Widodo
Dream - Pria paruh baya itu tergolek, lemah. Tangan dan kaki terkulai. Jangankan berdiri, bergerak saja susah. Diia benar-benar tak berdaya. Menjadi " bunga dipan'.
Hanya mata dan mulut saja yang bekerja. Jika butuh sesuatu, harus berteriak. Meminta bantuan keluarga untuk mengerjakannya. Harus didukung, mulai urusan mandi hingga pakaian. Semuanya.
Dialah Widodo. Mantan guru yang harus “ pensiun” setelah terserang stroke. Kini, dia hanya bisa terbaring di Perumahan Villa Nusa Indah, Kelurahan Bojong Kulur, Kecamatan Gunung Putri, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
“ Sekarang Bapak sudah tidak mengajar lagi karena stroke,” ucap putri Widodo, Gayatri.
Dulu, Widodo dikenal sebagai sosok yang gigih dan menginspirasi dunia pendidikan Indonesia. Catatan pengabdiannya luar biasa. Selama 26 tahun meniti jalan sebagai guru kesenian di SMA Purnama.
Widodo dikenal sebagai pengajar yang ikhlas. Padahal, upah sebagai pengajar honorer yang diterimanya tidak cukup menghidupi keluarga dengan lima anak. Status honorer bahkan dia sandang hingga tak mampu lagi mengajar.
***
Wajah Widodo sempat menghias halaman beberapa media nasional. Kisahnya menginspirasi karena gigih mencari rezeki halal. Dia tak mau menempuh jalan pintas: korupsi.
Pendapatan sebagai guru honorer yang tidak mencukupi memaksa Widodo memutar otak. Dia jalani profesi lain agar mendapat penghasilan tambahan. Salah satu profesi yang paling dominan di luar guru yaitu tukang parkir.
Widodo pernah menjadi tukang parkir di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, tidak jauh dari lokasi mengajar. Dia menjalankan profesi sampingan ini selama enam tahun.
Saban hari, setelah mengajar, Widodo langsung meluncur ke “ kantor ke duanya”. Melepas pakaian guru, berganti “ seragam” juru parkir. Uang tambahan Rp 50 ribu hingga Rp 80 ribu dia kantongi dari pekerjaan ini.
Bagi sebagian orang, tukang parkir mungkin dianggap rendahan. Butuh keberanian tinggi untuk bisa menjalankan profesi ini. Widodo sadar betul risiko itu. Tetapi, dia memilih menanggalkan rasa malu demi rezeki halal –meski hanya sedikit.
Tidak hanya sebagai tukang parkir, Widodo ternyata juga pernah menjadi pedagang nasi goreng.
Kegigihan Widodo ini menjadikannya sebagai sosok idola. Hampir sebagian besar murid yang pernah dia ajar bangga dengan Widodo. Begitu pula dengan teman-teman sesama guru.
Sebut saja Badriyah. Guru yang menjadi rekan Widodo. Dia sangat kagum dengan dedikasi pria 57 tahun ini. Meski sedang sakit, kata dia, Widodo tetap berusaha datang ke sekolah dan mengajar.
“ Maklumlah, dia itu pengajar seni, banyak idenya, dan banyak disukai oleh siswa,” kata Badiyah. Meski sudah tidak lagi mengajar, Widodo tetap dikenang sebagai sosok guru yang kreatif.
***
Bagi tenaga honorer, diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) merupakan impian. Demikian pula dengan Widodo saat masih mengajar. Dalam benaknya waktu itu, menjadi PNS akan membantu mengatasi persoalan ekonomi.
Sayangnya, harapan itu belum juga terpenuhi. Sementara kini dia sudah tidak lagi mampu mengajar. Setiap hari, dia hanya bisa tergolek di tempat tidur.
Kini, Widodo hanya mengandalkan kemampuan anak ke duanya, Gayatri, yang bekerja sebagai penjual obat herbal. Mimpi menjadi PNS sudah tidak lagi ada dalam diri Widodo.
Meski demikian, Widodo hanya berharap tetap bisa berobat dan pulih seperti sedia kala. Semangat untuk sembuh begitu tinggi, setara dengan kegigihannya dalam mencari rezeki.
Advertisement
Detail Spesifikasi iPhone 17 Air, Seri Paling Tipis yang Pernah Ada
4 Komunitas Seru di Bogor, Capoera hingga Anak Jalanan Berprestasi
Resmi Meluncur, Tengok Spesifikasi dan Daftar Harga iPhone 17
Keren! Geng Pandawara Punya Perahu Ratusan Juta Pengangkut Sampah
Pakai AI Agar Tak Khawatir Lagi Salah Pilih Warna Foundation