Menbudpar Usul Ganti Nama Wisata Syariah

Reporter : Ramdania
Rabu, 13 Mei 2015 11:03
Menbudpar Usul Ganti Nama Wisata Syariah
Bisnis syariah di Indonesia sebaiknya bersifat universal, tetapi tetap harus mempresentasikan jati diri Indonesia.

Dream - Sejak 2014, pemerintah mencanangkan untuk mengembangkan sektor pariwisata dan lifestyle Islam sebagai bagian dari percepatan pertumbuhan ekonomi syariah di Indonesia. Namun, hingga saat ini, belum ada brand tetap yang digunakan untuk memperkenalkan produk baru tersebut.

Dalam pembukaan Focus Group Discussion (FGD) Halal Tourism and Lifestyle yang diselenggarakan oleh Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Selasa kemarin di Jakarta, Menteri Pariwisata RI Arief Yahya mengusulkan nama Universal Tourism untuk melabeli bisnis baru tersebut.

Menurut Arief, istilah universal relevan dengan esensi yang terkandung dalam ajaran Islam yakni rahmatan lil alamin. Secara harfiah, rahmatan lil alamin berarti berkah bagi seluruh alam semesta. Jadi, tidak hanya masyarakat agama atau golongan tertentu yang dapat menikmati keuntungan dari bisnis tersebut melainkan seluruh kalangan.

“ Kalau menggunakan kata-kata syariah, itu biasanya identik dengan larangan-larangan, syarat-syarat. Kata Universal Tourism lebih cocok,” tambah Arief.

Pakar pemasaran Hermawan Kartajaya dalam kesempatan yang sama pun setuju dengan usulan Menteri Arief Yahya. Menurutnya, untuk memasarkan produk bisnis pariwisata dan lifestyle Islam ini yang mesti ditekankan adalah aspek perilaku dalam menjalankan bisnis. Sedangkan hukum agama, yang terasosiasi dalam kata syariah, sebaiknya disembunyikan saja.

Prinsip universalitas dalam berbisnis, lanjut Hermawan, merupakan nilai yang cocok pula dengan perkembangan strategi pemasaran yang paling mutakhir.

" Sekarang kita ada pada era marketing 3.0, yang sangat humansentris, hubungan antara produsen dan konsumen adalah sama-sama manusia. Jadi, tidak boleh ada superioritas dari siapapun termasuk hukum agama," ujar Hermawan.

" Strategi marketing ini pula yang dulu diterapkan oleh Nabi Muhammad. Jadi kita harus sudah mulai mengubah (strategi marketing) dari vertikal ke horizontal, dari yang eksklusif menjadi inklusif," tambahnya.

Sedangkan menurut Pakar Ekonomi Syariah Adiwarman Karim, apapun nama yang akan ditetapkan untuk bisnis pariwisata Islam nanti, harus bisa merepresentasi identitas ke-Indonesia-an. Sebab, disitulah kekuatan dan nilai jual yang bisa diandalkan.

“ Dalam teori-teori tourism, ada yang disebut dengan genuine destination dan artificial destination. Semua yang artifisial mungkin bisa besar seperti Disneyland, tapi tidak akan berkelanjutan,” tegas anggota Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia itu.

“ Namun yang bersifat genuine itu akan besar dan berkelanjutan. Jadi bila kita ingin memasarkan Bali ya Bali, bukan Arab yang dipindahkan ke Indonesia,” pungkasnya.

Laporan Kurnia Yunita Rahayu

Beri Komentar