Dream - “ Wow! Great job!” Pujian itu terus berulang. Semua bertepuk tangan. Suara siul bersahutan. George Square bergemuruh. Semua mata dibetot pemuda berkaki satu di bawah mistar gawang.
Hampir semua penonton tak kenal siapa pemuda ini. Dia hanya bertumpu kaki kanan. Tangan kiri ikut menopang badan. Tapi lihatlah. Dia bergerak lincah. Melompat ke sana ke mari. Berjibaku. Membendung bola tembakan lawan.
Semua lawan dibuat frustasi. Sulit membobol gawang yang dia jaga. Bola yang datang bak meriam seolah membentur tembok tebal. Bola-bola liar pun diterkamnya. Semua heran. Terbius penampilan ciamik pemuda cacat ini.
Pemain gemilang itu adalah Eman Sulaeman. Penjaga gawang Timnas Indonesia dalam ajang Homeless World Cup 2016 di Glasgow, Skotlandia. Dia benar-benar menjadi bintang. Di akhir perhelatan, dia didaulat sebagai kiper terbaik dunia dalam ajang tersebut.
“ Alhamdulillah. Sungguh luar biasa senang, bahagia, bangga, bisa terpilih menjadi kiper terbaik,” kata Eman penuh Syukur.
Titel kiper terbaik dunia bukanlah prestasi semenjana. Tidak sembarang orang mampu merengkuhnya. Tapi Eman, dengan segala keterbatasan, menempati posisi terhormat itu.
Prestasi itu tak datang dengan mudah. Apalagi dalam sekejap mata. Semua butuh proses. Perlu latihan keras, menumpahkan seluruh peluh. Tak jarang Eman dicibir karena fisiknya.
***
Eman terlahir dengan kondisi tak sempurna. Kaki kiri sebatas lutut, yang kanan hanya sampai pergelangan kaki.
Pemuda asal Majalengka, Jawa Barat, harus menjalani kehidupan keras. Dia menjadi tulang punggung keluarga. Rezeki dia kais dengan keahlian sebagai tukang servis ponsel. Dari pekerjaan itulah ia membiayai hidup bersama kedua orangtua.
Tekanan ekonomi kerap menghimpit. Belum lagi cibiran orang. Jika sudah tak tahan, Eman menjadi stre. Dan sepak bola menjadi pelarian paling ampuh.
Saat penat datang, dia selalu bermain bola, hobi yang digandrungi sejak sekolah di SMKN 1 Majalengka. Dia juga kerap tampil dalam turnamen tarkam alias antarkampung.
Dan kesempatan tampil di ajang dunia muncul setelah dia ikut seleksi Rumah Cemara. Dari lembaga tempat bernaung orang-orang terpinggirkan, orang-orang cacat, dan para pecandu narkoba itu, Eman terpilih mewakili Indonesia dalam turnamen Internasional HWC 2016 di Skotlandia.
“ Saya ingin turut mengharumkan Indonesia, dan membuat senang orangtua,” katanya sebelum berangkat ke Skotlandia.
Bersama tujuh pemain lain, Eman terbang ke Eropa. Menjadi satu-satunya pemain difabel dalam rombongan tim Indonesia. Meski demikian, semangatnya tak padam. Bahkan semakin berkobar, ingin membuktikan diri bisa mengharumkan nama bangsa.
Dan semangat itu dia buktikan di George Square. Dia menjadi sorotan banyak orang. Mengundang decak kagum. Aksi Eman tak kalah dengan pemain lain yang berfisik sempurna.
Di luar lapangan, Eman boleh saja memaki kursi roda. Tapi di lapangan, dia tak berbeda dengan para kiper lain. Tangguh. Bahkan jauh lebih baik. Sudah tak terhitung berapa kali menyelamatkan gawang Indonesia. Hingga Indonesia mampu nangkring di peringkat tujuh dari 24 negara.
“ Dengan membela HWC saya dapat banyak pengalaman, meski kami harus kalah. Pertandingan paling berkesan itu saat melawan Meksiko dan Portugal, mereka kuat sekali,” ujar Eman.
Penghargaan sebagai kiper terbaik dunia ajang Internasional HWC 2016 dia persembahkan kepada ayah dan ibu yang selalu mendukung penuh pilihannya untuk serius di dunia sepak bola. Tak peduli sulitnya hidup di tengah segala keterbatasan.
“ Penghargaan ini saya persembahkan buat kedua orangtua yang terus mendukung dari kecil hingga sekarang,” tandas dia.
Namun, pengalaman dan pencapaian ini tak membuat Eman berpuas diri. Masih ada satu misi yang ingin dijalani. Menjadi motivator bagi anak-anak muda difabel yang bernasib sama sepertinya.
Eman ingin berbagi ilmu dan motivasi bahwa keterbatasan fisik tidak otomatis menjadi penghalang untuk berprestasi. Asalkan percaya diri dan tak berkecil hati.
“ Yang jelas saya termotivasi untuk bisa buktikan bahwa orang-orang seperti saya bisa berprestasi bagi Indonesia,” kata Eman. [Baca selengkapnya: Kiper Berkaki Satu Pukau Dunia]
***
Eman tak sendiri. Masih banyak orang-orang difabel Tanah Air yang punya prestasi dunia. Sebut saja Dimas Prasetyo. Penyandang tunagrahita ini juga mampu mengharumkan nama Indonesia di ajang dunia.
Tahun lalu, remaja asal Yogyakarta ini membawa pulang tiga medali emas dari cabang bulutangkis Special Olympics World Games 2015 di Los Angeles, Amerika Serikat.
Dimas sudah belajar bulutangkis sejak di kelas 3 sekolah dasar. Beberapa kali meraih gelar juara di tingkat nasional. Dan ajang Olimpiade 2015 itu merupakan kompetisi internasional pertamanya, dan langsung menyabet 3 emas. [Baca selengkapnya: Dimas Prasetyo, Smash Maut Penyandang Grahita]
Orang-orang difabel inspiratif juga tersebar di berbagai negara. Bobby Martin misalnya. Pria asal Dayton, Ohio, Amerika Serikat, ini terlahir tanpa kaki. Namun mampu berprestasi sebagai pemain American Football. Pada 2006, dia menyabet ESPY award sebagaiAtlet Terbaik Pria untuk penyandang disabilitas.
Atau Natalia Partyka. Perempuan 23 tahun asal Polandia itu telah berkompetisi di dua ajang Paralimpik dan Olimpiade. Meski lahir tanpa lengan kanan, Natalia telah memenangi medali emas di kejuaraan tenis meja internasional dalam ajang Kejuaraan Dunia Paralimpik di usia 10 tahun.
Dia telah memenangi 30 medali selama kiprahnya di ajang tenis meja. Separuh dari medali yang dia peroleh adalah medali emas. Selama empat tahun terakhir, dia mampu menaklukan favorit juara tenis meja dari China. Dia bahkan membawa tim tenis meja Polandia meraih medali perak di ajang dunia tenis meja.
Meski tak memiliki tangan kanan, Natalia mampu melakukan servis dengan cara menaruh bolanya pada lipatan sikunya. Cara servis tersebut tak menghalanginya untuk bertarung melawan atlet tenis meja normal. [Baca selengkapnya: 5 Difabel Inspirasi Dunia]
Eman, Dimas, dan atlet-atlet disabel dunia itu telah membuktikan bahwa kekurangan fisik bukan penghalang segalanya. Mereka nyatanya mampu mengukir prestasi, mengharumkan nama bangsa.
Advertisement
Detail Spesifikasi iPhone 17 Air, Seri Paling Tipis yang Pernah Ada
4 Komunitas Seru di Bogor, Capoera hingga Anak Jalanan Berprestasi
Resmi Meluncur, Tengok Spesifikasi dan Daftar Harga iPhone 17
Keren! Geng Pandawara Punya Perahu Ratusan Juta Pengangkut Sampah
Pakai AI Agar Tak Khawatir Lagi Salah Pilih Warna Foundation