Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Bakti Bawono Adisasmito
Dream - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 ternyata diwarnai dengan pelanggaran protokol kesehatan. Fakta di lapangan, banyak orang melakukan pelanggaran protokol kesehatan saat mengikuti prosesi Pilkada.
Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19, Wiku Bakti Bawono Adisasmito, mengatakan dari data yang dia terima, terdapat sedikitnya 178.039 orang terkena sanksi teguran. Mereka kedapatan mengabaikan protokol kesehatan.
" Berdasarkan pemantauan sistem monitoring perubahan perilaku BLC (Bersatu Lawan Covid-19), dari 32 provinsi yang melingkupi 309 kabupaten dan kota bahwa telah sebanyak 178.039 orang yang tegur," ujar Wiku, disiarkan channel YouTube Sekretariat Presiden.
Menurut Wiku, jika dilihat dari sisi pemilih tingkat kepatuhannya cukup tinggi. Selama pilkada, kepatuhan pemilih memakai masker di tempat pemungutan suara mencapai 95,96 persen
Demikian pula dengan tingkat kepatuhan menjaga jarak dan menghindari kerumunan. Angkanya cukup tinggi mencapai 90,71 persen.
Sayangnya, hal ini tidak diimbangi dengan kepatuhan institusi. Banyak TPS yang kedapatan tidak menyediakan fasilitas penunjang seperti tempat cuci tangan, cairan disinfektan maupun petugas pengawas protokol kesehatan.
Dilihat dari angkanya, tingkat kepatuhan institusi saat pelaksanaan Pilkada cukup rendah. Angkanya bahkan di bawah 50 persen.
" Hal ini sangat kami sayangkan, terlebih mengingat tingginya kepatuhan pemilih saat Pilkada," ucap Wiku.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Dream – Kini masyarakat sedang menantikan vaksin yang sudah tiba di Indonesia. Masyarakat perlu mendapatkan vaksinasi di masa pandemi ini untuk menciptakan herd immunity atau kekebalan kelompok.
Vaksin memang mampu memberikan kekebalan secara individu, akan tetapi terciptanya herd immunity tentu akan menjadi pelindung bagi masyarakat yang tidak memeroleh vaksin karena suatu sebab tertentu.
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menjelaskan, untuk mencapai kekebalan tubuh diperlukan prinsip gotong royong menjaga kesehatan masyarakat.
“ Kekebalan komunitas dapat dicapai apabila masyarakat yang sehat dan memenuhi kriteria melakukan vaksinasi. Sehingga dengan jumlah yang emamdai, maka akan tercipta herd immunity, sekaligus melindungi kelompok-kelompok yang tidak divaksinasi,” tutur Wiku Adisasmito dikutip dari covid19.go.id.
Kriteria ideal vaksin yang berkualitas harus dipahami oleh masyarakat termasuk efikasi dan efetivitasnya. Sebab kedua aspek tersebut sangatlah penting dalam berperan mengukur manfaat vaksin dalam mengendalikan Covid-19.
Wiku juga menjelaskan secara terperinci bahwa aspek pertama adalah efikasi. Menurutnya efikasi adalah besarnya kemampuan vaksin untuk mencegah penyakit dan menekan penularan pada individu dalam kondisi ideal dan terkontrol.
“ Hal ini dapat dilihat dari hasil uji klinis vaksin di laboratorium yang dilakukan kepada populasi dalam umlah yang terbatas,” terang Wiku.
Aspek ke du, tambah dia, yakni efektivitas yang merupakan kemampuan vaksin dalam mencegah penyakit dan menekan penularan pada individu di lingkup masyarakat yang lebih luas.
“ Yaitu penilaian kemampuan vaksin melindungi masyarakat secara luas yang masyarakat tersebut adalah heterogen,” ucapnya.
Terdapat berbagai faktor yang memengaruhi aspek efektivitas ini. Faktor pertama yang memengaruhinya adalah penerima vaksin memiliki usia, komorbid atau penyakit penyerta, riwayat infeksi sebelumnya, dan juga jangka waktu sejak vaksinasi dilakukan.
Selain itu juga menyangkut jenis vaksin, active atau inactived, komposisi vaksin dan cara penyuntikannya.
Faktor ke tiga, tambah Wiku, adalah kecocokan strain pada vaksin, dengan strain pada virus yang beredar di masyarakat.
“ Untuk mengetahui aspek efektivitas vakin, maka perlu adanya data surveilans, untuk melihat perkembangan kasus serta memantau dampaknya. Data imunisasi untuk melihat cakupan imunisasinya, dan data klinis individu pendukung untuk melihat aspek lain yang memengaruhi kondisi kesehatan individu,” tambahnya.
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik