(Foto: Shutterstock)
Dream - Setiap penyakit pasti ada penawarnya. Manusia hanya perlu mencari dan bersabar menemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit.
Kesembuhan bisa didapat baik melalui tanaman ataupun konsumsi obat kimia. Tentu, semua atas kehendak Allah SWT.
Pun demikian dengan air hujan. Biasa digunakan untuk bersuci, air hujan ternyata bisa juga untuk obat.
Air hujan cukup efektif menyembuhkan penyakit tertentu. Dampak mengonsumsinya juga bagus untuk tubuh.
Dikutip dari Bincang Syariah, ada cara menjadikan air hujan sebagai obat. Cara tersebut sudah dijalankan umat Islam sejak masa sahabat.
Langkah pertama, tampung air hujan lalu ambil seperlunya. Kira-kira cukup untuk minum selama tujuh hari.
Langkah kedua, air hujan dibacakan Surat Al Fatihah, Surat Al Ikhlas, Surat Al Falaq, Surat An Nas, dan Ayat Kursi. Masing-masing surat dibaca sebanyak 70 kali.
Langkah ketiga, air hujan tersebut diminum selama tujuh hari setiap pagi dan sore.
Tata cara pengobatan dengan air hujan ini diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW kepada para sahabat. Hal ini dapat dilacak dari riwayat yang disebutkan Imam Al Qalyubi dalam kitab An Nawadir.
" Diriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda di hadapan para sahabatnya, 'Diajarkan kepadaku oleh Malaikat Jibril tentang satu obat yang tidak memerlukan kepada obat yang lain dan tidak pula membutuhkan kepada para tabib.' Kemudian Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali bertanya, 'Apa itu wahai Rasulullah? Sesungguhnya kami sangat membutuhkan obat itu?’ Kemudian Rasulullah SAW berkata, 'Ambillah secukupnya dari air hujan, lalu bacakanlah Surat Al Fatihah, Surat Al Ikhlas, Surat Al Falaq, Surat An Nas dan Ayat Kursi. Masing-masing dibaca 70 kali, dan diminum pada pagi dan petang selama tujuh hari. Demi Dzat yang mengutusku dengan benar sebagai seorang nabi, sesungguhnya Malaikat Jibril telah menyatakan kepadaku, 'Barangsiapa yang meminum air ini, niscaya Allah akan menghilangkan semua penyakit yang ada dalam tubuhnya dan menyembuhkan dari segala penyakit yang ada. Dan barangsiapa yang memberi air itu untuk istrinya dan tidur bersama istrinya, niscaya istrinya akan hamil dengan izin Allah SWT'."
Sumber: Bincang Syariah
Dream - Semua makanan pada prinsipnya berhukum halal kecuali jika ada dalil yang secara tegas menyatakan keharamannya.
Dalam Islam, seorang Muslim ditekankan untuk mengonsumsi makanan halal lagi baik, halalan thayyiban. Konsep thayyib menandai kualitas dari makanan itu.
Halal adalah istilah yang dipakai untuk menandai makanan yang boleh dikonsumsi seorang Muslim. Sedangkan thayyib berkaitan dengan kualitas, apakah sebuah makanan berbahaya bagi seseorang atau tidak.
Dikutip dari NU Online, konsep ini sejalan dengan Surat Al Maidah ayat 4.
Mereka menanyakan padamu, " Apa yang dihalalkan bagi mereka?" Katakanlah, " dihalalkan bagi mereka thayyibah (segala yang baik).
Makna ayat ini menandakan perlunya memperhatikan konsep thayyib pada makanan. Sebab, tidak thayyibnya makanan dapat menjadi sebab ketidakhalalannya.
Pakar fikih dan hadis KH Ali Mustafa Ya'qub menjelaskan persoalan keamanan produk pangan dan dampak bahayanya dengan istilah ad dlarar. Meski halal, suatu produk bisa berbahaya pagi penggunanya jika tidak dlarar.
Dlarar sendiri jika diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia bermakna " menimpakan kepada orang lain sesuatu yang menyakitkan dan tidak disukai." Sehingga, istilah ini mengacu pada kandungan yang tidak disukai, dapat menimbulkan penyakit serta dampak buruk lainnya.
Kiai Ali dalam bukunya Kriteria Halal-Haram Untuk Pangan, Obat dan Kosmetika Menurut Al Quran dan Hadits merinci beberapa kategori dlarar pada makanan. Kriteria tersebut menjadi penanda makanan bisa digolongkan haram atau tidak.
Dlarar pertama yaitu dilihat dari aspek bahaya menurut prinsip syariat Islam, maqashid asy syariah. Produk pangan bisa menjadi tidak halal jika terdapat dlarar berupa menimbulkan bahaya atas lima hal: agama, jiwa, keturnan, harta, dan akal.
Sebagai contoh mengonsumsi makanan yang secara tegas dilarang dalam nash Alquran dan hadis dapat membahayakan agama. Demikian pula, mengonsumsi racun dapat menimbulkan kematian.
Atau pula mengonsumsi makanan yang berbahaya untuk keturunan. Hal ini tentu sangat dilarang.
Dlarar kedua, berbahaya dari aspek dampak yang timbul. Setidaknya terdapat dua dampak bahaya pada makanan yang muncul cepat maupun lambat. Seperti mengonsumsi gula berlebih dapat memicu kegemukan ataupun diabetes.
Dlarar ketiga dilihat dari kondisi penggunanya. Maksudnya, bahaya mengonsumsi makanan muncul pada penggunanya sehingga sifatnya mutlak. Kerusakan yang terjadi bisa nyata, bisa juga bersifat relatif pada kondisi tertentu.
Seperti konsumsi gula pada penderita diabetes atau air pada penderita jantung. Gula atau air berlebih berbahaya bagi penyandang diabetes atau jantung.
Sedangkan dlarar keempat ditetapkan berdasarkan sifatnya. Dampak bahaya yang muncul dapat diamati secara langsung seperti sakit.
Keempat dlarar ini menunjukkan unsur bahaya bisa menjadi penyebab suatu makanan haram dikonsumsi. Jika produk pangan halal secara zatnya, makanan itu bisa diharamkan dalam kondisi tertentu.
Keharaman juga bisa ditetapkan pada proses pengolahan produk pangan. Misalnya, makanan diolah menggunakan zat kimia yang tidak pada tempatnya.
Sumber: NU Online
Advertisement
4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal

Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah

UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini

Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun

Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000


Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK

Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!

Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025

Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025

75 Ucapan Hari Santri Nasional 2025 yang Penuh Makna dan Bisa Jadi Caption Media Sosial

4 Komunitas Seru di Depok, Membaca Hingga Pelestarian Budaya Lokal

Clara Shinta Ungkap Rumah Tangganya di Ujung Tanduk, Akui Sulit Bertahan karena Komunikasi Buruk