Akhir Pelarian Koruptor Usai Kabur Selama 13 Tahun

Reporter : Ahmad Baiquni
Senin, 21 November 2016 14:44
Akhir Pelarian Koruptor Usai Kabur Selama 13 Tahun
Yang Xiuzhu sempat mencari suaka ke beberapa negara sejak 2003 lalu, tapi gagal.

Dream - Kisah pelarian koruptor paling dicari di Tiongkok, Yang Xiuzhu berakhir sudah. Kabur selama 13 tahun, Yang kembali ke negaranya menggunakan pesawat American Airlines. 

Melalui siaran resmi pemerintah, Yang yang mengenakan jaket dituntun turun dari pesawat oleh dua polisi wanita Tiongkok.

Yang adalah mantan wakil direktur biro pembangunan kota Wenzhou di Provinsi Zhejiang. Menurut keterangan Komisi Pusat Penegakan Disiplin Tiongkok (CCDI), Yang melarikan diri ke luar negeri saat penyelidikan atas dugaan korupsi pada dia dimulai pada 2003.

Wanita 70 tahun itu diduga telah menggelapkan uang senilai US$39 juta, setara Rp522 miliar selama menjabat sebagai wakil direktur pembangunan kota Wenzhou.

Setelah meninggalkan Tiongkok, Yang dilaporkan mencari perlindungan di Hong Kong, Singapura, Perancis, Belanda, Italia hingga Amerika Serikat. Dia mencoba mengajukan permohonan suaka di Perancis dan Belanda, tapi ditolak.

Lelah dengan pelariannya, Yang akhirnya menyerah. Dia menarik aplikasi suakanya dan secara sukarela menyerahkan diri.

Pada bulan Juli, pengacaranya mengatakan kesehatan Yang mulai memburuk. Yang ingin kembali ke Tiongkok untuk menjalani perawatan medis.

" Kita semua orang Tiongkok. Rumah kita adalah Tiongkok. Mari segera kembali," kata Yang di depan televisi, meminta sesama buronan korupsi untuk menyerahkan diri.

Yang masuk dalam daftar teratas 100 buronan ekonomi paling dicari oleh Pemerintah Tiongkok. Daftar tersebut dirilis tahun lalu sebagai usaha pemberantasan korupsi yang gencar disuarakan oleh Presiden Xi Jinping.

Yang merupakan satu dari 37 nama dalam daftar buronan ekonomi yang telah kembali ke Tiongkok.

Baru-baru ini, Wakil Menteri Keamanan Publik Tiongkok, Meng Hongwei, terpilih sebagai presiden Interpol. Penunjukan Hongwei menimbulkan kekhawatiran di kalangan penggiat hak asasi manusia.

Hongwei diduga akan memanfaatkan sumber daya Interpol untuk memburu musuh Xi dan memeriksa nama-nama yang tidak ada dalam daftar.

Sebagian besar buronan Tiongkok berada di Amerika Serikat dan Kanada. Dua negara ini tidak memiliki perjanjian ekstradisi dengan Tiongkok.

Para pejabat Amerika dan Kanada enggan mendeportasi pelaku pidana di Tiongkok. Mereka khawatir dengan sistem peradilan Tiongkok yang keras dan sering berubah-ubah.

Pada 2015, Yang sempat melakukan wawancara dengan Reuters. Dalam wawancara itu, dia mengatakan daftar '100 buronan ekonomi paling dicari' adalah dokumen politik yang menargetkan musuh rezim saat ini daripada daftar penjahat sebenarnya.

(Sah/Sumber: shanghaiist.com)

Beri Komentar