Makan Di Restoran/ Foto: Shutterstock
Dream – Sejumlah mal di kota besar menerapkan kebijakan serifikat vaksin Covid-19 untuk pengunjung. Sebelum masuk, pengunjung wajib memperlihatkan bukti kalau sudah mendapat vaksinasi Covid-19.
Hal ini dilakukan untuk menekan risiko penularan Covid-19 dalam mal, mengingat risikonya cukup tinggi. Kondisi mal merupakan gedung tertutup yang membuat virus mudah menyebar.
Lalu apakah vaksinasi dosis penuh membuat kita cukup aman untuk jalan-jalan di mal atau makan di restoran? Dikutip dari Healthline, ketika ingin melakukan kegiatan di ruang publik setelah vaksinasi Covid-19 penting untuk melihat dua hal, yaitu faktor risiko pribadi dan level kasus di wilayah tempat tinggal.
" Tidak ada vaksin yang 100% efektif sepanjang waktu. Beberapa orang masih berpeluang lebih tinggi terkena Covid-19 meski telah divaksin. Individu yang berisiko tinggi seperti pasien penerima transplantasi organ perlu mengambil tindakan pencegahan yang lebih ketat di daerah dengan tingkat vaksinasi rendah dan tingkat penyebaran yang tinggi," kata Amesh Adalja, ahli penyakit menular dari Johns Hopkins University Center for Health Security.
Sementara Perry Wilson seorang dokter dan peneliti di Yale School of Medicine mengatakan, secara umum orang yang telah menerima vaksin cukup aman berkegiatan saat ini.
“ Vaksinasi membuat Covid-19 dari hal yang berpotensi mematikan menjadi hal yang jauh lebih ringan,” kata Wilson.
Masker tetap harus digunakan saat beraktivitas di dalam ruangan, begitu juga menjaga jarak. Mereka yang sudah divaksin dan ingin ke mal atau makan di restoran, cukup aman dilakukan jika protokol kesehatan dilakukan.
Pastikan juga kondisi tubuh dalam keadaan fit dan tidak berkerumun. Hindari makan di ruangan yang sangat sempit dan terdapat banyak orang. Jika memang ada pilihan tempat makan di luar ruangan, itu jauh lebih aman.
Batasi juga durasi berjalan-jalan di mal. Jangan terlalu lama di dalam ruangan tertutup dan sesampainya di rumah segera bersihkan tubuh.
Laporan: Elyzabeth Yulivia
Dream - Hingga hari ini obat untuk pasien yang terpapar virus Covid-19 belum ada. Obat yang diberikan pada pasien, baik yang kondisinya ringan atau berat selama ini hanya untuk meredakan gejala bukan untuk menyembuhkan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan sejulah perusahaan farmasi di berbagai negara tengah meneliti formulasi obat untuk penanganan Covid-19. Pada 11 Agustus 2021 kemarin, WHO mengumumkan kalau akan melakukan uji coba pada tiga obat baru untuk penanganan Covid-19.
Uji coba tersebut akan melibatkan ribuan peneliti di lebih dari 600 rumah sakit di 52 negara. Tiga obat tersebut yakni Artesunate, Imatinib dan Infliximab untuk.
Ketiga obat tersebut dipilih lantaran berpotensi mengurangi risiko kematian pada pasien Covid-19 yang mengalami gejala parah. " Kami berusaha mencari pengobatan yang lebih efektif dan terjangkau untuk pasien Covid-19 dalam kondisi parah. WHO bangga bisa memimpin upaya gobal untuk hal ini," kata Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.
1. Artesunate
Artesunate, dikutip dari Alomedika.com, merupakan golongan obat antiprotzoa yang termasuk dalam sub kelompok antimalaria. Obat ini termasuk dalam grup artemisin yang digunakan untuk pengobatan malaria. Merupakan obat semi sintetik yang larut air dan dapat diberikan secara intravena.
Artemisinin dan turunannya telah digunakan secara luas dalam pengobatan malaria dan penyakit parasit lainnya selama lebih dari 30 tahun, dan dianggap sangat aman. Kelompok Penasihat Terapi COVID-19 WHO merekomendasikan untuk mengevaluasi sifat anti-inflamasi artesunat.
Obat Imatinib Mesylate adalah obat untuk menangani leukemia atau kanker darah. Merupakan obat antikanker golongan penghambat protein kinase (protein kinase inhibitor).
Selain itu, obat ini juga digunakan dalam pengobatan gastrointestinal stromal tumors (GIST), sindrom mielodisplasia, sindrom hipereosinofilik, mastositosis sistemik agresif, serta dermatofibrosarcoma protuberans yang sulit diatasi melalui operasi.
Imatinib bekerja dengan cara menghambat fungsi enzim tirosin kinase. Cara kerja ini akan membantu menghentikan pertumbuhan dan penyebaran sel kanker.
Infliximab adalah obat untuk mengobati rheumatoid arthritis, spondilitis ankilosa, psoriasis arthritis, psoriasis plak, penyakit Crohn, atau kolitis ulseratif. Obat ini biasanya digunakan jika pengobatan yang lain tidak memberikan hasil yang baik.
Merupakan antibodi monoklonal yang bekerja dengan cara memblokir zat kimia alami tubuh bernama faktor nekrosis tumor alfa. Dengan begitu, respons sistem kekebalan tubuh akan menurun dan peradangan akan mereda. Obat ini tidak boleh digunakan sembarangan dan harus sesuai resep dokter.
Sebuah uji klinis acak yang dilakukan di Belanda melaporkan bahwa imatinib dapat memberikan manfaat klinis pada pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit, tanpa adanya masalah keamanan.
Sumber: Alomedika/ WHO
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun
Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000
NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu
Potret Luna Maya dan Cinta Laura Jadi Artis Bollywood, Hits Banget!