Ilustrasi Pengisian Kendaraan Listrik. (Foto: Shutterstock)
Dream – PT Jasa Marga Tbk (Persero) mempermudah pengguna mobil listrik untuk mengisi bahan bakar. Melalui anak usahanya, PT Jasamarga Bali Tol (JBT), perusahaan pelat merah ini menyediakan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di Pool Ruas JBT.
Dikutip dari keterangan tertulis yang diterima Dream, Kamis 30 Januari 2020, keberadaan SPKLU mendukung penerapan teknologi ramah lingkungan dan konsep green toll road.
Direktur JBT, Enkky Sasono, mengatakan fasiltas pengisian baterai mobil listrik saat ini baru ada satu. Ke depan, semua area pintu masuk tol Jalan Tol Bali Mandara akan menyediakan fasiitas tersebut.
Untuk penyediaan fasilitas pengisian bahan bakar mobil listrik, Jasa Marga menggandeng PT PLN (Persero) dan PT Opinteh Djojo Indo.
“ Jadi, ke depan, kami akan melihat dahulu penetrasi mobil listrik di Bali seperti apa,” kata dia di Denpasar, Bali.
Saat ini, ekosistem mobil listrik, khususnya di Bali, memang belum berkembang secara signifikan. Namun, lanjut Enkky, SPKLU tersebut merupakan langkah konkret terhadap regulasi terkait, baik oleh Pemerintah Pusat ataupun pemerintah daerah.
Regulasi yang dimaksud, ungkap dia, adalah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan. Perpres tersebut mendapat sambutan positif dari Gubernur Bali melalui penerbitan Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 45 Tahun 2019 tentang Bali Energi Bersih dan Pergub Bali Nomor 48 Tahun 2019 tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.
“ Kami membiasakan suatu yang baru. Tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tapi perlu kami tegaskan, ini adalah sebuah langkah awal dalam mendukung apa yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, baik itu pemerintah Pusat ataupun pemerintah daerah,” kata dia.
Selain fasilitas pengisian kendaran listrik, JBT juga akan mengembangkan sumber-sumber energi baru untuk transportasi yang ramah lingkungan, misaknya energi sel surya atau matahari. JBT telah melakukan serangkaian riset dan inovasi berkelanjutan. Rencananya, PT JBT akan menggunakan teknologi sel surya di sepanjang jalur motor pada Jalan Tol Bali Mandara. Selain menyediakan listrik yang bersumber dari sel surya, teknologi ini juga dapat melindungi pengguna motor dari terpaan angin.
Dream - Untuk pertama kalinya, Indonesia memiliki ruas jalan tol yang bisa 'bernyanyi'. Fasilitas tersebut dikenal dengan singing road yang terletak di Tol Trans Jawa KM 644+200 B arah Surabaya-Solo.
Dikutip dari akun Instagram @official.jasamargatransjawa, Rabu 29 Januari 2020, singing road merupakan marka berupa rumble strip yang dipasang di badan jalan tol. Tanda ini akan menimbulkan nada jika dilintasi kendaraan yang melaju dengan kecepatan 80 km-100 km per jam.
Singing road berfungsi sebagai tanda peringatan agar pengguna jalan berhati-hati ketika berkendara di jalan tol.
" Ingin merasakan bagaimana sensasinya melewati " Singing Road" di Jalan Tol? Sekarang #KawanJM bisa merasakannya di salah satu Jalan Tol di Indonesia tepatnya di Jalan Tol Ruas Ngawi-Kertosono-Kediri Km 644+200 B (arah Surabaya-Solo). Bagaimana? Ada yang sudah pernah mencobanya? Yuk bagikan pengalaman Anda di kolom komentar," tulis @official.jasamargatransjawatol.
Indonesia bukan satu-satunya negara yang menerapkan singing road di jalan tol. Negara-negara lainnya seperti Korea dan Jepang menggunakan skema ini untuk membatasi kecepatan di jalan tol.
Menurut informasi yang dihimpun Dream, marka tersebut jika dilalui dengan kecepatan tertentu akan menghasilkan irama lagu “ Selamat Ulang Tahun.” Apakah kamu sudah mencobanya, Sahabat Dream?
View this post on Instagram
A post shared by PT Jasamarga Transjawa Tol (@official.jasamargatransjawatol) on
Dream - Pemerintah terus menggenjot pembangunan infrastruktur di Kalimantan Timur. Salah satunya, pembangunan jalan tol pertama di Kalimantan: Jalan Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam).
“ Jalan tol pertama di Pulau Kalimantan akhirnya terwujud juga. Sore ini, dari gerbang tol Samboja di Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, saya meresmikan tiga seksi tol Balikpapan-Samarinda sepanjang 58,7 kilometer,” tulis Jokowi di akun Instagram @jokowi, Rabu 18 Desember 2019.
Presiden bernama lengkap Joko Widodo itu menjelaskan, panjang total tol ini 99,3 kilometer dan terbagi menjadi lima seksi. Ada 3 seksi yang telah selesai dan dua lainnya ditargetkan rampung pada April 2020.
“ Jalan tol ini akan memangkas jauh waktu tempuh perjalanan di antara dua kota utama Kalimantan Timur, Balikpapan dan Samarinda, yang semula tiga jam melalui jalan biasa, menjadi sekitar satu jam saja,” kata dia.
Selain itu, lanjut Jokowi, jalan tol itu akan mendorong pengembangan kawasan-kawasan produksi kelapa sawit, batu bara, minyak bumi, dan gas alam, serta komoditas pertanian yang langsung terhubung dengan jalur distribusi.
“ Satu lagi, jalan tol Balikpapan-Samarinda akan mempercepat akses masuk ke kawasan inti ibu kota negara yang baru,” tulis dia.
View this post on InstagramA post shared by Joko Widodo (@jokowi) on
Dream – Hampir di setiap negara memiliki akses tol untuk mempermudah pengendara untuk tetap mendapatkan akses cepat untuk sampai ke lokasi tujuan.
Ada beberapa hal kebiasaan yang harus dihilangkan ketika sedang melintasi jalur tol yang panjang. Salah satu kebiasaaannya adalah teknik slipstream atau memanfaatkan aliran udara.
Dikutip dari Garda Oto, Senin 23 September 2019, slipstream adalah kondisi saat salah satu mobil mengikuti kendaraan lain dari belakang.
Cara ini membuat mobilmu bisa melaju lebih cepat tanpa memerlukan tenaga penuh, karena tak berbenturan dengan aliran udara yang datang dari depan mobilmu.
Biasanya ini dilakukan dengan melaju di belakang bis besar atau mobil-mobil lain yang lebih besar daripada mobilmu. Dengan teknik ini pula, kita bisa mencapai kecepatan tinggi tanpa menggunakan banyak bahan bakar.
Teknik ini merupakan teknik yang sering digunakan para pembalap mobil, motor ataupun sepeda di arena balapan yang sudah memiliki banyak pengalaman dalam melakukannya.
Para pembalap mengikuti pembalap lain di depannya untuk mengimbangi kecepatannya tanpa harus mengeluarkan tenaga besar.
Perlu dicatat, aksi ini sangat membahayakan semua orang. Sebab, pengendara tak bisa memprediksi apa yang akan terjadi pada mobil depanmu.
Kalau terjadi tabrakan, kamu akan sulit menghindar. Risiko terburuknya, ya, kamu akan terlibat kecelakaan beruntun dengan mobil di depanmu.
Kalau mau irit, gunakan teknik eco-driving. Caranya, menggunakan kecepatan yang digunakan 80 km per jam dengan jarak 80 m.
Atau, kamu bisa menggunakan teori jarak dengan hitungan detik. Kamu memperkirakan kecepatan tersebut bisa sampai ke mobil depan selama tiga detik.
Ini teknik yang lebih tepat diterapkan. Dengan begitu, bahan bakar lebih hemat dan pengendara aman. (ism)
Advertisement
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Penampilan Alya Zurayya di Acara Dream Day Ramadan Fest 2023 Day 6
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya