Ilustrasi
Dream - Pada zaman ini, masyarakat disuguhkan pilihan untuk berbagai macam hal. Tidak terkecuali pilihan daging untuk berkurban. Lembaga amal Lazismu masih menerapkan prinsip pendistribusian daging segar untuk penerima kurban. Hal ini terkait dengan kandungan gizi dari hewan kurban itu.
" Di Lazismu, kita pastikan daging segar. Bisa dengan kita potong dulu baru didistribusikan atau kita kirim hewan kurbannya atau uang pembelian hewan kurban ke daerah-daerah, baru dipotong di sana," ujar Direktur Utama Lazismu Khoirul Muttaqin di Jakarta, kemarin.
" Kita meyakini daging segar punya nutrisi lebih dibandingkan dikalengkan, dikornet, atau diolah terlebih dahulu, meski memang lebih awet."
Sementara itu, Hajriyanto Thohari Ketua Badan Pengurus Lazizmu menyatakan ibadah kurban itu tidak sekadar membagi-bagikan daging, tetapi juga perlu mengutamakan proses agar makna berkurban bisa lebih dirasakan.
" Sunnahnya yang menyembelih itu justru yang kurban karena Nabi mencontohkan demikian. Jadi yang diberikan itu kami utamakan daging segar, untuk meyakini bahwa itu betul-betul berkurban," tambahnya.
Berbeda dengan Lazismu, Rumah Zakat justru mengutamakan pemberian daging yang telah melalui proses kornetisasi. CEO Rumah Zakat Nur Effendi menyatakan hal tersebut bertujuan, agar memudahkan pendistribusian daging kurban hingga ke daerah terpencil sekalipun.
" Daging kurban ini kan potensinya jutaan ton, sayang kalau dihabiskan dalam waktu 3 hari sehingga tidak merata pembagiannya. Ada yang mendapatkan banyak, tapi ada yang tidak dapat sama sekali. Ada yang antri sampai meninggal, tapi ada juga yang antri justru untuk dijual lagi," kata dia.
Untuk itulah, lanjutnya, dibuat kornet supaya lebih tahan lama. Sehingga bisa didistribusikan ke seluruh wilayah, bahkan sampai ke pulau terluar. Fendi menegaskan, kurban modern ala Rumah Zakat ini tidak menyimpang dari aturan berkurban dalam Agama Islam. Justru, pengelolaan daging hewan kurban menjadi kornet ini sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad SAW.
" Di Islam itu yang diatur hanya dua hal, yaitu hewan kurban sehat dan disembelih pada hari tasyrik," ujarnya. " Bahkan Aisyah menyatakan Nabi bersabda, daging hewan kurban sebaiknya disimpan hanya 3 hari, sesudah 3 hari sebaiknya dibagi-bagikan kepada yang membutuhkan."
Untuk itu, daripada dipaksakan habis dalam waktu 3 hari dan terjadi kemubaziran, maka tercetuslah ide pengkornetan daging kurban ini. Lalu, mana di antara kedua pilihan ini yang lebih baik? Itu Anda yang memutuskan. Namun, yang terpenting dari segalanya adalah niat kita untuk berkurban dan saling berbagi dengan sesama. (Ism)
Advertisement