Penelitian: Bumi Semakin Terbakar

Reporter : Eko Huda S
Senin, 11 April 2016 12:15
Penelitian: Bumi Semakin Terbakar
Prediksi terbaru ilmuwan menyebut suhu Bumi akan lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

Dream - Pemanasan global bisa membuat suhu di permukaan Bumi jauh lebih panas dari yang sudah diprediksi para ilmuwan. Penelitian terbaru menyebut perhitungan para ilmuwan terdahulu tentang pengaruh awan tidak tepat.

Pada 2013, para ilmuwan yang tergabung dalam Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) memperkirakan peningkatan suhu di permukaan Bumi, akibat peningkatan kadar karbon dioksida (CO2), mencapai 2 hingga 4,7 derjat Celcius.

Namun, studi terbaru yang dilakukan oleh tim ilmuwan dari Yale University dan Lawrence Livermore National Laboratory menemukan hasil mengejutkan. Mereka meprediksi suhu Bumi akan jauh lebih panas dari yang diprediksi sebelumnya.

Studi yang didanai oleh NASA ini menyebut, prediksi sebelumnya terlalu melebih-lebihkan kemampuan awan untuk memantulkan sinar Matahari dan menetralkan suhu atmosfir Bumi. Penelitian terbaru ini memprediksi suhu permukaan Bumi akan jauh lebih panas dari perkiraan sebelumnya.

Menurut suti terbaru tersebut, suhu permukaan Bumi akan meningkat 5 hingga 5,3 derajat Celcius. Dampak yang ditimbulkan akan semakin mengerikan dari prediksi yang telah diungkapkan para ilmuwan.

“ Ini menyebabkan segalanya, dari peningkatan permukaan laut, banjir serta kekeringan yang lebih sering dan ekstrem,” kata Ivy Tan, sarjana Yale University yang memimpin dan menulis penelitian ini, dikutip Dream dari Yale News, Senin 11 April 2016.

Menurut studi terbaru ini, kebanyakan model penelitian pemanasan global menyebut jumlah awan es jauh lebih banyak daripada yang benar-benar ada. Sehingga pada prediksi terdahulu menyebut awan es itu mampu mengurangi pemanasan global.

“ Kebanyakan model iklim terlalu bersemangat untuk membekukan bawah titik beku, sehingga mereka cenderung melebih-lebihkan peningkatan reflektifitas awan ketika atmosfer menghangat,” kata Mark Zelinka yang juga terlibat dalam studi baru ini.

“ Ini berarti mereka secara sistematis meremehkan berapa banyak pemanasan akan terjadi dalam merespons karbon dioksida,” lanjut dia.

Para peneliti mengatakan, temuan ini menunjang penelitian sebelumnya, yang telah menyarankan awan mungkin membuat pemanasan lebih buruk, daripada menguranginya.

“ Awan tampaknya tidak seperti yang kita harapkan mampu mengurangi pemanasan global,” tambah Zelinka. 

1 dari 3 halaman

Planet Misterius Segera Tabrak Bumi, `Kiamat` Kian Dekat?

Planet Misterius Segera Tabrak Bumi, `Kiamat` Kian Dekat? © Dream

Dream - Sebuah planet misterius, yang diyakini telah memusnahkan kehidupan Bumi jutaan tahun silam, dikhawatirkan membahayakan umat manusia. Planet itu diprediksi bakal kembali melenyapkan kehidupan di Bumi.

Planet Nine. Demikian planet misterius itu disebut. Ditemukan pada Januari silam, terletak di tepi Tata Surya. Menurut ilmuwan dari Unversitas Louisiana, Daniel Whitmire, planet itu bisa menimbulkan hujan komet, yang mampu membunuh kehidupan di permukaan Bumi.

Para astrofisikawan mengatakan, planet itu memiliki orbit 200.000 tahun mengelilingi Matahari. Pada jarak paling dekat dengan Bumi, planet itu bisa menimbulkan hujan asteroid dan komet yang mengarah ke planet kita ini.

Temuan fosil menunjukkan bahwa kehidupan di Bumi pernah musnah sekitar 26 juta hingga 27 juta tahun silam. Profesor Whitmire mengklaim bagian dari Planet Nine yang disebut dengan Sabuk Kuiper –yang penuh dengan bebatuan– menjadi biang keladi “ peristiwa kepunahan” di muka Bumi kala itu.

“ Aku telah mendalami kisah ini selama 30 tahun. Jika ada jawaban terakhir aku ingin menulis buku tentang ini,” tutur Whitmire. Sekarang, beberapa orang yakin akan ada tabrakan antarplanet sebelum akhir April.

Sementara, teori konspirasi pada dekade 1980-an dan 1990-an menyebut planet kerdil bernama Nibiru atau Nemesis, yang memilkki orbit terlalu dekat dengan Bumi setiap 36.000 tahun, menjadi penyebab kemusnahan itu.

Manusia boleh saja berteori. Menerka apa yang akan terjadi di alam raya ini dengan segala kemampuan serta ilmu pengetahuan. Bagaimana pun, tetap Allah menentukan takdir jagat ini. Wallahu a’lam... (Ism, Sumber: Metro.co.uk, Tha Sun

2 dari 3 halaman

Benarkah Meteor Akan Musnahkan Bumi?

Benarkah Meteor Akan Musnahkan Bumi? © Dream

Dream - Meski Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyatakan Bumi aman-aman saja, namun seorang ahli mengatakan meteor raksasa akan menabrak Bumi dan memusnahkan seluruh isinya pada pekan depan.

Seperti diketahui, netizen dibuat heboh oleh berbagai berita yang menyebutkan bahwa kiamat akan terjadi antara tanggal 22 sampai 28 September 2015.

Selain oleh fenomena Blood Moon atau Bulan Darah, kiamat tersebut juga bisa dipicu oleh hujan meteor raksasa.

Kedua ramalan penyebab kiamat itu konon akan memicu berbagai bentuk bencana alam yang memiliki daya hancur dahsyat seperti gempa bumi, gunung meletus dan tsunami.

Profesor Robert Walsh, direktur eksekutif riset di The University of Central Lancashire mengajak para ahli lainnya untuk memberikan perhatian serius terkait kemungkinan jatuhnya meteor yang bisa menghancurkan Bumi.

Walsh mengatakan sebagian besar warga Bumi tidak menyadari bahwa planet ini ditabrak oleh sekitar seratus ton batu luar angkasa setiap hari! Namun, batu-batu tersebut pecah berkeping-keping dan sebagian besar terbakar di atmosfer planet Bumi.

Kendati demikian, Bumi pernah mengalami dampak yang sangat merusak di masa lalu akibat hujan meteor sehingga dinosaurus punah.

Asteroid yang diperkirakan akan menabrak Bumi pada September 2015 ini diyakini memiliki keliling sekitar 10 kilometer. Jadi, menurut Walsh, para ahli harus menganggapnya sebagai ancaman yang serius.

NASA telah memberikan perhatian serius tentang ancaman tabrakan meteor ini. Namun mereka menyatakan hingga beberapa abad ke depan, tidak ada meteor atau benda luar angkasa yang akan menyebabkan kiamat.

Menurut NASA, jika ada meteor cukup besar yang bisa menimbulkan kiamat pada September seperti yang diklaim oleh berbagai blog dan artikel di internet, maka meteor tersebut seharusnya sudah terlihat sekarang.

Pasalnya, NASA memiliki program yang disebut dengan Near Earth Object Programme yang akan memonitor setiap asteroid yang berpotensi menghancurkan Bumi. Program 'Penjaga Luar Angkasa' tersebut akan mendeteksi dan melacak benda-benda angkasa serta mencoba untuk menentukan sifat mereka.

Namun tabrakan benda langit di luar angkasa pernah terjadi dan bisa diprediksi oleh manusia. Pada 1994, planet terbesar di Tata Surya, yaitu Jupiter, pernah ditabrak sebuah asteroid yang keluar dari Komet Shoemaker Levy 9. Ini adalah tabrakan antara benda langit pertama yang bisa diprediksi dan dipelajari oleh manusia.

3 dari 3 halaman

Badai Matahari Dahsyat Segera Landa Bumi, AS Sudah Bersiap

Badai Matahari Dahsyat Segera Landa Bumi, AS Sudah Bersiap © Dream

Dream - Pemerintah Amerika Serikat bersiap menghadapi kemungkinan terjadinya bencana badai matahari dahsyat. Para ilmuan di negeri Paman Sam itu memprediksi badai matahari bakal terjadi di Bumi selama berbulan-bulan.

Bencana badai matahari ini bukanlah omong kosong. Pada 1859, Bumi dilanda badai matahari dahsyat. Jaringan telegrap yang menjadi alat komunikasi utama kala itu meledak. Sejumlah kantor telegrap bahkan terbakar. Listrik di Eropa dan Amerika Utara pun padam.

Seiring perkembangan teknologi dunia yang jauh lebih canggih pada masa kini, para ilmuwan yakin dampak badai matahari akan lebih parah daripada yang yang terjadi pada satu setengah abad silam.

Dikutip Dream dari laman Daily Mail, Jumat 6 November 2015, gelombang energi [ElectroMagnetic Pulse atau EMP) yang sangat masif dari badai matahari bisa memadamkan jaringan listrik, melumpuhkan telekomunikasi telepon seluler, transaksi elektronik kartu kredit, dan melumpuhkan jaringan internet.

Peneliti-peneliti AS memprediksi badai matahari dahsyat berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi US$2,6 triliun atau sekitar Rp35.239 triliun.

Itu hanya estimasi kerugian di AS saja. Perkiraan ini dibuat pada 2008, berdasarkan studi dari National Academy of Sciences. Laporan itu juga menyebut badai matahari bisa memadamkan listrik sampai berbulan-bulan.

Bada matahari nyaris menghantam Bumi pada 2012 silam. Namun badai itu berlalu dari orbit Bumi dan tak mengenai planet yang dihuni umat manusia ini. Dan sekarang, para ilmuwan memprediksi badai matahari akan terjadi pada 2022. Peluang terjadinya sekitar 22 persen. Atas dasar prediksi para ilmuan itu, kini Gedung Putih tengah melakukan persiapan.

" Terus terang, ini bisa menjadi salah satu bencana alam yang paling parah bahwa negara, dan dapat dialami oleh sebagian besar dunia," kata konsultan cuaca luar angkasa, John Kappenman.

John P. Holdren, Asisten Presiden bidang Direktur Sains dan Teknologi, mengatakan badai matahari dapat menimbulkan 'tantangan yang signifikan'.

" Cuaca luar angkasa adalah fenomena alami yang berpotensi menyebabkan efek kerugian besar pada perekonomian bangsa dan kesejahteraan sosial," ujar Holdren. " Ini nyata dan berbahaya, ini ancaman nyata," tambah asisten Holdrean, Bill Murtagh.

Dan pemerintah AS mulai bersiap menghadapi kemungkinan bencana ini. Enam langkah telah disiapkan. Termasuk membuat patokan untuk mengukur secara akurat ancaman itu, seperti skala Richter yang dipakai untuk mengukur gempa bumi. AS juga fokus mengembangkan teknologi peramalan.

Salah satu bahaya besar dalam cuaca luar angkasa adalah kecepatan datangnya bencana itu. Alat pendeteksi hanya mampu memprediksi bencana iru antara 15 hingga 60 menit sebelum datang ke Bumi. Artinya, bencana dari luar angkasa, seperti badai matahari ini bisa datang dengan sangat cepat.

Dan salah satu rencana pemerintah AS ini akan memungkinkan satelit baru di luar angkasa dan teknologi baru di Bumi untuk memberikan peringatan dini atas bencana itu. Pemerintah AS telah mengganti satelit-satelit tua mereka dengan yang baru untuk bisa memprediksi bada matahari dengan cepat.

Penelitian juga dilakukan untuk mengetahui kemungkinan efek terburuk bagi manusia, khususnya di AS. Sehingga pemerintah AS bisa mempersiapkan respons jika bencana itu benar-benar terjadi. Persiapan ini melibatkan seluruh elemen, mulai sekolah, akademi, badan pemerintah, media, industri asuransi, dan pihak swasta. (Ism) 

Beri Komentar