Ilustrasi/Shutterstock
Dream - Sejumlah orang yang dinyatakan sudah sembuh dari Covid-19 ternyata kembali terinfeksi virus corona. Padahal, orang yang telah terinfeksi memiliki antibodi yang bisa mencegah terpapar ulang oleh virus.
Saat ini, banyak penelitian baru yang menunjukkan hubungan antara gejala Covid-19 dengan kekebalan yang mungkin diperoleh pasien setelah sembuh.
Para ahli percaya bahwa tingkat antibodi dan kekebalan yang kamu miliki dapat menentukan ada tidaknya risiko untuk terinfeksi kembali. Kekebalan tubuh yang lemah karena penyakit bawaan tertentu juga bisa membuat seseorang mudah sakit.
Penelitian terbaru yang dilakukan University of Wisconsin menegaskan, dengan mengetahui alur dan pola gejala, maka besar tidaknya risiko seseorang untuk terinfeksi kembali dapat diketahui.
Saat mempelajari skema melawan infeksi, mereka mengembangkan antibodi Covid-19.
Dan dari penelitian yang didapatkan, disimpulkan bahwa antibodi dapat bertahan antara 3 hingga 6 bulan pada seseorang dan akan mulai berkurang setelah waktu 6 bulan.
Walaupun tanpa gejala, masalah infeksi yang lebih ringan dianggap memiliki kekebalan yang lebih rendah daripada yang lainnya.
Apa yang ditemukan dalam penelitian itu?
Studi, yang belum ditinjau kolega lainnya tersebut, menganalisis sampel darah dari 113 pasien yang pulih dari Covid-19 selama lima minggu, kemudian dibandingkan dari sampel darah yang diambil setelah tiga bulan.
Temuan penelitiannya juga membuktikan bahwa penelitian sebelumnya, yang berupa seorang laki-laki dengan penyakit Covid-19 yang parah lebih cenderung memiliki antibodi tahan lama.
Dan pasien tanpa gejala, jumlah antibodinya akan memudar lebih cepat dari biasanya.
Berikut empat tanda umum seseorang dapat memiliki kekebalan yang tahan lama terhadap Covid-19, serta kurangnya risiko terinfeksi kembali dibandingkan dengan orang lain.
1. Demam lebih dari seminggu
Biasanya, demam ringan berkisar antara 99-101 derajat Fahrenheit (dikaitkan dengan Covid-19) dan dapat mereda setelah 4 hingga 5 hari infeksi.
Demam yang berlangsung lebih lama biasanya disebabkan adanya kekhawatiran berlebihan.
Meski demam merupakan reaksi alami tubuh terhadap peradangan, suhu tubuh yang bertahan lebih lama juga menandakan bahwa tubuh bekerja keras untuk memproduksi lebih banyak antibodi.
Reaksi dari peradangan sistemik seperti demam, penting untuk dilakukan peningkatan reaksi kekebalan tubuh yang baik, dan juga bisa menjadi alasan mengapa kasus Covid-19 yang lebih ringan memiliki lebih sedikit antibodi.
Kehilangan nafsu makan biasa terjadi pada kasus penyakit yang disebabkan virus. Dalam kasus infeksi Covid-19, kehilangan nafsu makan ada hubungannya dengan Covid-19 yang parah.
Hal ini dapat terjadi ketika seseorang mengalami gejala seperti kehilangan penciuman dan rasa (makanan tidak menarik selera), infeksi tenggorokan, mual, dan kelelahan yang parah.
Kehilangan nafsu makan yang ekstrem juga merupakan tanda bahaya bahwa tubuhmu sedang mengalami perubahan besar dan sedang bekerja keras untuk menghasilkan reaksi peradangan sistemik yang tinggi, untuk banyak memproduksi antibodi.
Meski merupakan penanda yang baik dari tubuh, melawan dan mengembangkan kekebalan tidak boleh dianggap enteng. Kehilangan nafsu makan jangka panjang dan masalah makan dapat mengganggu metabolisme, menyebabkan penurunan berat badan, menguras energi dan kelelahan, serta adanya konsekuensi yang ditakuti.
Diare, merupakan akibat dari gejala Covid-19 yang parah, sehingga dikhawatirkan dapat menyerang pasien dengan permasalahan yang banyak. Sering juga disertai gejala lain seperti infeksi usus, muntah, hingga rasa tidak enak badan.
Namun, itu juga bisa menandakan bahwa hal tersebut merupakan proses untuk 'meningkatkan atau memberdayakan' reaksi antibodi alami tubuh dengan meningkatkan sel-sel kekebalan yang ada di sepanjang lapisan usus.
Sakit perut merupakan tanda umum adanya komplikasi gastrointestinal yang ada hubunganya dengan Covid-19.
Para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang sakit perut, menjadi salah satu gejala selama infeksi yang terbukti memiliki lebih banyak antibodi serta kekebalan yang lebih tahan lama dibandingkan dengan yang tidak.
Namun, masih perlu adanya penelitian lebih lanjut yang diperlukan untuk menyimpulkan korelasi antara yang sama.
Sumber: Times of India
Laporan: Yuni Puspita Dewi
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?