Ilustrasi (Shutterstock.com)
Dream - Muslim di Indonesia semakin sibuk di pekan terakhir bulan Ramadan. Mulai dari meningkatkan ibadah di sepertiga terakhir sampai mempersiapkan Hari Raya Idul Fitri atau sering disebut dengan lebaran.
Lebaran di Indonesia tak hanya identik dengan mudik dan ketupat. Beberapa daerah mempunyai cara unik menyambut lebaran yang telah dilakukan secara turun temurun.
Tradisi ini muncul karena Indonesia mempunyai beragam suku dan budaya yang tersebar ke seluruh pelosok negeri. Tradisi apa saja? Simak ulasan menariknya.
Batobo merupakan penyambutan khusus bagi keluarga yang pulang ke kampong halaman. Di Kampar, Kepulauan Riau, tradisi ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu.
Bila rombongan keluarga mereka datang maka dilakukan penyambutan dengan mengarak keliling kampung. Rebana tersu ditabuh untuk mengiri perjalanan menuju masjid. Di tempat ibadah itu, mereka menggelar jamuan buka bersama dengan warga lain.
Tak cukup sampai di situ, keluarga yang datang juga harus ikut pengajian dan lomba membaca Al Quran di malam hari. Acara yang meriah ini sungguh menarik.
Masyarakat Pontianak, Kalimantan Barat, yang tinggal di pesisir Sungai Kapuas memiliki tradisi unik di malam hari raya. Mereka menggelar pesta yang diberi nama Festival Meriam Karbit di malam takbiran.
Meriam dibuat dari potongan bambu dengan ukuran tertentu. Ujungnya diisi dengan karbit atau mesiu kemudian disulut api di sisi yang berlawanan. Setelah itu, bambu-bambu itu mengeluarkan dentuman yang cukup keras.
Suara dentuman itu bersahutan dengan takbir di malam hari. Meski sempat dilarang pada era Orde Baru, meriam karbit ini bisa dinikmati kembali.
Masyarakat Aceh mempunyai ciri khas yang berbeda dengan daerah lain. Ada tradisi bernama meugang atau makmeugang yang merupakan kegiatan menyembelih hewan besar seperti spi atau kambing menjalang lebaran.
Daging ini kemudian dimasak dan jumlah besar kemudian dinikmati bersama-sama saat berbuka dihari terakhir puasa. Jamuan dilakukan di masjid dan mengundang anak yatim piatu untuk menikmati bersama kelezatan makanan.
Masyarakat Suku Serawai, Bengkulu, mempunyai kebiasan membakar gunung di malam ketiga sebelum lebaran tiba. Tentu saja bukan gunung yang sebenarnya melainkan batok kelapa kering yang disusun tinggi menyerupai gunung.
Agar dapat menjulang, bagian tegah diberi penyangga yang seperti tusuk sate. Saat, gunung batok kelapa mulai dibakar, masyarakat Serawai akan melantunkan doa-doa dan puji syukur kepada Allah SWT.
Tradisi ini disebut dengan Ronjok Sayak. Setelah selesai, mereka saling berbagi makanan dengan tetangga.
Desa Morella da Desa Malama di Maluku Tengah mempunyai tradisi unik menyambut Hari Raya Idul Fitri. Tradisi unik tersebut dinamakan Baku Pukul Manyapu atau Pukul Manyapu.
Pada lebaran ketupat atau lebaran ketujuh, masyarakat berkumpul di tanah lapang untuk menyaksikan para pemuda desa adu ketangkasan.
Mereka akan saling memukul menggunakan lidi. Tidak boleh sembarangan orang mengikuti perlombaan ini karena akan menyebabkan terluka.