Bukan Bonus dan Tekanan yang Pacu Prestasi Pegawai, tapi...

Reporter : Syahid Latif
Senin, 21 Maret 2016 15:19
Bukan Bonus dan Tekanan yang Pacu Prestasi Pegawai, tapi...
Prestasi kerja pegawai diteliti dengan skenario pemberian bonus dan tekanan kerja, hasilnya mengejutkan.

Dream - Anggapan prestasi kerja akan meningkat dengan memberikan insentif berupa uang ternyata tak selamanya benar. Ada hal lain yang mendorong seorang pegawai memiliki prestasi gemilang.

Hasil penelitian terbaru yang dikeluarkan Chartered Institute of Management Accountant (CIMA), melaporkan pekerja dapat membuang tenaga dan perusahaan terus gagal mendorong perbaikan prestasi kerja karena kapasitas bawaan otak manusia memang terbatas.

Temuan ini terungkap dari hasil pengujuan akademisi dari Erasmus University's Rotterdam School of Management dan University of Ljubljana di Slovenia yang mengukur dan menganalisa aktivitas otak peserta riset, menggunakan functional magnetic resonance imaging (FMRI). Mereka melakukan serangkaian tugas berbasis komputer, mengukur kemampuan pegawai untuk menilai informasi di bawah desakan waktu ( time pressure ) dan tipe gangguan yang berbeda-beda.

Para peneliti juga membedakan kinerja pegawai yang diberi instentif uang sebagai imbalan untuk kecepatan dan akurasi kerja. Skenario lain adalah pegawai mengalami tekanan sosial untuk melakukan tugas dengan baik.

Kajian tersebut menemukan bahwa meskipun insentif berupa uang dan tekanan sosial memang mendorong orang bekerja lebih keras. Namun prestasi kerja mereka tampak tidak berkembang untuk tugas yang menuntut kesiagaan dan perhatian.

" Jika sistem biologis dasar membatasi kemampuan kita untuk berkembang di jenis-jenis kerja tertentu, kita perlu berpikir lebih imajinatif mengenai cara kita mengukur dan memberi imbalan untuk prestasi kerja," kata Prof. Dr Frank Hartmann , akademisi dari Management Accounting and Management Control di the Rotterdam School of Management, Erasmus University .

Menurut Frank, jenis-jenis pekerjaan bisa jadi jauh lebih spesifik daripada perkirakan. Untuk itu, setiap perusahaan perlu mengenali sampai mana batas prestasi kerja dan menghindari rasa frustrasi pekerja ketika hasil tak selalu berbanding lurus dengan usaha terbaik.

" Organisasi harus memastikan penilaian kinerja dengan akurat dapat menangkap upaya para pekerja, baik untuk mengukur apakah target dan insentif sudah efektif, maupun memastikan setiap individu mendapatkan imbalan sepadan," katanya.

Dr Ian Selby , Director of Research and Development di CIMA , menambahkan, penelitian ini mengindikasikan bahwa banyak perusahaan telah menciptakan tekanan kerja yang sia-sia untuk pegawainya. Lebih parah lagi, mereka menghabiskan banyak uang untuk skema bonus yang tidak efektif.

Perusahaan modern memang memiliki berbagai jenis insentif. Namun mereka tetap saja menggunakan dua hal yaitu tekanan dari atas, atau insentif berupa bonus.

" Dalam banyak kasus, taktik ini berhasil, tapi seperti diindikasikan riset ini, kadang cara ini salah. Solusinya, organisasi harus berinovasi. Mereka harus menemukan cara-cara baru untuk mengelola dan memberi insentif untuk pekerjanya, menggunakan cara pikir yang sama dengan yang mereka per gunakan untuk pengembangan produk." ujarnya.

Beri Komentar