Ilustrasi (Shutterstock.com)
Dream - Investigasi penyebab kematian Trio Fauqi Firdaus, 22 tahun, pemuda asal Jakarta Utara yang meninggal usai menjalanu vaksin AstraZeneca, dimulai. Penyelidikan ditandai dengan penggalian makam Trio usai 16 hari kematiannya.
Penggalian makam tersebut disaksikan Viki, kakak kandung Trio, yang mewakili pihak keluarga. Hadir pula dokter dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
" Sudah dilaksanakan proses penggaliannya itu beberapa menit, sempat dilakukan investigasi sama dokter RSCM, memastikan bahwa jenazah itu tepat," ujar Viki.
Menurut dia, pemeriksaan jenazah adiknya meliputi identifikasi wajah, gigi, dan rahang. Nantinya, investigasi dibagi dalam tiga tahap, yaitu patologi klinis, patologi anatomi, serta patologi mikrofis dan makrofis.
" Namun dari pihak RSCM tetap berkata bahwa karena kondisi jenazah yang sudah dikebumikan itu 16 hari, maka perlu dilakukan autopsi yang lebih hati-hati," kata dia.
Karena jenazah sudah dikebumikan 16 hari, tambah Viki, pihak RSCM menyebut validitas diagnosa hasil autopsi kemungkinan tidak dapat dipastikan, sehingga keluarganya menyayangkannya.
" Jadi nanti keluarga diberikan resumenya. Nah, itu yang kami sayangkan karena kondisinya sudah 16 hari dari masa penguburan," kata dia.
Viki pun menyesalkan proses autopsi baru dilakukan. Padahal, keluarganya sudah melaporkan kejadian tersebut tepat di hari kematian Trio, 6 Mei 2021.
Selain itu, pihak keluarga juga tidak pernah menolak apapun langkah yang dijalankan untuk autopsi jenazah Trio. Keluarga, kata Viki, selalu siap kapanpun pihak terkait meminta izin menggelar autopsi.
" Bersedia kok, kami enggak ada penolakan, mau apapun itu bentuknya," kata dia
Sumber: Merdeka.com
Dream - Vaksinasi Covid-19 di Indonesia masih terus gencar dilakukan oleh pemerintah. Dalam kondisi tersebut sebuah kabar mengagetkan diumumkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 16 Mei kemarin, yaitu vaksin AstraZeneca Batch (Kumpulan Produksi) CTMAV547 distribusi penggunaannya dihentikan sementara.
Hal tersebut karena BPOM akan melakukan pengujian toksisitas dan sterilitas untuk memastikan keamanan vaksin. Dikutip dari Kemkes.go.id, tidak semua batch vaksin AstraZeneca dihentikan distribusi dan penggunaannya.
Hanya Batch CTMAV547 yang dihentikan sementara sambil menunggu hasil investigasi dan pengujian dari BPOM yang kemungkinan memerlukan waktu satu hingga dua minggu. Ketahui 4 fakta terkait vaksin AstraZeneca Batch CTMAV547 yang digunakan di Indonesia.
Didistribusikan di Jakarta dan Sulawesi Utara
Vaksin AstraZeneca Batch CTMAV547 saat ini berjumlah 448.480 dosis. Jumlah tersebut merupakan bagian dari 3,852,000 dosis AstraZeneca yang diterima Indonesia pada tanggal 26 April 2021 melalui skema Covax Facility/WHO. Batch ini sudah didistribusikan untuk TNI dan sebagian ke DKI Jakarta dan Sulawesi Utara.
Muncul laporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) serius yang diduga berkaitan dengan AstraZeneca Batch CTMAV547. Hal ini membuat Komnas KIPI merekomendasikan BPOM untuk melakukan uji sterilitas dan toksisitas terhadap kelompok vaksin tersebut. Pasalnya, tidak ada cukup data untuk menegakkan diagnosis penyebab dan klasifikasi dari KIPI yang dimaksud.
Diketahui bahwa vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca-Oxford dengan nama AZD1222 dikembangkan dengan platform vektor adenovirus. Artinya, vaksin ini dikembangkan dari virus yang biasanya menginfeksi simpanse dan dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan konsekuensi penyakit pada manusia. Virus tersebut membawa sebagian materi dari virus Corona yaitu protein spike.
Kemenkes mengungkap seperti vaksin pada umumnya, vaksin AstraZeneca juga memiliki efek samping. Juru bicara vaksinasi Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi menjelaskan efek samping vaksin AstraZeneca salah satunya yakni demam, tapi akan mereda selama 1-2 hari.
" Iya efek sampingnya demam, pusing, mual. Jadi kalau demam bisa saja. Tapi itu akan hilang dalam 1-2 hari," kata Nadia, dikutip dari Merdeka.com.
Sumber: Kemenkes/ Merdeka.com