Ilustrasi
Dream - Badan Meteeorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan analisis penyebab jatuhnya pesawat AirAsia QZ 8501 pada Minggu 28 Desember 2014. Menurut analisis meteorologis, pesawat yang terbang dari Bandara Juanda, Sidoarjo, menuju Singapura itu masuk ke awan badai.
" Saat itu pesawat melaporkan akan menghindari awan Cumulonimbus (Cb) dengan berbelok ke arah kiri, posisi ketinggian pesawat 32.000 kaki dan minta izin untuk menaikkan ketinggian pesawat menjadi 38.000 kaki. Kemudian pada pukul 06.17 WIB, pesawat hilang kontak," demikian dikutip dari pendahuluan laporan itu.
Analisis ini memuat data kronologis hilangnya AirAsia dengan merunut waktu dan rute terbang pesawat yang berisi 162 orang ini, termasuk awak pesawat. Dari data itu diketahui, pesawat lepas landas dari landas pacu 10 Bandara Juanda pukul 05:35 waktu setempat. Arah pesawat setelah lepas landas berbelok ke kiri 329° di atas Laut Jawa.
Pada pukul 05:54, ketinggian pesawat mencapai flight level (FL)320. Kemudian pesawat mengubah arah ke kiri menjadi 319°. Sepuluh menit kemudian kembali mengubah arah sedikit ke arah 310°.
Pesawat terlihat terakhir di layar monitor ACC radar pada pukul 06:24 WIB. Pada saat itu pesawat sedang melakukan deviasi (pengalihan arah) dari rencana semula karena alasan cuaca buruk. Pesawat meminta kenaikan ketinggian dari 32.000 kaki ke 38.000 kaki.
" Dari beberapa kali manuver perubahan arah (heading) yang dilakukan oleh pesawat itu diperkirakan, pesawat menghindari cuaca buruk yang menghadang di depannya."
Analisis ini memperkirakan pesawat AirAsia yang dipiloti Kapten Irianto itu terjebak cuaca buruk yang sulit dihindari, ketika sedang berada di atas Selat Karimata, dekat Pulau Belitung. Pada pukul 07.08 WIB, pesawat dinyatakan INCERFA (fase ketidakpastian); pada 07.28 WIB, pesawat dinyatakan ALERFA (fase siaga), dan pada 07.55 WIB, pesawat dinyatakan DISTRESFA (fase distress).
" Pada detik-detik terakhir pesawat akan hilang dari layar radar monitor, terlihat pesawat telah melakukan deviasi ke sebelah kiri dari jalur yang direncanakan."
Berdasarkan data radar, analisis ini menyebut pesawat Airbus A320-200 ini membelok ke arah sebelah kiri dan sudah meninggalkan ketinggian 32.000 kaki. Pesawat sedang naik menuju ke ketinggian 36.300 kaki.
" Sedangkan kecepatan menurun menjadi 353 Kts (knot)," dalam laporan yang ditulis Prof Edvin Aldrin, Ferdika Amsal, Jose Rizal, dan Kadarsah, itu.
Analisa itu juga menyebut, berdasar monitor radar, dalam waktu bersamaan, di dekat lokasi raibnya AirAsia itu juga ada pesawat lain dari maskapai Emirates dengan nomor penerbangan UAE-409 yang terbang reguler dari Melbourne; Australia, menuju Kuala Lumpur; Malaysia. Pesawat UAE-409 itu berangkat dari Melbourne pada hari yang sama pukul 04:10 WIB dan tiba di Kuala Lumpur pukul 08:22WIB.
" Berada di depan sebelah kiri dari jalur QZ-8501 dengan ketinggian 36.000 kaki dan kecepatan 503 Kts (knot)," tulis laporan itu. Meski demikian, ini semua baru berupa analisis. Untuk mengungkap penyebab kecelakaan, menjadi kewenangan dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT). (Ism)
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN