Ferdinand Marcos Jr (Reuters)
Dream - Ferdinand Marcos Jr atau Bongbong berhasil unggul dalam Pemilu Presiden (Pilpres) Filipina, Senin 9 Mei 2022. Ia adalah putra mantan diktator-koruptor Ferdinand Marcos.
Meski hasil resmi akan diumumkan akhir bulan ini, kemenangan Marcos hampir dipastikan usai mendapat 30 juta suara versi hitung cepat yang sudah mencapai 96 persen.
Kemenangan ini disebut tak lepas dari peran TikTok dan generasi muda yang tidak tahu pemerintahan diktator Marcos.
Dilansir Time, seorang pemuda bernama Joey Toledo mengatakan, anak muda terutama pengguna TikTok banyak yang tidak percaya dengan pelanggaran HAM dan korupsi yang dilakukan Marcos.
Toledo yang bekerja sebagai staff support IT mengaku bukan pendukung Marcos. Meski demikian, Time menyorot banyak kekeliruan yang ia sebar kepada 22 ribu pengikutnya di TikTok.
Salah satu kekeliruan itu menyebut bahwa sumber kekayaan Marcos berasal dari pekerjaannya sebagai pengacara. Padahl Bank Dunia, PBB, dan pengadilan di Filipina telah mengakui korupsi rezim Marcos.
Bank Dunia dan United Nations Office on Drugs and Crime melaporkan bahwa ada US$ 10 miliar uang hasil korupsi yang dicuri Marcos.
Konten-konten TikTok menyebar ilusi stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dalam rezim Marcos yang korup. Para pemilih pun terbuai dengan " keindahan" zaman tersebut.
Faktor usia pun menjadi sorotan, sebab para milenial dan generasi Z di Filipina tidak paham rezim Ferdinand Marcos. Sayangnya, 72 persen pemilih dari kalangan milenial dan generasi Z adalah pendukung Marcos.
56 persen dari seluruh pemilih juga berusia di bawah 40 tahun. Alhasil, mereka belum lahir atau terlalu kecil untuk paham korupsi pemerintahan Marcos yang berkuasa antara 1965-1986.
" Mereka tidak punya pengalaman atau memori atau pengetahuan tentang rezim Marcos," ujar pakar politik dari De La Salle University, Julio C. Teehankee.
Pengaruh politik keluarga Marcos juga tak lepas dari narasi media sosial. Teehankee berkata Bongbong menggunakan jaringan dari Marcos Sr dan kekayaannya untuk kampanye media sosial yang tertata.
Investigasi Rappler dan Vera Files menunjukkan bahwa Marcos mendapat untung dari kampanye disinformasi yang terkoordinasi dari media sosial, terutama dalam bentuk video.
Alan German, ahli strategi kampanye di Agents International, menyebut bahwa kreator konten politik Marcos Jr dibayar hingga US$ 4.700 (Rp 68 juta) per bulan. Angka itu fantastis mengingat upah minimum per bulan di Filipina hanya US$ 170 (Rp 2,4 juta).
Ketika diwawancara CNN, Bongbong membantah menggunakan buzzer seperti itu.
Seorang peneliti dari Universitas Harvard, Jonathan Corpus Ong, menjelaskan bahwa algoritmen TikTok bisa mempercepat popularits seseorang dibandingkan Facebook, Twitter, dan Instagram. Alhasil, misinformasi bisa lebih mudah tersebar di TikTok.
" Potensi konten misinformasi untuk meraih dinamika 'sensasi viral' lebih tinggi di TikTok ketimbang di platform-platform lain," ucapnya.
Sumber:Liputan6.com
Advertisement
4 Komunitas Animasi di Indonesia, Berkarya Bareng Yuk!
Senayan Berbisik, Kursi Menteri Berayun: Menanti Keputusan Reshuffle yang Membentuk Arah Bangsa
Perusahaan di China Beri Bonus Pegawai yang Turun Berat Badan, Susut 0,5 Kg Dapat Rp1 Juta
Style Maskulin Lionel Messi Jinjing Tas Rp1 Miliar ke Kamp Latihan
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Konser Sejarah di GBK: Dewa 19 All Stars Satukan Legenda Rock Dunia dalam Panggung Penuh Magis
Desain Samsung Galaxy S26 Bocor, Isu Mirip iPhone 17 Pro Bikin Heboh Pecinta Gadget
Official Genas, Komunitas Dance dari Maluku yang `Tularkan` Goyang Asyik Tabola Bale
Selamatkan Kucing Uya Kuya Saat Aksi Penjarahan, Sherina Dipanggil Polisi
Rekam Jejak Profesional dan Birokrasi Purbaya Yudhi Sadewa, Menkeu Pengganti Sri Mulyani Indrawati