkan untuk seekor tikus sebesar 2 ringgit (Rp6.895)—beserta alat tangkap—untuk setiap ekor tikus hidup.
Kalau program ini ada juga di Indonesia, kamu tertarik nggak?
Dream – Cicak mungkin menjadi hewan yang menjijikkan, bahkan menakutkan. Tapi, reptil ini menjadi komoditas dagang yang menjanjikan.
Malah, cicak bisa menembus pasar ekspor ke Tiongkok.
Dikutip dari Liputan6.com, Senin 8 April 2019, peluang bisnis jualan cicak ini ditangkap oleh Ita Purwita. Wanita berusia 23 tahun ini menjual cicak dalam keadaan mati kering.
Ita mengatakan bisnis cicak ini dimulai sang ibu sejak 16 tahun yang lalu. Kini, usahanya dikembangkan oleh perempuan asal Cirebon, Jawa Barat.
Ita baru menjalankan bisnis ini sekitar setengah tahun. “ Awalnya ada permintaan, dikirim ke Surabaya,” kata dia kepada Liputan6.com.
Ita mengatakan hewan ini dicari untuk dijadikan bahan baku obat terutama ramuan obat Tiongkok. Makanya, permintaan dari Negeri Tirai Bambu ini terbilang tinggi.
“ Biasanya untuk obat. Itu diambil semua bagian tubuh cicak, seperti langsung digiling,” kata dia.
Cicak-cicak mati ini didapatkan dari Cirebon dan sekitar Jawa Tengah. Hewan itu didapat dari pengepul dalam keadaan hidup, lalu dikeringkan. Agar lebih kering, cicak-cicak yang sudah mati ini dijemur di bawah sinar matahari.
“ Kemudian baru dijual,” kata dia.
Setiap bulannya, Ita bisa mengirimkan 1 kuintal cicak mati. Harga cicak mati kering itu juga tidak murah.
“ Harga per kilogramnya itu Rp250 ribu,” kata dia.
Dari bisnis ini, perempuan itu meraup omzet sampai Rp5 juta per bulan. Ita berharap usahanya terus berkembang dan bisa menjual cicaknya ke lebih banyak negara.
“ Semoga (bisnisnya) bisa terus berkembang,” kata dia.
(Sah, Sumber: Liputan6.com/Septian Deny)
Advertisement
Isi Lengkap Fatwa MUI yang Menyatakan Rumah Tinggal Tak Layak Ditagih PBB Berulang Kali

Eksis Sejak 2012, Komunitas Fotografi di Bandung Ini Punya Nama Unik

Di Tengah Hujan Abu Semeru, Kurir Ini Tetap Melaju Antarkan Paket

3,5 Miliar Data Akun WhatsApp Berpotensi Bocor, Peneliti Ungkap Celah Serius di Sistem Keamanan

Status Tanggap Darurat Semeru Diperpanjang, Pemerintah Lumajang Fokus pada Keselamatan Warga


Beda Usia 25 Tahun, Olla Ramlan dan Tristan Molina Asyik Liburan Mesra di Gili Meno

Inara Rusli Dilaporkan Polisi, Diduga Jadi Wanita Lain Dipernikahan Wardatina Mawa

Status Tanggap Darurat Semeru Diperpanjang, Pemerintah Lumajang Fokus pada Keselamatan Warga

3,5 Miliar Data Akun WhatsApp Berpotensi Bocor, Peneliti Ungkap Celah Serius di Sistem Keamanan

Siapkan Liburan Keluarga yang Sehat: Ide Destinasi Ramah Anak dan Cara Penuhi Nutrisi Si Kecil

Keindahan Wastra dari Timur Indonesia Hadir Lewat Pagelaran `Aku, Wastra, Kisah`

Isi Lengkap Fatwa MUI yang Menyatakan Rumah Tinggal Tak Layak Ditagih PBB Berulang Kali