© MEN
Dream - Mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan, turut menyoroti vaksin Covid-19. Dahlan mengaku lebih memilih vaksin Covid-19 bikinan Sinovac daripada Pfizer.
" Tentu saya memilih Sinovac dibanding Pfizer dengan logika saya sendiri. Tentu saya bukan ahli menilai, apalagi menilai obat, termasuk vaksin," tulis Dahlan dikutip dari disway.id, Senin 14 Desember 2020.
Vaksin yang diproduksi Sinovac berasal dari virus yang dilemahkan, sedangkan Pfizer modifikasi gen. Dahlan mengakui tidak anti modifikasi gen. Kalaupun yang tersedia vaksin hanya modifikasi, dia tak keberatan.
" Yang penting pandemi ini harus berakhir lebih cepat juga lebih sedikit korbannya," tulis dia.
Mantan Dirut PT PLN (Persero) ini tak mau pandemi flu spanyol terulang kembali. " Bayangkan kalau di zaman ini sepertiga penduduk meninggal dunia. Berarti akan ada 100 juta orang Indonesia meninggal," tulis Dahlan.
Dahlan menilai bisa jadi kemunculan pandemi menjadi cara semesta menyeimbangkan kembali tatanan kehidupan. Namun, hal itu seharusnya bisa diatasi.
" Seperti awal tahun 1900-an, para ahli di Inggris meramalkan punahnya manusia akibat kekurangan pangan yang berat. Itu didasarkan statistik pertumbuhan penduduk dibanding produksi dunia," tulis dia.
Kemudian, saintis Jerman menemukan pembelahan " N" dan itu menjadi awal ditemukannya pupuk. Bahan bakunya berasal dari udara. Pupuk inilah yang dipakai hingga sekarang.
Lalu, ada modifikasi kedelai yang dilakukan oleh Amerika Serikat. Kedelai modifikasi ini digunakan untuk pakan ternak di sana, sedangkan di sini diolah menjadi tempe.
" Saya juga makan tempe dari kedelai modifikasi itu. Tapi, kalau boleh memilih, saya lebih senang makan tempe dari kedelai lokal. Lebih gurih. Dan yang pasti bukan hasil modifikasi gen," tulis dia.
Sikap ini juga sama jika diminta memilih vaksin Covid-19 yang modifikasi gen atau virus yang dilemahkan.
" Kalau ada yang asalnya dari kedelai yang bukan modifikasi, saya pilih itu. Kalau adanya hanya tempe dari kedelai hasil modifikasi, ya, saya makan juga," tulis Dahlan.
Dahlan juga bicara tentang penolakan vaksin yang terjadi, misalnya di Amerika Serikat atau Inggris. Dikatakan bahwa penolakan vaksin di negara Barat diakibatkan oleh anti modifikasi gen.
" Yang anti modifikasi gen tanaman saja begitu banyak, apalagi ini modifikasi gen manusia," tulis dia.
Bahkan, penolakan ini juga terjadi sejak 100 tahun yang lalu, seperti di Rio de Janeiro, Brazil. Saat itu, terjadi kerusuhan besar, bahkan hampir saja pemerintah Brazil terguling. Salah satu yang menjadi isu besar adalah vaksinasi cacar bisa menyebabkan kulit rusak.
" Rupanya, bagi masyarakat yang budayanya mengenakan baju you can see, cacat akibat cacar itu sangat merisaukan," tulis Dahlan.
Dahlan optimistis vaksinasi Covid-19 tidak akan merusak kecantikan seperti cacar pada zaman dulu. Namun, virus yang dilemahkan ini menarik perhatiannya.
" Sejarah pemakaiannya sudah begitu panjang untuk begitu banyak wabah pada masa lalu," tulis dia.
Selalu ingat #PesanIbu untuk selalu mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak untuk pencegahan virus COVID19. Jika tidak, kamu akan kehilangan orang-orang tersayang dalam waktu dekat.
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik