Mengunjungi Destinasi Religi Solo Sarat Sejarah dan Budaya

Reporter : Siwi Nur Wakhidah
Rabu, 23 Oktober 2019 11:11
Mengunjungi Destinasi Religi Solo Sarat Sejarah dan Budaya
Jejak kebudayaan Islam ditandai dengan berdirinya masjid-masjid kuno yang sarat akan nilai sejarah.

Dream - Solo dikenal sebagai kota yang sarat akan sejarah. Kota ini menyimpan banyak sekali peninggalan Kerajaan Mataram Islam maupun kolonial. 

Menghabiskan waktu di Solo akan menjadi liburan yang penuh kesan. Dari suasananya yang sangat bersahabat, jarang ada kemacetan, dan keramahan warga lokalnya.

Walau kental dengan kebudayaan Jawa, Kerajaan Surakarta di Solo menganut ajaran Islam. Tak heran jika ada beberapa masjid kuno di Solo yang sudah ada sejak zaman dulu.

Seperti Masjid Agung di kawasan Kraton Kasunanan Surakarta hingga Masjid Dalem Kalitan yang berada tepat di depan rumah milik istri Soeharto.

Wisata religi ini bisa dikunjungi kapan saja. Ada banyak kisah menarik di balik megahnya bangunan masjid yang sampai saat ini masih digunakan sebagai tempat beribadah umat Islam.

1 dari 5 halaman

Masjid Laweyan

Masjid yang terletak di perbatasan Kelurahan Laweyan dan Pajang ini merupakan bangunan masjid tertua di Solo. Masjid ini sudah berdiri sejak 1546 di masa Kerajaan Pajang, jauh sebelum berdirinya Keraton Kasunanan Surakarta dan Yogyakarta.

Wisata Religi Solo© https://situsbudaya.id/sejarah-masjid-agunmg-laweyan-di-solo/


Masjid Laweyan ini tidak sebesar dan semegah masjid bersejarah lainnya namun arsitekturnya sangat khas dan kental dengan budaya Jawa. Bahkan, ornamen di masjid ini masih terjaga dengan baik, juga bedug dan kentongannya masih bisa digunakan hingga saat ini.

Uniknya, di belakang masjid ini, ada kompleks pemakaman yang disakralkan. Yaitu makam Ki Ageng Henis, tokoh yang berpengaruh di Laweyan kala itu.

Pengunjung bisa memasuki kawasan kompleks dengan izin dari juru kunci di sana dan memberikan sumbangan seikhlasnya.  

Alamat: Jalan Liris No. 1 Dusun Belukan RT 4 RW 4, Pajang, Laweyan.

2 dari 5 halaman

Masjid Agung Surakarta

Dulunya, masjid ini bernama Masjid Ageng Keraton Hadiningrat. Kini nama tersebut disederhanakan menjadi Masjid Agung Surakarta.

Terletak di kawasan Keraton Surakarta, membuat bangunan masjid ini identik dengan arsitektur keraton. Dilihat dari sejarahnya, Masjid Agung dibangun oleh Pakubwono III pada tahun 1749 dan memiliki peran penting dalam struktur keraton dan penyebaran ajaran Islam kala itu.

Luas kawasan masjid ini sekitar 1 hektar, dengan bangunan utama seluas 34.2 x 33.5 meter. Tidak hanya bisa melihat kemegahan masjid dan menganggumi arsitekturnya saja.

Di kawasan masjid ini, pengunjung bisa melihat benda-benda bersejarah peninggalan Keraton Surakarta, seperti jam matahari, ubin masjid sejak awal pembangunan, hingga gamelan keramat yang dimainkan di saat-saat tertentu.

Alamat: Kompleks Keraton Kasunanan Surakarta, sebelah barat Alun-alun Utara.

3 dari 5 halaman

Masjid Dalem Kalitan

Sesuai namanya, masjid bersejarah ini berada di kawasan Kalitan. Masjid ini masih termasuk dalam komplek Dalem Kalitan milik Bu Tien, istri Presiden ke-2 Indonesia, Soeharto.

Menurut silsilah keluarga, Bu Tien masih termasuk dalam garis keturunan kerabat Kraton Mangkunegaran.

Awalnya, kompleks bangunan masjid ini dibangun oelh Pakubuwono X dari Kraton Kasunanan sekitar 1789. Lengkap dengan rumah joglo, pendopo dan masjid di bagian luarnya.

Pada 1965, kompleks ini dihibahkan ke Kanjeng Gusti Ratu Alit dan dinamakan Dalem Kalitan. Beberapa tahun kemudian, kompleks ini dibeli Bu Tien yang masih keluarga Kraton Mangkunegaran.

Masjid di depan Dalem Kalitan kini bisa digunakan untuk umum. Bahkan pengunjung bisa memasuki rumah Bu Tien dan melihat koleksi keluarga dan benda bersejarah peninggalan keluarga kerajaan.

Alamat: Dalem Kalitan, Kalitan, Solo.

4 dari 5 halaman

Masjid Al Wustho

Kraton Mangkunegaran memiliki Masjid Al Wustho. Menurut sejarah, masjid ini dibangung oleh KGPAA Mangkunegara I atau lebih dikenal dengan nama Pangeran Sambernyawa pada 1725 sebagai lambang Panatagama.

Masjid ini memang tidak sebesar Masjid Agung Surakarta milik Kasunanan Surakarta namun arsitekturnya tak kalah unik. Tembok bagian luar masjid menyerupai kuncup daun dengan tinggi kurang dari dua meter.

Dilihat dari arsitekturnya, Masjid Al Wustho kini sedikit berbeda dengan wujud aslinya dulu. Renovasi besar-besaran pernah dilakukan atas prakarsa Mangkunegaran VII, dan dirancang oleh Herman Thomas Karsten, seorang arsitek Belanda. Walau begitu, arstitektur Jawa masih melekat di bangunan masjid.

Alamat: Jalan R.A. Kartini No. 3 Ketelan, Banjarsari, Surakarta. 60 meter dari pertigaan jalan samping Puro Mangkunegaran.

5 dari 5 halaman

Masjid Fatimah

Masjid Fatimah tergolong yang paling muda. Masjid ini dibangun sekitar 1980 dan kini lebih terkenal dengan sebutan masjid pengantin, karena kerap dijadikan lokasi pernikahan.

Walau dibangun di zaman modern, masjid ini memiliki arsitektur dan interior kental budaya Jawa. Mulai dari ukuran dinding hingga pedopo joglo di halaman depannya.

Bangunan masjid ini hasil perpaduan arsitektur Timur Tengah yang dipadu dengan budaya Jawa, memunculkan kesan klasik yang mewah. Ada satu pojok yang unik di dalam masjid, yaitu Alquran kuno berukuran besar di samping mihrab ukir.

Ukiran ini menjadi ciri khas Masjid Fatimah. Keindahan ini yang membuat Masjid Fatimah jadi tempat favorit melangsungkan ijab Kabul.

Alamat: Jalan Dr. Radjiman No. 193 Jayengan, Serengan, Surakarta.



Sumber: Surakarta dan Situs Budaya

Beri Komentar