Menag Fachrul Razi (Foto: Kemenag)
Dream - Menteri Agama, Fachrul Razi membantah tudingan 50 persen Aparatur Sipil Negara (ASN) dan pegawai Kementerian Agama (Kemenagtelah ) terpapar radikalisme.
" Itu isu yang tidak betul. Kalau dibilang ada, mungkin ada ya. Tapi kalau 50 persen kebangetan, kalian membuat data seenaknya. Tidak begitu lah ya," ujar Fachrul di Kementerian Agama, Jakarta, Selasa, 29 Oktober 2019.
Mantan Wakil Panglima TNI itu menegaskan akan memberi sanksi tegas bagi karyawan atau PNS di lingkungan Kemenag yang terpapar radikalisme.
" Sekali masuk sudah saya garis bawahi, ada pemikiran khilafah, radikalisme keluar semua, tidak ada yang Kemenag," kata dia.
Dia mengatakan, tidak ada tempat bagi orang-orang yang memiliki pemikiran radikal. Maka dari itu, Fachrul mengimbau kepada semua pihak untuk memerangi masalah radikalisme.
" Kan pesannya Pak Jokowi, deradikalisasi bukan hanya kepada kementerian agama kan, termasuk polisi, tentara, semuanya," ujar dia.
Dream - Latar belakang profesi Fachrul Razi memang berbeda dengan jabatan menteri yang kini diemban. Purnawirawan jenderal TNI itu kini menduduki kursi Menteri Agama.
Mantan Wakil Panglima TNI itu menduga Presiden Joko Widodo memberinya amanah sebagai Menteri Agama karena kerap mendengar pendapat-pendapatnya selama melakoni kunjungan bersama ke sejumlah daerah.
" Setiap kali kalau ke daerah saya selalu bicara Islam adalah agama yang damai, agama penuh toleransi, jadi kalau ketemu orang Islam yang suka kekerasan berarti ada yang salah," kata Fachrul usai pelantikan menteri di Istana Negara, Rabu 23 Oktober 2019.
Fachrul mengatakan, Islam penuh damai selalu menjadi tema yang dia sampaikan setiap kali menjadi pembicara di daerah-daerah. Selain itu, sejak kecil dia sangat suka membaca buku-buku agama.
Selain alasan tersebut, Fachrul mengatakan Jokowi menaruh perhatian besar terhadap pemberantasan radikalisme. Menurut dia, radikalisme memang menjadi isu yang santer belakangan ini.
" Beliau membayangkan juga potensi-potensi radikalisme cukup kuat dalam beberapa tahun belakangan," kata dia.
Fachrul segera bekerja. Dia akan berdiskusi lebih dulu dengan staf di lingkungan Kemenag terkait banyak hal terutama radikalisme.
" Saya akan balik dulu ke kantor saya, mungkin tanya dulu ke teman-teman, mungkin bisa kita dalami terapi apa yang tepat," kata dia.
Dream - Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi, menegaskan hanya akan melakukan amanat presiden untuk bekerja cepat tanpa dipusingkan dengan program 100 hari. Mantan tentara ini juga memastikan takkan menyusun visi misi sendiri saat menjalankan tugas sebagai Menag.
" Pokoknya kita bekerja dengan cepat. Jadi beliau (Jokowi) nggak mau seolah-olah 100 hari menjadi mengikat, justru jalan dengan cepat," ujar Fachrul di Kementerian Agama, Jakarta, Rabu 23 Oktober 2019.
Sesuai dengan instruksi yang diterima saat perkenalan pagi tadi, Fachrul mengatakan para menteri ditugaskan untuk selalu bekerja mewujudkan visi misi Presiden dan Wakil Presiden.
" Visi misi kita itu adalah Indonesia, sehingga dengan demikian nggak usah berpikir mencapai jangka pendek dulu, nanti malah menyebabkan visi misi bangsa nggak tercapai," ucap dia.
Secara khusus, Fachrul mendapat tugas dari Jokowi untuk menangani radikalisme dan terorisme di Indonesia.
" Radikalisme semua orang paham, radikalisme menghancurkan bangsa," kata dia.
Meski demikian, mantan Wakil Panglima TNI itu belum merancang program kerja untuk menangani radikalisme dan terorisme.
" Program belum dulu. Kenapa belum, (seperti) saya katakan tadi di sana, kalau dokter kasih obat pasien, diperiksa dulu apa yang sudah, pasti ditanya 'oh kamu demam ya, apa obat yang sudah dimakan'," kata dia.(Sah)
Dream - Dipilihnya Fachrul Razi untuk menduduki kursi Menteri Agama (Menag) mengundang pertanyaan besar. Banyak yang menilai keputusan Presiden Joko Widodo tak lazim karena mengangkat seorang Menag dari lingkungan militer bukan pesantren atau ormas Islam.
Ditemui usai serah terima jabatan dengan Lukman Hakim Syaifuddin, Fachrul mengakui jika latar belakangnya memang bukan seorang santri.
" Saya bukan tamatan pesantren. Tapi saya dibesarkan di lingkungan Islam ketat," ujar Fachrul di Kementerian Agama, Jakarta, Rabu 23 Oktober 2019.
Fahcrul mencerirakan, ketika masuk Akademi Militer angkatan 70, dia bersama beberapa rekan seangkatannya mendirikan kelompok komando masjid. Ini merupakan wadah bagi Taruna Akmil untuk belajar Islam serta sholat dan mengaji.
" Dulu masih banyak (taruna yang belum bisa ngaji dan sholat," ucap dia.
Tamat Akmil, mantan Wakil Panglima TNI ini rajin mensyiarkan agama Islam. Dia kerap mengisi khotbah Jumat.
Dalam khotbahnya, Fachrul sering menyampaikan materi Islam yang moderat, Islam rahmatan lil alamin serta saling menghargai demi persatuan dan kesatuan bangsa.
" Saya duga, Pak Jokowi tahu saya khotbah bangun Islam yang damai. Mungkin di benak beliau kira-kira seperti itu," kata dia.
lebih lanjut, mantan Ketua Tim Bravo 5 itu mengatakan di masa lalu ada stigma pembeda di lingkungan TNI. Untuk perwira yang sering berdakwah itu masuk perwira hijau yang artinya berbahaya dan perwira merah putih dimaknai sebagai TNI yang berjiwa merah putih.
" Padahal saya lihat yang merah putih juga itu nggak pernah sholat. Tapi penyebutan perwira merah putih dan hijau tidak lama," kata dia.(Sah)
Advertisement
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Rangkaian acara Dream Inspiring Women 2023 di Dream Day Ramadan Fest Day 5
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Presiden Prabowo Subianto Reshuffle Kabinet, 5 Menteri Diganti dan Lantik 1 Menteri Baru
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa