Tagihan Listrik Juni 2020 yang Membengkak Akan Dicicil Tiga Bulan

Reporter : Arie Dwi Budiawati
Selasa, 9 Juni 2020 13:36
Tagihan Listrik Juni 2020 yang Membengkak Akan Dicicil Tiga Bulan
Sebanyak 60 persen dari tambahan tagihan yang membengkak di bulan Juni 2020 akan dicicil selama tiga bulan. Sementara 40% ditagih pada bulan ini.

Dream – Sahabat Dream, sudah mengecek atau mungkin membayar tagihan listrik bulan Juni 2020? Kamu pasti akan terkejut saat pertama kali melihat lonjakan tagihan yang sangat besar. Bahkan ada yang sampai membayar tagihan dua kali lipat dari biasanya.

PT PLN (Persero) sebagai penyedia listrik di Indonesia turut merasakan beban masyarakat yang mendapat tagihan listrik naik dari biasanya. BUMN setrum ini telah merancang skema penagihan yang diklaim lebih meringankan pelanggannya.

Rencananya, tagihan listrik PLN bulan Juni 2020 yang membengkak sangat tinggi akan dicicil di 3 bulan berikutnya.

“ Solusinya kita melihat dari rekening Mei bulan lalu terjadi lonjakan bagi pelanggan, kami juga menyiapkan antisipasinya, kami memiliki policy bahwa kWh yang tidak tercatat akibat pencatatan rata-rata Maret ke rekening April dan Mei itu bisa diangsur sebanyak 3 kali dalam 3 bulan,” kata Senior Executive Vice President Bisnis & Pelayanan Pelanggan PLN, Yuddy Setyo Wicaksono, dikutip dari Liputan6.com, Selasa 9 Juni 2020.

Rinciannya, perhitungan 60 persen dari kenaikan itu dicicil selama 3 bulan mulai bulan depan yakni Juli, sementara 40 persen dari kenaikan dibayarkan di bulan Juni ini.

“ Harapan kami lonjakan lonjakan ini bisa cukup membantu kepada pelanggan kita paham pada kondisi para pelanggan sehingga dengan melakukan aturan tersebut bisa meringankan,” kata Yuddy.

1 dari 4 halaman

Begini Perhitungannya

Misalnya, kamu punya tagihan listrik perbulan satu juta, bulan Januari, Februari, Maret dan bulan sebelumnya tagihan masih sama yakni Rp1 juta, dan pada waktu dicatat rata-ratanya. Kamu tetap membayar Rp1 juta, padahal pemakaian pada bulan Maret ke April mencapai Rp1,6 juta, misalnya.

Lalu, pada Mei untuk rekening Juni, tagihan listrik mencapai Rp1 juta. Jika tidak dicicil, besarnya tagihan mencapai Rp1,6 juta.

Jika menggunakan cicilan tagihan, ada tambahan sebesar 40 persen dari kelebihan Rp600 ribu, yaitu Rp240 ribu. Jadi, untuk bulan ini, kamu akan membayar Rp1,24 juta.

Sisanya, Rp360 ribu dibayar untuk tiga bulan berikutnya, yaitu Juli, Agustus, September. Masing-masing ditambahkan Rp120 ribu.

2 dari 4 halaman

Hubungi Call Center untuk Mengetahui Tagihan

Kemudian, Yuddy menjelaskan cara agar pelanggan mengetahui tagihan listriknya yakni dengan menghubungi contact center 123.

“ Kami punya posko pengaduan ada kontak 123 kami siapkan, Kami punya data ketika disampaikan di pelanggan kami bisa melihat riwayat pelanggan tersebut,” kata dia.

Atau, pelanggan bisa melihat bacaan meter di rumah secara langsung, dan melaporkan kepada contact center 123 atau melalui aplikasi PLN mobile, website PLN, maupun Media sosial PLN, apabila terjadi kekeliruan terkait meteran listrikAnda yang ternyata tidak sesuai dengan data yang berada di PLN.

 

 

Apabila meteran lebih rendah daripada yang diinformasikan oleh pihak PLN, kamu bisa melaporkan ke pihak PLN yang sudah disebutkan tadi yakni melalui aplikasi mobile atau contact center 123, dan lainnya.

Selanjutnya, Yuddy menegaskan kembali bahwa pihak PLN akan memberikan penjelasan kepada Anda sebagai pelanggan. Apabila masih kurang jelas, pihak PLN akan memberikan penjelasan lebih lanjut dengan mengirimkan pihak PLN terdekat dan mendatangi kediaman untuk mengecek secara langsung meteran listrik yang bersangkutan.

3 dari 4 halaman

Penyebab Tagihan Listrik Naik

Lantas, apa, sih, yang membuat tagihan listrik naik? Ada tiga hal yang membuat tagihan listrik membengkak, yaitu Work From Home (WFH), Ramadan, dan pencatatan rata-rata.

Pertama, bekerja dari rumah. Diketahui WFH dimulai bulan Maret maka larinya tagihan listrik ke rekening bulan April dan Mei, sehingga pencatatan WFH tadi menyebabkan peningkatan konsumsi listrik bagi sebagian rumah tangga.

“ Saya sampaikan tidak semua rumah tangga mengalami kenaikkan, tapi sebagian mengalami kenaikkan. Kenapa naik? Karena WFH ini semua keluarga ada di rumah baik bapak dan ibu yang biasa di kantor sekarang pas WFH ada di rumah, anak-anak yang sekolah juga ada di rumah, kebanyakan menggunakan listrik pada sore dan malam, nah sekarang mulai pagi hingga malam sehingga konsumsi listrik meningkat,” kata dia.

Alasan kedua, karena pada bulan Mei ini ada Ramadan, pihaknya mencatat bahwa saat bulan ramadan dibandingkan bulan sebelumnya terjadi kenaikan pemakaian konsumsi listrik.

Pada saat Ramadan banyak yang bangun lebih awal untuk melakukan kegiatan masak pada dini hari dan menyalakan listrik tentunya. Artinya konsumsi listrik lebih panjang sehingga pemakaian konsumsi listrik pada saat Ramadan bisa dipastikan akan mengalami kenaikan dari sebelumnya.

4 dari 4 halaman

Pemakaian Rata-rata

Menurut Yuddy adanya kenaikan konsumsi listrik ini karena pencatatannya berdasarkan pembayaran tagihan rata-rata 3 bulan maka tidak terlihat ada energi, atau konsumsi listrik yang digunakan oleh pelanggan, namun nyatanya belum tercatat atau belum dibayar, tiba-tiba merasa ada lonjakan.

“ Ketiga, akibat pencatatan rata-rata, kita ketahui misalkan di bulan April dicatat rata-rata dasar pemakaiannya adalah berdasarkan tiga bulan sebelumnya yang belum mengalami WFH, maka aturan April ada WFH sehingga ada kenaikan konsumsi listrik yang tidak dirasakan pada waktu bulan April,” ungkapnya.

 

 

Kemudian apabila di bulan Mei dilakukan pencatatan rata-rata, maka di bulan Mei pun ada kenaikan yang tidak dicatat atau pun dibayar. Begitupun dengan bulan Juni, pecatatan tagihan listrik pada rata-rata sebelum covid-19, ditambah ada KWH yang belum dicatat dan dibayar di bulan April dan Mei ditumpukan ke bulan Juni, sehingga menyebabkan pembengkakan atau peningkatan tagihan listrik yang tidak dirasakan.

(Sumber: Liputan6.com/Tira Santia)

Beri Komentar