Ilustrasi Kosmetik
Dream - Pasar kosmetik halal akan semakin meningkat. Peningkatan ini didorong oleh dua hal, yaitu permintaan konsumen dan regulasi negara konsumen.
Dilansir dari Straits Times pada Jumat 21 April 2016, Ketua Halal Certification Services (HCS), badan sertifikasi halal yang berbasis di Madrid, Spanyol, Ali Achcar, menjelaskan kosmetik berbahan dari unsur binatang dan alkohol sudah pasti haram dikonsumsi oleh umat muslim.
" Ini yang menyebabkan kebutuhan kosmetik halal meningkat," kata Archar di Paris.
Pada dasarnya, Islam melarang konsumsi daging babi dan alkohol. Dengan begitu, lipstik yang mengandung babi dan parfum yang mengandung alkohol dilarang digunakan bagi konsumen muslim.
Untunglah ada larangan di Uni Eropa tentang penggunaan hewan sebagai bahan kosmetik sehingga banyak kosmetik yang tidak mengandung zat hewani. Meskipun demikian, pelabelan yang tidak seragam akan memusingkan konsumen.
" Mayoritas konsumen tidak tahu produk itu berbahan dasar hewan atau tidak. Jadi, ketika melihat itu produk kosmetik dinyatakan halal, mereka akan membelinya," kata dia.
Di HCS, Archcar mengatakan perusahaan cukup merogoh kocek sebesar 1.500-2.000 euro atau Rp 22 juta-29 juta untuk menguji kehalalan suatu produk kosmetik. Dikatakan bahwa sertifikat itu harus diperbaharui setiap tahun.
Seorang perwakilan dari perusahaan parfum Swiss, Givaudan French, Monica Ducruet, mengatakan beberapa tahun lalu, pasar kosmetik halal hanya berada di negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, seperti Malaysia dan Indonesia.
Nilai pasar kosmetik halal global pada 2014 sebesar US$20 juta atau Rp 26,26 triliun dan diperkirakan meningkat dua kali lipat pada tahun 2019. Berarti, pasar kosmetik halal sebesar 9 persen dari nilai pasar kosmetik secara keseluruhan.
" Ini disebabkan oleh negara berkembang yang membuat aturan dari kosmetik halal," kata Ducruet.
Raksasa perusahaan kosmetik pun mulai menyesuaikan dengan konsep kosmetik halal. L'Oreal, misalnya, sudah punya ratusan bahan kosmetik yang telah mengantongi cap halal dan ahli yang mengecek produksi kosmetik halal ke pasar besar mereka, Indonesia, di mana ada 200 juta orang penduduk muslim.
Bahkan, ada juga yang menyebutkan beberapa negara meyakini aturan halal ini bisa mendatangkan uang yang lebih banyak. Sebagian besar orang, sertifikasi ini mengarah ke arah bisnis daripada agama.
Tapi, lanjut Ducruet, perusahan masih kesulitan untuk standardisasi produk kosmetik halal. Masalahnya adalah kurangnya kesepahaman tentang sertifikasi halal. " Beberapa negara, misalnya Indonesia, punya sejumlah daftar sertifikat halal, tapi sertifikat ini sulit diakui oleh negara lain," kata dia.
Advertisement
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Inspiratif, Tiga Artis Cantik Ini Ternyata Founder Komunitas
Fakta-Fakta Ciamis Jadi Kota Kecil Terbersih se-ASEAN
Psikolog Ungkap Pentingnya Pengawasan Orangtua Saat Anak Main Game
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Kata Ahli Gizi Soal Pentingnya Vitamin C untuk Tumbuh Kembang Anak
Tak Hanya di Indonesia, 7 Mitos Aneh di Berbagai Belahan Dunia
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR