Penduduk Pria Desa Asola (Sumber: Indiatoday.intoday.in)
Dream - Sebuah desa di wilayah utara India jadi terosohor lantaran keunikan yang dimilikinya. Desa bernama Asola Fatehpur berbeda dari desa kebanyakan.
Nyaris semua penduduk pria di desa ini berprofesi sebagai (bodyguard) tukang pukul. Dilansir dari BBC News, selama ratusan tahun penduduk Desa Asola sebenarnya bermata pencaharian sebagai petani.
Namun kini, penduduk Asola seolah berubah dari kumpulan petani miskin menjadi pria-pria kekar berotot. Setidaknya 90 persen kaum laki-laki Asola yang berjumlah sekitar 50 ribu jiwa berprofesi sebagai tukang pukul di kota-kota besar, seperti New Delhi.
" Di desa ini sekarang tidak ada satupun laki-laki yang tidak nge-gym. Semua pria berolahraga. Mereka sangat memperhatikan tubuhnya. Tidak ada yang minum alkohol dan merokok," ujar Vijay Pahelwan, seorang warga yang juga kepala pelatih gym di Asola.
Tren profesi tukang pukul di Asola sudah terlihat sejak 15 tahun lalu. Berawal dari kehadiran seorang pengusaha yang menawarkan uang sangat besar pada 6 orang pemuda desa itu agar bersedia menjadi bodyguard.
Sejak saat itu banyak pria di desa ini yang ingin mengikuti jejak keenam pemuda tersebut. Tak main-main, penghasilan para pria Asola sebagai bodyguard bisa mencapai lebih dari 25 dollar per hari.
Mereka pun bisa terus bekerja tanpa batasan umur asalkan punya tubuh kuat dan tak memiliki catatan kriminal.
Advertisement
Paspor Malaysia Duduki Posisi 12 Terkuat di Dunia, Setara Amerika Serikat

Komunitas Rubasabu Bangun Budaya Membaca Sejak Dini

Kasus Influenza A di Indonesia Meningkat, Gejalanya Mirip Covid-19

Wanita 101 Tahun Kerja 6 Hari dalam Seminggu, Ini Rahasia Panjang Umurnya

Ada Komunitas Mau Nangis Aja di X, Isinya Curhatan Menyedihkan Warganet


Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab

Lihat Video Baut Kendur Thai Lion Air Saat Terbang yang Bikin Geger



Paspor Malaysia Duduki Posisi 12 Terkuat di Dunia, Setara Amerika Serikat


Kondisi Kulit Wajah Viral, Wulan Guritno: Bersyukur Jejak Digital Itu Ada