Ilustrasi Melaksanakan Sholat Sunnah Muakkad. (Foto: Shutterstock.com)
Dream – Sunnah muakkad artinya adalah sunnah yang diutamakan untuk dikerjakan setiap umat muslim. Sebagai salah satu hukum dalam Islam, beberapa ibadah dan amalan ada yang berderajat hukum sunnah muakkad.
Hukum Islam sangat lengkap dalam mengatur ibadah dan amalan yang dilakukan umat Islam. Selain wajib dan haram, ada pula hukum Islam yang bertingkat sunnah yaitu amalan yang dilakukan mendapat pahala namun tidak berdosa ketika meninggalkannya.
Pembagian hukum sunnah ini dibedakan menjadi dua jenis yakni sunnah muakkad dan sunnah ghairu muakkad. Sunnah muakkad artinya ibadah yang dianjurkan untuk dilakukan karena dapat menyempurnakan ibadah wajib.
Manusia dengan segala kekurangannya sangat mungit teledor dengan kewajibannya menjalani sejumlah ibadah wajib, Amalan sunnah muakkad inilah yang diharapkan bisa melengkapi kekurangan tersebut.
Berikut ini Dream akan mengulas tentang sunnah muakkad dan artinya lengkap pengertian serta contoh-contohnya sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber.
Islam mengenal banyak sekali macam-macam sifat hukum. Dalam pelaksanaan ibadah dan amalan tertentu, ada sifat hukum yang menyertainya. Tingkatan hukum yang paling tinggi ialah wajib. Amalan yang berstatus hukum wajib maka sudah pasti wajib dilaksanakan. Sanksi terhadap pelanggaran hukum ini adalah dosa dan siksa dari Allah SWT.
Sebelum membahas lebih detail tentang arti sunnah muakkad, sebaiknya kita pahami dulu secara lebih jelas tentang macam-macam hukum Islam berikut ini:
Fardhu atau wajib adalah amalan yang wajib dilakukan, dan apabila ditinggalkan maka akan mendapat dosa. Hukum wajib ini masih dibedakan lagi berdasarkan waktu pelaksanaan, orang yang melakukannya, kadar pelaksanaannya, dan kewajiban perintahnya.
Berdasarkan waktu pelaksanaannya, hukum wajib dibedakan menjadi wajib mutlak dan wajib muakkad. Contoh wajib mutlak adalah puasa qadha Ramadhan, di mana puasa ini dapat dilakukan kapan saja di luar bulan ramadhan dan hari-hari yang diharamkan berpuasa.
Sementara pelaksanaan wajib muakkad ditentukan oleh waktu tertentu dan menjadi tidak sah apabila dilaksanakan di luar waktu yang sudah ditetapkan. Contohnya sholat lima waktu.
Sementara berdasarkan orang yang melakukannya, hukum wajib dibedakan menjadi dua yaitu fardhu ain dan fardhu kifayah. Fardhu ain hukumnya wajib secara pribadi dan tidak mungkin diwakilkan seperti halnya puasa dan sholat. Sedangkan fardhu kifayah bisa dilaksanakan bersama atau berkelompok. Apabila tidak ada satu orang pun yang melaksanakannya, maka semua berdosa. Sementara jika ada beberapa orang yang sudah melaksanakannya, maka kewajiban semua orang telah gugur. Contohnya adalah sholat jenazah.
Derajat hukum di bawah tingkatan wajib adalah sunnah. Hukum sunnah adalah amalan yang apabila dilakukan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak berdosa. Sunnah juga dibedakan menjadi beberapa bagian yaitu, sunnah muakkad, sunnah ghairu muakkad, sunnah hajat, dan sunnah ab’ad.
Mubah adalah hukum dalam Islam yang mana jika dilakukan ataupun ditinggalkan sama-sama tidak mendapatkan pahala maupun dosa. Sifat hukum mubah ini adalah tetap atau tidak tetap serta tidak ada larangan yang bersifat tetap maupun tidak tetap. Contoh hukum mubah adalah makan dan minum, memilih warna pakaian, dan lain sebagainya.
Makruh adalah perbuatan apabila dilaksanakan tidak akan berdosa, akan tetapi jika ditinggalkan justru mendapat pahala. Hukum makruh ini menunjukkan larangan yang sifatnya tidak tetap. Contoh hukum makruh adalah saat berwudhu mendahulukan bagian kiri daripada yang kanan. Hal ini lebih baik ditinggalkan karena Allah juga tidak menyukainya.
Setelah makruh, hukum yang paling bawah tingkatannya adalah haram. Hukum ini berlaku pada perbuatan yang apabila dilakukan akan mendapatkan dosa. Jika perbuatan ini ditinggalkan maka akan mendapatkan pahala. Perbuatan yang tergolong haram adalah membunuh, berzina, mencuri, makan daging babi atau anjing dan minum khamr.
Setelah memahami macam-macam hukum dalam Islam, selanjutnya kita akan membahas tentang sunnah. Sunnah muakkad artinya penting dipahami setiap Muslim. Dalam Islam, ada beberapa jenis hukum sunnah. Secara bahasa sunnah artinya jalan, baik jalan kebaikan maupun jalan keburukan.
Secara terminologi hadis, sunnah diartikan sebagai sabda, perbuatan, ketetapan, sifat (watak) baik sebelum menjadi nabi maupun sesudahnya. Berdasarkan terminologi hadis ini, dapat dikatakan bahwa sunnah adalah hadis.
Namun berbeda dengan terminologi fikih yang menyebut sunnah sebagai suatu sifat hukum atas suatu perbuatan yang apabila dikerjakan memeroleh pahala, sementara jika ditinggalkan maka tidak berdosa. Dalam terminologi fikih ini, sunnah dibedakan menjadi dua yaitu sunnah muakkad dan sunnah ghairu muakkad.
Lalu apa yang dimaksud sunnah muakkad? Sunnah muakkad artinya sifat hukum yang dianjurkan dengan penekanan yang kuat.
Derajat hukum sunnah muakkad ini hampir mendekati wajib. Dalam fikih, sunnah muakkad artinya sunnah yang dilakukan dengan tujuan melengkapi serta menyempurnakan kewajiban agama seperti sholat fardhu berjamaah, adzan dan iqamah.
Inilah mengapa sunnah muakkad artinya sunnah yang diutamakan hingga mendekati derajat wajib. Amalan yang tergolong sunnah muakkad seringkali adalah amalan yang selalu dikerjakan Rasulullah SAW. Bahkan beliau SAW hampir tidak pernah meninggalkannya.
Adapun amalan yang termasuk sunnah muakkad antara lain sholat rawatib, sholat hari raya Idul Fitri, sholat hari raya Idul Adha, sholat witir, sholat tarawih, sholat tahajud, sholat gerhana, dan sholat istisqa’.
Jenis sunnah yang kedua ialah sunnah ghairu muakkad. Sunnah yang satu ini diartikan sebagai sunnah yang tidak diutamakan. Pengertian ini didasarkan pada perilaku Rasulullah SAW dalam menjalankan amalan sunnah ghairu muakkad.
Beliau SAW karang mengerjakannya, kadang juga tidak. Karena Rasulullah tidak mengerjakannya secara rutin, maka amalan sunnah ini tidak diutamakan alias tidak mendekati wajib.
Ibadah yang tergolong sunnah ghairu muakkad antara lain sholat sunnah rawatib, sholat dhuha, sholat taubah, sholat tasbih, sholat sesudah wudhu dan sholat hajat.
Salah satu amalan yang termasuk sunnah muakkad adalah sholat rawatib. Sholat ini merupakan sunnah yang mengiringi sholat fardhu. Sholat sunnah rawatib dikerjakan sebagai penyempurna sholat fardhu. Rasulullah SAW selama hidupnya hampir tidak pernah meninggalkan sholat sunnah rawatib.
Berikut pelaksanaan sholat sunnah rawatib yang mengiringi sholat fardu:
Demikian penjelasan tentang sunnah muakkad artinya adalah sunnah yang sangat diutamakan. Dengan mengetahui hukum sunnah muakkad dan contoh-contohnya di atas, maka akan membuka pengetahuan Sahabat Dream mengetahui amalan mana yang tergolong sunnah muakkad. Sehingga kamu bisa mengerjakannya sebagai penyempurna ibadah wajib.
Advertisement
10 Pekerjaan Bergaji Tinggi dan Rendah Stres di 2025, Segera Apply!
Tasya Farasya Banjir Support dari `Pasukan Outfit Kuning` Hadapi Perceraiannya
Penampakan Makan Bergizi Gratis Sebelum dan Sesudah Viral di SMPN 3 Jayapura
Potret Mobil Tercepat di Dunia, Yangwang U9 yang Bisa Melesat 496 Km per Jam
25 Pulau Paling Favorit di Dunia, Ada Bali?
Jenius Luncurkan Inovasi Unthinkable: QRIS Cross Border, Rewards Baru, hingga Reksa Dana USD
Jalan-Jalan Seru Naik Bus Tingkat di Jakarta, Begini Cara Pesan Tiket dan Jadwalnya
Kasus Keracunan MBG Terus Berulang, Ikatan Dokter Anak Beri 5 Peringatan Lewat Surat Terbuka
5 Tempat Glamping Terjangkau di Yogyakarta, Mari Healing dan Manjakan Mata
10 Pekerjaan Bergaji Tinggi dan Rendah Stres di 2025, Segera Apply!
Tasya Farasya Banjir Support dari `Pasukan Outfit Kuning` Hadapi Perceraiannya