Ilustrasi Bekerja Dari Rumah. (Foto: Shutterstock)
Dream - Perilaku masyarakat akan mengalami banyak perubahan seiring dengan meredanya pandemi virus corona yang menyebabkan Covid-19.
Masyarakat akan menganggap social distancing sebagai norma baru dalam menjalani kehidupan sehari-hari mereka.
Hal itu diungkapkan oleh para pakar ilmu perilaku yang mengamati perubahan cara masyarakat dalam berinteraksi sejak digalakkannya social distancing akibat wabah Covid-19.
Pakar ilmu perilaku mengatakan bahwa social distancing sangat menantang bagi manusia sebagai makhluk sosial.
Social distancing membawa kerugian bagi kaum miskin, mereka yang menyediakan layanan secara langsung dan orang-orang yang rentan terhadap pengasingan atau kekerasan dalam rumah tangga.
Social distancing memaksa para siswa belajar dari rumah. Pembeli mengatur jarak saat antre untuk berbelanja.
Sementara pekerja kantoran harus pintar menyeimbangkan waktu mengurus rumah tangga dengan bekerja dari rumah serta melakukan pertemuan sosial secara online.
“ Manusia adalah makhluk sosial. Hanya ada sedikit manusia penyendiri sejati di masyarakat. Kami melihat munculnya fenomena interaksi virtual yang menggantikan interaksi fisik,” kata David Savage, profesor perilaku ekonomi di University of Newcastle di Australia.
Setelah pandemi berakhir, para ahli mengatakan masyarakat akan dengan senang hati meninggalkan praktik-praktik social distancing ini. Tetapi beberapa perilaku dan norma sosial mungkin selamanya berubah.
Bekerja dari rumah mungkin akan menjadi pemandangan yang lebih umum. Pemakaian masker bedah akan terlihat normal di tempat-tempat yang sebelumnya menganggapnya sebagai perilaku aneh.
Makin banyak perkuliahan, rapat, dan pertemuan lainnya diadakan secara virtual. Selain itu, mencuci tangan bisa menjadi sebuah kebiasaan baru yang dianggap normal bagi sebagian masyarakat.
Donald Low, seorang ekonom perilaku di Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong (HKUST), mengatakan bahwa memaksa masyarakat untuk bekerja dari rumah dan meminimalkan sosialisasi 'merupakan beban kognitif dan perilaku yang cukup besar'.
Masalahnya, bentuk-bentuk social distancing itu mengharuskan orang untuk melepaskan kebiasaan atau perilaku yang ada.
Jadi, setelah satu bulan atau lebih menjalankan social distancing, banyak yang akan mengalami 'kelelahan' perilaku.
Namun ada beberapa bentuk social distancing seperti perkuliahan dan pertemuan online yang bisa diterapkan setelah pandemi virus corona berakhir.
" Kita tidak bisa begitu saja kembali normal seperti sebelumnya. Bekerja dan belajar dari rumah, menjaga jarak saat berbelanja, mencuci tangan, memakai masker dan sebagainya, telah menjadi eksperimen yang paling berkelanjutan. Dan kita harus mencoba untuk mempertahankannya," jelasnya.
Sumber: SCMP
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya