Ketua Koperasi Hanjuang, Eman Sulaeman (Dream.co.id/M Ilman Nafi'an)
Dream - Setelah kesulitan, ada kemudahan. Begitulah pepatah sebagai penyemangat menghadapi masa-masa sulit.
Pepatah ini rupanya menjadi inspirasi bagi para petani di Desa Ujung Jaya, Ujung Kulon, Banten untuk tidak menyerah menghadapi musim kemarau. Saat sawah mengering dan tidak bisa diandalkan, mereka beralih profesi sebagai pengumpul madu hutan.
Ketua Koperasi Hanjuang, Eman Sulaeman, mengatakan mencari madu hutan sudah menjadi kegiatan rutin warga. Hasil berburu madu digunakan uuntuk menambah penghasilan ketika tidak sedang bertani di sawah.
Para petani kerap memanen madu dengan mengambil seluruh sarang lebah hutan. Termasuk pula sarang yang masih ada larvanya.
Biasanya, warga menjual madu ukuran satu botol kecap seharga Rp30 ribu. Meski sudah murah, rupanya tak semua madu hutan bisa terjual dengan mudah.
Namun sejak 2014, warga tidak lagi menggunakan teknik tersebut. Bersama Dompet Dhuafa, para petani belajar teknik pengambilan madu secara lebih produktif yang dinamai teknik Panen Lestari.
Dengan teknik tersebut, petani cukup mengambil madu tanpa harus merusak sarang yang masih ada larvanya. " Kalau masih ada larvanya biasanya itu madunya terisi lagi," ucap Eman.
Seiring berjalannya waktu, pada 2016, brand kosmetik terkemuka asal Swedia, Oriflame, mulai melirik madu hutan asal Ujung Kulon. Alhasil, madu hutan petani Ujung Kulon kini dihargai cukup tinggi.
Para petani menjual madu hutan mereka dengan merek Odeng ke Oriflame. Harga madu itu meningkat dari Rp30 ribu per botol menjadi Rp70 ribu per botol.
Produksinya pun meningkat. Rata-rata warga bisa menghasilkan 5.000 botol di masa panen Juli hingga Oktober dengan omset lebih dari Rp700 juta.
" Ini kita enggak bisa produksi setiap tahun, kan madu hutan ini musiman. Hanya musim kemarau saja. Kalau hujan kegiatannya balik lagi jadi petani padi," ucap Eman.
Lebih lanjut, Eman menerangkan warga menjual madunya lewat Koperasi Hanjuang, untuk selanjutnya disalurkan ke Oriflame. Keuntungan yang didapat dibagi ke warga.
Saat ini, sudah ada enam desa dengan 116 anggota aktif yang tergabung dalam koperasi tersebut. Kini, warga yang awalnya kesulitan ekonomi mulai bisa menata kehidupannya.
(Sah)
Advertisement
Dari Langgar ke Bangsa: Jejak Sunyi Kiai dan Santri dalam Menjaga Negeri

Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu

Celetukan Angka 8 Prabowo Saat Bertemu Presiden Brasil

Paspor Malaysia Duduki Posisi 12 Terkuat di Dunia, Setara Amerika Serikat

Komunitas Rubasabu Bangun Budaya Membaca Sejak Dini


Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab

IOC Larang Indonesia Jadi Tuan Rumah Ajang Olahraga Internasional, Kemenpora Beri Tanggapan

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Dari Langgar ke Bangsa: Jejak Sunyi Kiai dan Santri dalam Menjaga Negeri

Air Hujan di Jakarta Mengandung Mikroplastik, Ini Bahayanya Bagi Kesehatan Tubuh

Pria Ini Punya Sedotan Emas Seharga Rp233 Juta Buat Minum Teh Susu