Ilustrasi Kekerasan Seksual (Shutterstock.com)
Dream - Kasus dugaan rudapaksa guru pesantren di Kota Bandung kembali mengejutkan. Ada fakta baru mengenai jumlah korban.
Fakta ini diungkap Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Garut, Diah Kurniasari. Dari data yang dia terima, korban HW tidak hanya 12 santriwati melainkan 21 orang.
" Semuanya sebenarnya ada 21 lah," ujar Diah.
Diah mengatakan para korban berasal dari beberapa daerah. Ada dari Garut, Cimahi, bahkan Bandung sendiri.
Dari 21 korban, kata dia, 11 di antaranya berasal dari dua kecamatan di Garut. Para korban dirudapaksa HW sejak masuk pesantren pada usia 13 tahun.
" Mereka rata-rata dipergauli itu umur 13-an, ya mulai (masuk pesantren). Rata-rata kan ada 2-3 tahun itu (di pesantren)," terang Diah.
Sebagian korban bahkan sampai hamil. Menurut Diah, seluruh korban yan hamil kini sudah melahirkan, dengan korban terakhir yang melahirkan pada November lalu di usia 14 tahun.
" Delapan (bayi lahir), semuanya dari kita (Garut). Jadi delapan, satu (korban) sampai (melahirkan) dua anak," ungkap dia.
Masa persalinan para korban terjadi dalam kurun waktu 6 bulan terakhir. Diah pun menyatakan dua orang hamil yang sempat terekam di televisi juga sudah melahirkan.
" Sekarang semua (bayi) sudah dilahirkan, semua (bayi) ada di ibunya mereka masing-masing," kata Diah.
Para korban dari Garut, ungkap Diah, rata-rata berasal dari keluarga dengan kondisi perekonomian kurang mampu. Orangtua korban rata-rata berprofesi sebagai buruh harian lepas, penjual kitab, hingga petani.
Menurut dia, kondisi itu pula yang mendorong para korban bisa berada di pesantren milik HW. Sebab, pesantren tersebut menawarkan pendidikan secara gratis.
Diah juga bercerita para korban sempat ditolak orangtua mereka ketika pulang membawa anak. Dia sempat menawarkan bagi keluarga yang merasa tidak berkenan merawat bayi dari anak-anak mereka, P2TP2A Garut siap menampung.
" Jadi posisi anak-anak (korban dan bayinya) sekarang ada di orang tua mereka, dan akhirnya Alhamdulillah yang rasanya mereka (awalnya) tidak menerima, ya namanya juga anak bayi, cucu darah daging mereka, akhirnya mereka merawat," kata dia.
Sebagian besar kondisi korban di Garut saat ini sudah lebih baik. Sebab sejak menerima informasi mengenai kasus eksploitasi oleh HW, Diah menyatakan P2TP2A Garut mempersiapkan sejumlah langkah, mulai dari pendampingan hingga trauma healing bagi para korban dan orangtuanya.
" Insya Allah mereka sudah lebih kuat, karena kami telah mempersiapkan seperti inilah karena kalau ini akhirnya kebuka, mereka harus siap menghadapi," ucap dia, dikutip dari Merdeka.com.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR