Ilustrasi (Foto: Shutterstock)
Dream - Stimulasi bagi anak idealnya terus dilakukan setiap hari. Saat di sekolah stimulasi memang diberikan dengan lebih teraarah. Dalam kondisi pandemi seperti sekarang saat anak tak bisa sekolah, orangtua lah yang paling berperan dalam memberikan stimulasi demi perkembanga otaknya.
Mengapa? Dikutip dari Edutopia.org, otak anak-anak berkembang dalam mode seperti 'semburan' yang disebut periode kritis. Fase pertama terjadi sekitar usia 2 tahun, lalu yang kedua terjadi selama masa remaja.
" Pada awal periode ini, jumlah koneksi (sinapsis) antara sel-sel otak (neuron) berlipat ganda. Anak usia dua tahun memiliki sinapsis dua kali lebih banyak daripada orang dewasa. Karena hubungan antara sel-sel otak inilah tempat pembelajaran terjadi, sinapsis dua kali lebih banyak memungkinkan otak untuk belajar lebih cepat daripada waktu kehidupan lainnya," ujar Rishi Sriram, associate professor di School of Education at Baylor University.
Oleh karena itu, pengalaman anak dalam fase ini memiliki efek yang signifikan pada perkembangannya. Periode kritis pertama perkembangan otak ini dimulai sekitar usia 2 tahun dan berakhir sekitar usia 7 tahun.
" Ini memberikan peluang utama untuk meletakkan dasar bagi pendidikan holistik bagi anak-anak. Ada cara untuk memaksimalkan masa kritis ini yaitu mendorong kecintaan belajar, berfokus pada keluasan alih-alih kedalaman, memperhatikan kecerdasan emosional, dan tidak memperlakukan pendidikan anak-anak sebagai pendahulu pembelajaran nyata," kata Sriram.
Anak-anak usia dini perlu menikmati proses belajar daripada berfokus pada penampilan. Pendidik dan orangtua dapat menekankan kegembiraan dalam mencoba aktivitas baru dan mempelajari sesuatu yang baru.
Kita perlu membantu anak-anak memahami bahwa kesalahan adalah bagian dari pembelajaran yang diterima dan normal. Periode ini juga merupakan waktu untuk membangun pola pikir agar bisa. Tekankan ketekunan dan ciptakan ruang yang aman untuk belajar.
" Anak-anak akan belajar untuk senang belajar jika kita menunjukkan antusiasme terhadap proses daripada terpaku pada hasil," ujar Sriram.
Salah satu cara untuk menghindari fokus pada hasil selama fase pengembangan ini adalah dengan menekankan luasnya pengembangan keterampilan melebihi kedalaman. Mengekspos anak-anak pada berbagai macam kegiatan meletakkan dasar untuk mengembangkan keterampilan di berbagai bidang. Ini adalah waktu untuk melibatkan anak-anak dalam musik, membaca, olahraga, matematika, seni, sains,Jangan lupa kecerdasan emosi
Kecerdasan emosi
Sebagian besar anak-anak membaca dengan baik dan mempelajari dasar-dasar matematika. Tapi kita tidak boleh mengabaikan kecerdasan emosional. Keuntungan belajar selama periode kritis pertama perkembangan otak ini harus diperluas ke keterampilan interpersonal seperti kebaikan, empati, dan kerja tim.
Daniel Siegel dan Tina Payne Bryson menjelaskan pentingnya mengembangkan empati anak-anak dalam buku The Whole-Brain Child. Empati dimulai dengan mengakui perasaan seseorang. Oleh karena itu, mereka menyarankan untuk membantu anak-anak dalam kelompok usia ini untuk terlebih dahulu melabeli emosi mereka.
Otak anak-anak dapat menyerap informasi secara unik selama fase kritis 2 hingga 7 tahun. Jika kecerdasan didefinisikan sebagai kemampuan untuk belajar, anak-anak antara usia 2 dan 7 tahun mungkin merupakan manusia paling cerdas di planet ini.
Penelitian menunjukkan bahwa beberapa keterampilan tidak dapat dipelajari dengan baik setelah periode kritis pertama perkembangan otak ini. Misalnya, penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dalam rentang usia ini paling cocok untuk mempelajari pola perkembangan bahasa, memungkinkan mereka menguasai bahasa kedua ke tingkat yang sama dengan bahasa ibu.
" Begitu anak-anak mencapai usia 8 tahun, kemahiran belajar bahasa mereka menurun, dan bahasa kedua tidak diucapkan sebaik yang asli. Efek usia yang sama ditemukan saat mempelajari kemampuan musik seperti nada sempurna," kata Sriram.
Advertisement
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah
UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini
Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!
Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025
Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025
10 Brand Kosmetik Paling Ramah Muslim di Dunia, Wardah Nomor Satu
KAJI, Komunitas Bagi Para Alumni Mahasiswa Indonesia di Jepang
Hari Santri, Ribuan Santri Hadiri Istighasah di Masjid Istiqlal