Ini Kesepakatan Gubernur Bank Sentral OKI di Surabaya

Reporter : Syahid Latif
Kamis, 6 November 2014 16:30
Ini Kesepakatan Gubernur Bank Sentral OKI di Surabaya
Dalam upaya pendalaman pasar keuangan, gubernur bank sentral anggota OKI juga menganggap perlunya peningkatan kualitas yang inklusif.

Dream - Usai menggelar pertemuan selama empat jam, bank sentral dan otoritas moneter Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) akhirnya melahirkan sejumlah kesepakatan. Dua isu penting dunia menjadi perhatian para gubernur bank sentral.

" Dalam pertemuan tahunan didahulukan pertemuan expert di bidang macro-prudential dan market deepening. Pertemuan juga mengundang lembaga-lembaga yang memberi masukan khususnya dari IDB (Bank Pembangunan Islam)," kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo dalam keterangan pers di Surabaya, Jawa Timur, Kamis, 6 November 2014.

Agus memaparkan, para gubernur bank sentral sepakat perlu adanya antisipasi kemungkinan tekanan global dalam bentuk kebijakan dan infrastruktur pendukung yang tepat.

" Macroprudential harus terus dapat diperkaya," kata Agus.

Para gubernur bank sentral juga sepakat untuk meningkatkan kerjasama dan capacity building, dalam memperkuat kebijakan makroprudensial dan pendalaman pasar keuangan.

Butir kesepakatan lain yakni, gubernur bank sentral negara OKI meminta dukungan lembaga internasional, untuk membantu membangun standar internasional yang lengkap. Khususnya untuk makroprudensial dan financial deepening.

" Untuk bisa melakukan peningkatan capacity building, kami diantara OKI termasuk lembaga IDB akan membantu hal ini," ujar mantan Menteri Keuangan ini.

Peran lembaga seperti AAOIFI (Lembaga Keuangan Syariah Dunia) juga diharapkan dalam membangun standar internasional yang lebih lengkap termasuk data dan informasi yang diperlukan.

Dalam upaya pendalaman pasar keuangan, gubernur bank sentral anggota OKI juga menganggap perlunya peningkatan kualitas yang inklusif. Secara khusus bahkan diupayakan pengelolaan zakat dan waqaf sesuai best practices, sehingga dapat dimobilisasi dengan lebih baik.

" Di financial inclusion, kita minta pendalaman zakat dan wakaf. Kami melihat ini tak hanya bagian kewajiban Islam tetapi bisa dilakukan pemberdayaan. Juga bisa dikembangkan menjadi sebuah sistem keuangan," kata Agus. (Ism)

Beri Komentar