Ilustrasi
Dream - Alokasi belanja konsumen muslim dunia terhadap makanan dan gaya hidup tumbuh 9,5 persen pada tahun lalu. Diperkirakan, penduduk muslim dunia telah menguras uang hingga US$ 2 triliun.
Hal ini terungkap dari laporan terbaru Dubai Islamic Economy Development Centre (DIEDC) bekerja sama dengan Thomson Reuters dan DinarStandard bertajuk State of the Global Islamic Economy (SGIE) for 2014-15, yang diterbitkan awal pekan ini seperti dikutip Dream dari laman Gulfnews, Rabu, 10 Desember 2014.
Pertumbuhan belanja konsumen muslim dunia tak berhenti disitu. Diperkirakan dalam empat tahun ke depan, pengeluaran konsumen muslim akan menguras kocek lebih dalam. Ditaksir lebih dari US$ 3,7 triliun akan dikeluarkan pada 2019 dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 10,8 persen per tahun.
Dikupas lebih dalam, DinardStandar menyebutkan belanja global muslim pada makanan dan minuman meningkat 10,8 persen mencapai US$ 1,29 triliun pada tahun 2013. Potensi makanan halal di pasar ini ditaksir mencapai 17,7 persen dari belanja global pada tahun 2013, dibandingkan dengan 16,6 persen tahun sebelumnya.
Di bisnis ini, tiga negara masing-masing UEA, Malaysia dan Australia memimpin pertumbuhan.
Belanja konsumen muslim global pada pakaian dan alas kaki tercatat juga meningkat 11,9 persen mencapai US$ 266 miliar. Negara-negara dengan konsumsi pakaian muslim tertinggi, merujuk data 2013, adalah Turki (US$ 39,3 miliar), UEA (US$22,5 miliar), Indonesia (US$ 18,8 miliar), dan Iran (US$ 17,1 miliar).
Sementara belanja pariwisata luar negeri muslim secara global meningkat 7,7 persen menjadi US $140 miliar pada tahun 2013 (tidak termasuk Haji dan Umrah)
Di pasar keuangan syariah, total aset yang dikelola bank-bank dengan prinsip Islami diperkirakan mencapai US$ 1,66 triliun pada tahun 2013. Dana syariah dan sukuk memimpin pertumbuhan dengan kenaikan 14 persen dan 11 persen year-on-year. Sayang, perbankan syariah justru mencatat penurunan aset sebesar 5 persen.
Laporan SGIE memperkirakan potensi aset keuangan Islam global di pasar utama pada tahun ini akan mencapai US$ 4,2 triliun.
Tahun ini DIEDC juga mulai memperkenalkan Indikator Ekonomi Islam Global (Global Islamic Economy Indicator/GIEI) yang merupakan indeks komposit yang menyajikan kesehatan pengembangan sektor ekonomi Islam dari 70 negara inti. UEA, Malaysia dan Bahrain memimpin indeks komposit perdana tahun ini.
Indikator bukanlah ranking dari ukuran dan pertumbuhan setiap pasar saat ini, tetapi mengevaluasi kualitas ekosistem ekonomi Islam secara keseluruhan termasuk pertimbangan sosial yang masing-masing memiliki sifat relatif terhadap ukurannya. (Ism)
Advertisement
5 Tips Memilih Sabun Wajah untuk Pria, Jangan Sampai Salah
Misi Prilly Latuconsina Lewat Komunitas Generasi Peduli Bumi
Anak SMA Perlihatkan Bekal Steak Wagyu yang Disiapkan Ibu, Netizen: MBG Auto Minder
Shopee Jagoan UMKM Naik Kelas 2025: Panggung Inspiratif Penuh Haru dan Inovasi Pelaku Usaha Lokal
Hypophrenia, Kondisi saat Seseorang Mendadak Sedih Tanpa Alasan
Belajar Ilmu Perencanaan Keuangan dengan Komunitas Cerita Uang
Anak Muda Perlu Waspada, Varises Bukan Sekadar Masalah Penampilan Menurut Indonesian Vein Center
Futuristik Abis! Penampakan Riyadh Metro di Arab Saudi yang Telan Biaya Rp364 Triliun
Misi Prilly Latuconsina Lewat Komunitas Generasi Peduli Bumi