Banyak Cuci Tangan Saat Pandemi, Lakukan Perawatan Ekstra

Reporter : Mutia Nugraheni
Jumat, 15 Januari 2021 14:12
Banyak Cuci Tangan Saat Pandemi, Lakukan Perawatan Ekstra
Jangan sampai kulit tangan mengalami masalah.

Dream – Selama pandemi kebiasaan kita banyak berubah terutama dalam hal mencuci tangan demi menghindari tertularnya virus COvid-19. Frekuensi mencuci tangan menjadi lebih sering, termasuk juga menggunakan hand sanitizer.

Kebiasaan ini jadi adab kebiasaan baru yang wajib dilakukan. Tak dipungkiri, efeknya adalah tangan menadi kering. Terlihat kusam, kulit mengelupas, bahkan hingga muncul luka karena iritasi dari sabun dan sanitizer.

Nah, beberapa cara untuk mengembalikan kelembutan kulit tangan dari kekeringan dan memulihkan kembali kelembapannya. Sahabat Dream tetap patuhi protokol kesehatan dengan sering mencuci tangan, tapi lakukan juga hal berikut untuk merawatnya.

- Cuci tangan dengan air hangat dan pakai sabun yang lembut, bebas dari pewangi dan bahan kimia serta batasi jumlah penggunaan sabun, tidak usah terlalu banyak.

- Keringkan sedikit dengan handuk, jangan sepenuhnya.

- Gunakan pelembab khusus tangan sesegera mungkin setelah mencuci tangan, disarankan pakai yang formula krim atau salep daripada lotion

- Gunakan produk dari bahan organik, seperti lidah buaya, minyak kelapa, minyak zaitun, minyak almon, krim susu, dan lain-lain. Dengan begitu sel kulit akan melakukan regenerasi.

Laporan Josephine Widya/ Sumber: Times of India

 

Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

1 dari 8 halaman

Mengapa Harus Cuci Tangan 20 Detik untuk Bunuh Virus Corona di Tangan?

Dream - Para ahli menyarankan mencuci tangan pakai sabun selama 20 detik di bawah air mengalir untuk mengurangi risiko tertular virus corona. Namun, mengapa cuci tangan harus dilakukan minimal 20 detik?

" Butuh waktu untuk membersihkan semua permukaan itu secara efektif," kata Thomas Gilbert, profesor kimia dan biologi kimia di Northeastern University, Amerika Serikat.

" Jika Anda mencoba melakukannya dalam waktu setengahnya, Anda mungkin tidak akan membersihkan semuanya secara efektif," tambah dia.

Tangan memang punya banyak permukaan dan bagian yang harus dibersihkan satu per satu. Busa sabun harus menutupi semua permukaan untuk menangkap kuman di tangan, baik di telapak tangan, kerutan, kuku, sela-sela jari, di bawah cincin, tali pengikat, atau goresan yang mungkin Anda miliki pada jari yang cedera.

Jika mencuci tangan dengan benar, 20 detik memberikan cukup waktu untuk melakukannya secara teliti dan molekul sabun melakukan tugasnya di seluruh tangan.

2 dari 8 halaman

Menurut Gilberst, efektivitas sabun dapat dilihat ketika orang menggunakannya untuk mencuci benda-benda seperti kotoran dari tangan. Mencuci kotoran juga dapat menunjukkan bahwa jika tidak melakukannya dengan benar, 20 detik pun tidak akan cukup untuk membersihkan tangan Anda.

Hal yang sama berlaku untuk kuman, seperti SARS-CoV-2 --virus yang menyebabkan Covid-19.

" Anda dapat melakukan pekerjaan yang cukup efektif dan Anda benar-benar dapat mengetahui bahwa Anda melakukan pekerjaan yang baik dengan sabun dan air, karena jika ada kotoran atau sesuatu yang terlihat di kulit Anda, Anda dapat melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menghilangkannya," Kata Gilbert.

" Jika Anda menggunakan pembersih, Anda tidak akan mendapatkan pesan visual yang sama," tambah dia.

 

Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

3 dari 8 halaman

Jaga Jarak, Cuci Tangan, dan Masker: Mana yang Sulit Dilakukan Masyarakat?

Dream - Kampanye 3M; Memakai Masker, Menjaga Jarak Aman, dan Mencuci Tangan, adalah paket protokol kesehatan yang harus diperhatikan masyarakat untuk mencegah penularan COVID-19.

Imbauan yang perlu dipatuhi semua masyarakat secara disiplin, langkah ini sesuai dengan anjuran dari para ahli dan dokter.

Survei AC Nielsen bekerjasama dengan UNICEF pada enam kota besar di Indonesia dengan jumlah 2000 responden, mencoba menggali sikap masyarakat sehari-hari terkait praktik pencegahan COVID-19.

Dari hasil survei, 69,6% responden tersebut mengaitkan COVID-19 dengan aspek negatif seperti, berbahaya, menular, darurat, mematikan, menakutkan, khawatir, wabah, pandemi, dan penyakit.

 

4 dari 8 halaman

Survei membuktikan

Meski mayoritas responden mengasosiasikan COVID-19 dengan aspek negatif, namun hal ini justru mengarah terhadap perilaku seseorang untuk bertindak positif dalam pencegahan COVID-19.

“ Rasa takut apabila dimanfaatkan dengan benar, kemudian bisa mengarahkan ke arah perilaku yang lebih baik. Karena kalau tidak diolah dengan baik rasa takut ini hanya akan jadi ketakutan saja, tidak menjadi aset untuk mengolah perubahan perilaku.” ujar Rizky Ika Syafitri, UNICEF Communications Development Specialist pada Rabu, 4 November 2020.

Dalam acara Dialog Produktif bertema Keterlibatan Masyarakat dalam Respon Pandemi COVID-19 yang diselenggarakan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), Rizky juga menjelaskan perilaku masyarakat terkait 3M secara nyata menunjukkan 31,5% dari seluruh responden melakukan seluruh perilaku 3M secara disiplin.

36% dari total jumlah responden melakukan dua dari perilaku 3M, sementara 23,2% melakukan satu dari perilaku 3M. Hanya 9,3% dari responden yang tidak melakukan kepatuhan terhadap 3M sama sekali.

 

5 dari 8 halaman

Salah persepsi

Ilustrasi

“ Apabila kita analisa secara individual, menjaga perilaku jaga jarak (47%) lebih rendah daripada memakai masker (71%) dan mencuci tangan (72%). Khusus untuk jaga jarak, ternyata didapatkan adanya aspek norma sosial yang berperan di sini seperti, merasa tidak enak menjauh dari orang lain, orang lain yang mendekat ke saya, atau berpikir bahwa semua orang juga tidak menjaga jarak,” terang Risang Rimbatmaja, Konsultan UNICEF.

Konsep salah persepsi bahwa orang yang terlihat sehat, dianggap tidak dapat menularkan penyakit menjadi salah satu faktor rendahnya penerapan perilaku menjaga jadak di kalangan masyarakat.

“ Yang tidak kalah menonjol adalah salah persepsi, saya sehat atau orang lain sehat kenapa harus jaga jarak? Kelihatannya konsep Orang Tanpa Gejala (OTG) masih belum betul-betul berada di benak masyarakat,” tambah Risang Rimbatmaja.

 

6 dari 8 halaman

Jangan anggap sepele OTG

Ilustrasi

Masyarakat luas perlu memahami konsep OTG, karena sebagian masyarakat masih merasa tidak perlu menjaga jarak.

Dengan masyarakat yang memahami konsep ini diyakini bahwa mereka akan menerapkan pencegahan dengan lebih disiplin.

“ Tentunya semakin baik pengetahuannya semakin berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan COVID-19 yang lebih baik dan disiplin,” ujar Rizky.

Diketahui, 71% responden berpikir bahwa penularan COVID-19 hanya melalui orang yang batuk dan bersin. Hanya 23-25% responden yang menyebutkan penularan COVID-19 melalui berbicara dan bernafas.

 

7 dari 8 halaman

Jangan percaya hoax

Ilustrasi

Masyarakat perlu mengetahui sumber informasi yang terpecaya, dalam edukasi untuk perubahan perilaku.

Berdasarkan riset, saat ini televisi menjadi sumber informasi yang paling dipercaya masyarakat jika berhubungan dengan COVID-19, diikuti koran, radio, media sosial, grup WhatsApp, pemberitaan media online, dan situs internet.

“ Jadi kalau untuk perubahan perilaku, kita cari tahu yang terpercaya. Karena kalau terpercaya, asumsinya masyarakat akan mau melakukan perubahan yang disampaikan," kata Rizky lagi.

 

8 dari 8 halaman

ilustrasi

Rizky juga menegaskan, dalam hal ini, bahwa medium televisi masih jadi salah satu penyaluran terkuat untuk dimanfaatkan. Yang menarik juga di sini tokoh masyarakat dan agama masih didengarkan masyarakat.

“ Pastikan untuk penanganan COVID-19 masyarakat mengakses sumber-sumber yang bisa dipertanggungjawabkan. Untuk informasi COVID-19 sudah ada website, www.covid19.go.id. Di dalamnya terdapat fitur hoax buster untuk memastikan informasi tersebut benar atau hoax,” tutup Rizky Ika Syafitri.

 

 

Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.

Beri Komentar