Pasar Iran (Shutterstock.com)
Dream - Iran melarang import produk elektronik asal Korea Selatan. Larangan ini ditetapkan usai adanya perintah dari Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei kepada Presiden Ibrahim Raisi untuk menghentikan impor produk peralatan rumah tangga khususnya dari dua perusahaan besar Korsel namun tidak disebutkan namanya.
Dikutip dari Asia Times, pemerintah Iran beralasan larangan tersebut untuk meningkatkan produksi serta memicu gairah pada ekonomi dalam negeri. Terlebih di tengah kondisi Iran yang masih dijerat embargo ekonomi dari Amerika Serikat.
Meski tidak disebutkan nama dua perusahaan Korsel yang dimaksud, masyarakat Iran berasumsi kedua perusahaan itu adalah raksasa elektronik serta peralatan rumah tangga, Samsung dan LG. Asumsi ini muncul karena selama bertahun-tahun, sekitar 55-70 persen pasar peralatan rumah tangga Iran didominasi dua merek tersebut.
Sebelum penetapan larangan impor ini diberlakukan, mayoritas masyarakat Iran memang pengguna produk Samsung dan LG. Sehingga alih-alih mendukung, masyarakat Iran malah merasa kesal atas larangan impor tersebut.
Masyarakat Iran merasa Pemerintah telah membatasi pilihan produk peralatan rumah tangga. Mereka mencurahkan ketidakpuasan di media sosial tentang pengalaman buruk dengan lemari es, mesin cuci, TV, penyedot debu, microwave, dan mesin pencuci piring buatan dalam negeri.
Sebagian besar konsumen Iran merasa produk dalam negeri memiliki kualitas yang lebih rendah. Ditambah lagi, tidak efisien.
Manufaktur elektronik dan peralatan rumah tangga bukanlah industri yang canggih di Iran. Sementara pengetahuan konsumen sebagian besar bersumber dari negara-negara seperti Jerman, Italia, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, yang barang-barangnya terus dapat diakses bahkan ketika sanksi diberlakukan.
Media lokal melaporkan produsen peralatan rumah tangga Iran malah melipatgandakan harga mereka. Ketua Serikat Pekerja Penjual Peralatan Rumah Tangga Teheran, Akbar Pazouki, mengungkapkan kulkas buatan Iran dijual seharga US$850 (setara Rp12,1 juta), setara dengan gaji pegawai pemerintah tingkat menengah selama lima bulan.
Awal November, anggota parlemen konservatif dari Tabriz, Ahmad Alirezabeigi, memperingatkan Kementerian Perindustrian, Pertambangan, dan Perdagangan melalui surat tentang kondisi pasar yang sudah kosong dari merek asing. Dia menyatakan harga mengalami peningkatan 20-30 persen dan telah membuat banyak orang kehilangan kemampuan membeli apa yang mereka butuhkan.
Beberapa ahli berpikir kerugian dari larangan tersebut, sementara Iran telah terjerat jaringan sanksi perpajakan yang tentu lebih besar daripada manfaatnya. Mereka mengatakan karena rial Iran telah sangat terdevaluasi dan mata uang asing telah terapresiasi, produsen lokal dapat memanfaatkan tidak adanya persaingan untuk menawarkan harga yang terjangkau, tetapi ini tidak terjadi.
Advertisement
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Tampil Cantik di Dream Day Ramadan Fest Bersama Beauty Class VIVA Cosmetics
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Ditagih Janji Rp200 Juta oleh Ibu Paruh Baya, Ivan Gunawan: 'Mohon Jangan Berharap Bantuan Saya'
Bukan Hanya Terkenal, Ellips Buktikan Diri Paling Dicintai Konsumen Lewat Penghargaan YouGov
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta