Kisah Duka Anak Suriah Hidup Tanpa Sekolah

Reporter : Ahmad Baiquni
Minggu, 15 November 2015 17:30
Kisah Duka Anak Suriah Hidup Tanpa Sekolah
Anak-anak pengungsi Suriah hidup terlantar di jalanan Libanon. Banyak dari mereka terpaksa mengemis atau berjualan permen karet dan bunga mawar.

Dream - Rula sudah tiga bulan libur dari sekolah, karena dia sudah tidak sekolah sejak tiga tahun lalu. Dengan sepatu rusak dan pakaian kotornya, gadis ini mengemis di jalanan kota Beirut, Libanon.Terkadang, dia menjual permen karet atau bunga mawar. Dia adalah satu dari sekian banyak potret anak-anak pengungsi Suriah yang terlantar di jalanan.

Tengah malam, anak-anak ini dapat dijumpai di Jalan Hamra dan Mar Mikhael, lokasi yang kini menjadi tempat hiburan malam lantaran tumbuhnya bar sejak 2012. Usia mereka belumlah menginjak remaja, mereka terkadang ada di sana hingga pukul 2 atau 3 dini hari.

Mereka saling menjaga satu sama lain, tetapi terkadang juga melawan. Banyak dari mereka tidak dapat tumbuh dengan baik selama tiga thaun terakhir, sebagai contoh kurangnya perawatan dan makanan yang memadai untuk anak seusianya.

Terdapat lebih dari jutaan pengungsi Suriah di Libanen, setengah dari mereka berusia di bawah 18 tahun. Kebanyakan dari mereka tidak terdaftar pada Komisioner Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi (United Nations High Commiossioner for Refugees/UNHCR), atau tidak bisa lagi mendaftar setelah Pemerintah Libanon mengeluarkan larangan pada bulan Mei.

Pemerintah dan lembaga kemanusiaan telah berjuang menyediakan fasilitas pendidikan bagi anak-anak pengungsi. Tahun lalu, hanya 106.000 dari 200.000 anak Suriah diterima di pendidikan dasar setelah Kementerian Pendidikan membatasi jumlah tempat yang tersedia untuk merevaluasi sistem pendidikan.

Tahun ini, tujuan pemerintah adalah menyediakan pendidikan dasar untuk 200.000 anak Suriah. Jika tujuan itu tercapai, angka tersebut akan setara dengan anak-anak Libanon yang mengenyam pendidikan dasar, sementara kurang dari 30 persen anak-anak Libanon yang mendapat pendidikan merupakan beban yang harus ditanggung Libanon dan lembaga bantuan.

" Sebagian besar uang itu sekarang sudah tersedia," ujar perwakilan UNICEF Libanon Tanya Chapuisat, membantah kekurangan dana sebagai penyebab terhambatnya anak-anak Suriah mendapatkan pendidikan. Bagaimanapun, pada sektor lain, kekurangan dana merupakan masalah.

Program bantuan untuk pengungsi Suriah untuk kawasan ini, yang dikenal dengan Rencana Regional dan Ketahanan Pengungsi (Regional Refugee and Resilience Plan/3RP) dikumpulkan hanya sebanyak 41 persen dari total dana yang dibutuhkan untuk tahun berjalan.

Jika tujuan ini berhasil, ini akan menjadi yang pertama kali sejak krisis sebagian besar anak-anak usia sekolah dasar terdaftar. Chapuisat mengatakan masalahnya lebih luas dari sekadar membayar biaya pendidikan.

" Terdapat sejumlah isu seperti anak-anak membawa penghasilan untuk keluarga, karena izin tinggal orangtua mereka telah habis, sehingga mereka merasa tidak aman jika terlihat di ruang publik," kata Chapuisat.

Isu lain yang juga menjadi masalah adalah anak-anak dilarang masuk sekolah karena keluarganya tidak punya uang untuk membayar transportasi, atau para orangtua menjadi takut membiarkan putri mereka berjalan pulang dari sekolah dalam kegelapan di musim dingin. Kebanyakan anak-anak yang tidak bersekolah menghabiskan waktu mereka tanpa kegiatan apapun.

Sumber: alarabiya.net

 

Beri Komentar