Dream - UBS Group AG, bank swasta terbesar di dunia, menilai keuntungan menyimpan dolar AS kemungkinan akan semakin mengceil mengingat The Federal Reserve (The Fed) kemungkinan akan mengetatkan kebijakan secara bertahap setelah bulan depan.
Seperti dikutip dari Gulf News, Selasa, 1 Desember 2015, bulan ini UBS mulai memperdagangkan euro terhadap krone Norwegia, daripada terhadap dolar, untuk klien yang mempercayakan asetnya dikelola bank Swiss itu, kata James Purcell dari UBS Hong Kong.
Dolar AS siap menguat sekitar US$ 1,05 terhadap 19 mata uang asing meski dengan prospek ada kelanjutan stimulus dari Bank Sentral Eropa (ECB)..
" Dolar AS tetap menjadi mata uang kuat yang akan mengalami apresiasi daripada depresiasi," kata Purcell dalam sebuah wawancara. " Tapi sebagian besar pergerakan tersebut mungkin telah terjadi."
Sebagian investor rmemperkirakan suku bunga AS untuk pertama kalinya sejak 2006 diharapkan akan naik pada bulan depan. Hal ini membantu mendorong nilai tukar dollar AS menguat sekitar 9 persen terhadap 10 mata uang utama tahun ini.
Setelah kebijakan kenaikan bunga, The Fed diperkirakan siap untuk menaikkan benchmark setiap kuartal di 2016. " Sesuatu yang lebih agresif akan menjadi positif bagi dolar AS," katanya.
Sementara itu klien UBS di Asia masih merasa sangat nyaman dengan investasi berdenominasi dolar AS dan dolar Hong Kong.
Dolar terakhir diperdagangkan di US$ 1.05 per euro pada 16 Maret, yang merupakan hari yang sama dolar AS melonjak ke level terkuat sejak Januari 2003. Pada hari Jumat pukul 02:20 pekan kemarin, dolar diperdagangkan di US$ 1.0614 per euro di Tokyo.
Beberapa manajer hedge-fund yang menghadiri makan malam yang diselenggarakan oleh UBS di London bulan ini memperkirakan euro akan jatuh ke paritas terhadap dolar karena perbedaan antara The Fed dan ECB.
Beberapa peserta juga lebih pesimis pada prospek yuan China daripada UBS. Peserta memperkirakan bahwa yuan bisa terdepresiasi 7 persen terhadap dolar, sementara bank Swiss memprediksi akan melemah lebih lambat 6,6 persen hingga akhir tahun depan, katanya.
Pada Jumat pekan lalu, yuan berada di US$ 6,3938. Devaluasi yuan China pada 11 Agustus telah mendorong volatilitas ke rekor tinggi.
Advertisement