Jejak Erupsi Gunung Agung, Letusan 1963 Berlangsung Setahun

Reporter : Maulana Kautsar
Selasa, 26 September 2017 17:00
Jejak Erupsi Gunung Agung, Letusan 1963 Berlangsung Setahun
Seberapa dahsyat letusan Gunung Agung? Berikut catatannya.

Dream - Gunung Agung kini berstatus Awas. Aktivitas vulkanik gunung yang menjulang di Pulau Bali itu terus meningkat, warga yang berada dalam radius 12 kilometer dari kawah pun sudah mengungsi.

Data yang dihimpun Dream dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (VMBG), mencatat Gunung Agung mulai erupsi pada 1808. Di tahun itu, gunung ini melontarkan abu dan batu apung yang jumlahnya luar biasa banyak.

Gunung Agung kembali erupsi 13 tahun kemudian. Tetapi, PVMBG tidak mendapatkan keterangan rinci mengenai dampak letusan itu.

Letusan ke tiga Gunung Agung terjadi pada 1843. Erupsi didahului gempa bumi. Sementara itu, material yang dimuntahkan yaitu abu, pasir, dan batu apung.

Pada rentang 1843 hingga 1963 Gunung Agung tidak mengalami erupsi. Tetapi, PVMBG mencatat ada aktivitas di dasar kawah Gunung Agung pada 1908, 1915, dan 1917. 

Letusan terakhir gunung dengan puncak 3.031 meter di atas permukaan laut ini terjadi pada 1963. Erupsi dimulai 18 Februari 1963 dan berakhir pada 27 Januari 1964. Tercatat, 1.148 orang meninggal dan 296 lainnya terluka.

Data BNPB

Masih dalam catatan yang sama, pola dan sebaran empat erupsi terdahulu menunjukkan tipe letusan yang hampir sama. Letusan melontarkan batuan pijar, pecahan lava, hujan piroklastik, dan abu, disertai hembusan aliran awan panas dan lava.

Di Gunung Agung terdapat awan panas letusan dan awan panas guguran. Awan panas letusan terjadi pada saat letusan besar. Kecepatan rata-rata mencapai 60 kilometer perjam.

Pada 1963, daerah yang rusak diserang awan panas seluas 70 kilometer persegi dan menyebabkan 863 korban jiwa.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan, hingga Selasa 26 September 2017, sebanyak 57.428 jiwa telah mengungsi di 357 titik yang tersebar di sembilan kabupaten dan kota di Bali.

Zona berbahaya juga telah ditetapkan, yaitu sembilan kilometer dan tambahan 12 kilometer di sektor utara-timur laut dan tenggara-selatan-barat daya.

" Zona tersebut harus dikosongkan," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya. Upaya evakuasi ini untuk mewaspadai pergerakan magma Gunung Agung ke permukaan yang makin meningkat.

Berdasar pantauan pos pengamatan PVMBG, indikasi meningkatnya magma tercatat dari gempat vulkanik sebanyak 564 kali dan gempa vulkanik dangkal 547 kali, serta gempa tektonik lokal 89 kali pada Senin, 25 September 2017. Jumlah kejadian gempa ini lebih banyak dari pada waktu sebelumnya.

Beri Komentar