Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Masker saat ini boleh dibilang merupakan 'senjata' penting untuk mengurangi risiko penularan Covid-19 di mana pun. Termasuk juga menjaga jarak minimal 2 meter. Sebuah studi terbaru mengungkap tetesan liur (droplet) dari batuk dapat menyebar lebih jauh dari 6 kaki dan berpotensi membawa virus Covid-19 untuk menginfeksi orang lain.
Dalam studi terbaru, para peneliti di Singapura memperkirakan bagaimana tetesan dengan berbagai ukuran dapat berpindah dari orang yang batuk ke seseorang yang berdiri masing-masing 1 meter atau 2 meter, atau 3,2 kaki dan 6,5 kaki.
Studi tersebut menemukan bahwa pada jarak sekitar 3 kaki (0,9 meter), seseorang yang berdiri di depan 'simulasi batuk' benar-benar terkena langsung virus. Orang tersebut bahkan tertutup oleh sekitar 65% dari semua tetesan yang dihasilkan oleh batuk itu.
Sebagian besar tetesan/ droplet merupakan zat lemak. Penelitian mengungkap bahwa tetesan tersebut membawa viral load yang “ luar biasa”. Saat orang yang batuk dan orang di dekatnya berjarak 2 meter, lebih sedikit tetesan mencapai orang lain, tetapi batuk masih menghasilkan virus yang cukup untuk berpotensi menginfeksi orang lain.
Dalam kedua kasus tersebut, droplet mengalir turun dari hidung dan mulut orang yang batuk, sehingga sebagian besar jatuh ke tubuh bagian orang yang berada di sekitar yang batuk. Karena itu, para peneliti berpikir orang mungkin tidak menghirup droplet tapi bisa terinfeksi karena kulit atau pakaiannya terkena droplet.
Lalu kemudian menginfeksi diri mereka sendiri ketika menyentuh droplet dan memegang hidung atau wajah. Tak harus terhirup, tapi virus juga bisa menginfeksi dengan cara lain.
“ Jelas, kita tidak sakit karena virus mendarat di pakaian. Menggosok tangan di seluruh celana dan mengambil virus lalu menyentuh hidung, mata, atau memasukkan jari ke dalam mulut, kemudian virus terhirup, baru menginfeksi," kata Linsey Marr, PhD, yang telah mempelajari penularan virus secara aerosol.
Tentu saja, bersin dan batuk bisa berbahaya, tetapi dua orang harus sangat berdekatan, hampir bertatap muka, untuk menularkan virus dengan cara ini.
“ Itu harus tepat di depanmu. Kita harus benar-benar dekat, dan tetesan itu terbang seperti bola meriam mini dan mendarat di mata atau di lubang hidung, yang mengarah ke bawah," kata Marr.
Virus dapat menyebar melalui udara dalam dua cara. Pertama dalam tetesan besar yang lebih berat yang dikeluarkan dari hidung atau mulut, dan kedua melalui aerosol, yaitu tetesan yang sangat kecil sehingga cepat mengering di udara.
Tetesan yang lebih besar mengandung lebih banyak salinan virus, tetapi juga berat dan jatuh ke lantai dan permukaan di dekatnya dengan cepat setelah bersin atau batuk. Aerosol yang lebih kecil, dapat dihasilkan dari bagian belakang tenggorokan saat kita berbicara, berbicara, atau bahkan bernyanyi. Ukurannya yang kecil memungkinkan aerosol tersebut terus melayang di udara selama beberapa menit atau bahkan berjam-jam, dan dapat tetap hadir setelah seseorang meninggalkan ruangan.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream - Memakai masker saat keluar rumah merupakan hal kini tak bisa ditawar. Bukan hanya untuk melindungi diri dari penularan virus Covid-19, tapi juga melindungi orang lain.
Sayangnya masih banyak orang yang malas atau bahkan menolak mengenakan masker dengan alasan bisa berdampak buruk pada pernapasan. Ada juga berpendapat memakai masker mengurangi pasokan oksigen dalam darah, menyebabkan " keracunan" karbondioksida dan melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Faktanya tak demikian. Simak saja penelitian tim dari McMaster University di Kanada. Mereka menguji 25 manula (rata-rata usia: 76,5) dengan oksimeter alat pengukur kadar oksigen dalam darah saat memakai masker, serta sebelum dan sesudah.
Para peneliti tidak menemukan tanda-tanda hipoksia, atau berkurangnya level oksigen salam darah. Jadi, pakai masker tak mengurangi sedikit pun level oksigen dalam darah. Awalnya memang terasa sedikit tak nyaman atau sesak.
" Saya melihat masker seperti sabuk pengaman. Memang belum tentu nyaman, tapi melindungi," kata dr. Aaron Glatt, seorang spesialis penyakit menular, dikutip dari WebMD.
Beberapa orang mungkin merasa tidak nyaman memakai masker, tapi itu bukan alasan untuk tidak melakukannya. Secara keseluruhan hasil dari uji oksimeter adalah tidak ada penurunan yang mengkhawatirkan dalam saturasi oksigen darah. Rata-rata, saturasi oksigen adalah 96,1% sebelum bermasker, dan kemudian sedikit lebih tinggi saat mereka mengenakan masker dan setelahnya, masing-masing 96,5% dan 96,3%.
Penemuan ini dipublikasikan secara online sebagai surat penelitian dalam Journal of American Medical Association edisi 30 Oktober. Penelitian ini dilakukan pada mereka yang berusia lanjut yang mungkin akan lebih rentan terhadap penurunan kadar oksigen dari pemakaian masker.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati