Gajah dan banyak spesies liar lainnya mati di Zimbabwe karena musim kemarau yang berkepanjangan telah mengubah lubang air yang dulunya melimpah menjadi genangan lumpur.
Hujan musim panas terlambat lima minggu akibat fenomena El Niņo yang sedang berlangsung, sehingga puluhan gajah telah mati di Taman Nasional Hwange, area terlindungi terbesar di negara ini yang menjadi rumah bagi sekitar 45.000 gajah.
Setidaknya 100 gajah telah dilaporkan mati akibat kekurangan air.
Walaupun memiliki 104 sumur bor tenaga surya, pihak otoritas taman menyatakan bahwa itu tidak cukup dan tidak sebanding dengan suhu ekstrem yang mengeringkan lubang-lubang air yang sudah ada, memaksa satwa liar untuk berjalan jauh mencari makanan dan air.
Mamalia yang bergantung pada air seperti gajah adalah salah satu yang paling terdampak.
Berita tentang tragedi ini muncul selama COP28, ketika para pemimpin dunia berkumpul untuk menentukan ambisi dan tanggung jawab serta mengidentifikasi dan menilai langkah-langkah iklim pada konferensi perubahan iklim global di Dubai.
Agenda IFAW di COP28 memperjuangkan konservasi satwa liar sebagai solusi berbasis alam untuk mengatasi perubahan iklim.
kata Kuvawoga.
Dampak merusak perubahan iklim terhadap satwa liar dan manusia memerlukan pendekatan terpadu dan holistik untuk mendukung lanskap dan komunitas yang tangguh terhadap iklim.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN