Nurlela Saat Berjualan Martabak (Foto: Kemenag)
Dream - Pandemi Covid-19 mengajarkan semua orang untuk bersiap menghadapi tantangan yang datang tak terduga. Mereka yang memiliki mental menyerah hanya akan menghabiskan waktu dengan keluh kesah. Sebaliknya para pejuang akan senantiasa bertarung untuk memperbaiki kondisi agar kehidupan menjadi lebih baik.
Tekad pejuang itulah yang diperlihatkan pasangan suami istri yang berjualan martabak manis, atau dikenal juga sebagai camilan Terang Bulan.
Nurlela Hasanah adalah seorang pedagang martabak terang bulan di Pasar Kuripan, Banjarmasin Timur, Kalimantan Selatan. Sejak Pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, penjualan panganan berbahan dasar terigu disertai isian kacang, cokelat, dan keju ini mengalami penurunan yang signifikan.
Sering kali Nurlela harus menutup warung tanpa mendapat penghasilan sama sekali, alias nihil. Tak jarang Nurlela pulang dengan tangan hampa.
Sebelum pandemi pendapatan Nurlela dan suami memang tidak bisa dibilang berlebih. Selama empat jam berjualan di pasar, pasangan yang mulai membuka gerobak sejak pukul 07.00 - 11.00 WITA hanya memperoleh keuntungan Rp50 ribu.
“ Dulu saya hanya menerima keuntungan Rp50 ribu per harinya, karena sebentarnya waktu berjualan,” ungkap Nurlela, dikutip dari laman resmi Kementerian Agama, Rabu, 22 Desember 2021.
Nasib baik mendatangi Nurlela ketika Kementerian Agama (Kemenag) meluncurkan program KUA (Kantor Urusan Agama) Percontohan Ekonomi Umat. Secercah harapan mulai dirasakan Nurlela dan suami dengan hadirnya program tersebut.
“ Alhamdulillah, bantuan Kementerian Agama melalui program KUA Percontohan Ekonomi Umat datang memberikan semangat,” ujarnya.
Program yang digawangi oleh Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf ini ditujukan untuk 110 keluarga binaan pada 11 KUA Percontohan Ekonomi Umat di Indonesia. Masing-masing keluarga pemilik usaha kecil dan terpilih oleh KUA mendapatkan bantuan usaha senilai Rp10 juta.
Nurlela merupakan salah satu keluarga binaan di KUA Banjarmasin yang terpilih untuk mendapatkan bantuan tersebut. Ia mengatakan, bantuan itu kemudian dipergunakan untuk mengembangkan usahanya.
Selain membuat gerobak untuk kue gerobak martabakn agar dapat menjajakan dagangan di luar pasar, ia juga mulai membuka usaha penjualan perlengkapan ibadah.
“ Bantuan digunakan untuk pembelian perlengkapan usaha penjualan alat-alat ibadah seperti sajadah, peci, baju koko, dan pembuatan gerobak untuk jual terang bulan di luar pasar,” tuturnya.
Nurlela mengatakan, sejak membeli gerobak, penjualan kue terang bulan mengalami kenaikan sampai empat kali lipat. Jika sebelumnya Nurlela hanya memperoleh keuntungan Rp50 ribu per hari, sekarang ia bisa mengantongi laba hingga Rp200 ribu per hari.
Sumber pendapatannya juga bertambah dari hasil penjualan perlengkapan ibadah sebesar Rp500 ribu per bulannya.
“ Alhamdulillah atas nikmat yang saya terima. Semoga usaha saya menjadi berkah dan bisa membantu masyarakat,” tutur Nurlela.
Direktur Pemberdayaan Zakat dan Wakaf, Tarmizi sangat optimis KUA bisa menjadi sentra pemberdayaan ekonomi umat. Alasannya yaiti posisi KUA yang sangat strategis.
“ Letak KUA itu sangat strategis sebab KUA berada di tengah masyarakat. KUA tahu betul di mana kantong-kantong dhuafa dan siapa yang punya potensi muzaki,” ujarnya.
Ia berharap, bantuan afirmasi yang diberikan oleh Kemenag ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi umat.
Adapun 11 KUA percontohan ekonomi umat tersebut yaitu KUA Matangkuli, Aceh Utara; KUA Gunung Toar, Riau; KUA Sematang Boang, Sumatera Selatan; KUA Gunung Sugih, Lampung; KUA Duren Sawit, Jakarta; KUA Ciawigebang, Jawa Barat; KUA Sidoarjo, Jawa Timur; KUA Banjarnegara, Jawa Tengah, KUA Sewon, Yogyakarta; KUA Banjarmasin, Kalimantan Selatan; dan KUA Biringkanaya, Sulawesi Selatan.