Meski Kekayaan Seribu Triliun, Bos IKEA Tetap Pakai Baju Loak

Reporter : Eko Huda S
Kamis, 10 Maret 2016 13:29
Meski Kekayaan Seribu Triliun, Bos IKEA Tetap Pakai Baju Loak
"Ini merupakan sifat Smaland untuk berhemat," tutur Kamprad.

Dream - Bergelimang harta tak harus identik dengan berfoya-foya. Sejumlah miliader dunia bahkan malah berhemat dan mengenakan baju yang mereka beli dari pasar loak.

Itulah yang dilakukan oleh pendiri raksasa gerai furnitur dunia IKEA, Ingvar Kamprad. Banyak baju lelaki yang pada 30 Maret mendatang genap berusia 90 tahun itu dibeli dari pasar loak.

“ Aku tidak berpikir menggunakan apapun yang tidak dibeli dari pasar loak. Ini artinya aku ingin memberi contoh bagus,” tutur Kamprad, sebagaimana dikutip Dream dari AsiaOne, Kamis 10 Maret 2016.

Pengakuan itu disampaikan Kampard dalam sebuah video film dokumenter yang ditayangkan televisi Swedia pada Rabu yang lalu. “ Ini merupakan sifat Smaland –sebuah wilayah bagian selatan Swedia– untuk berhemat,” tambah dia.

Kamprad memang orang kaya raya. Menurut media-media Swedia, kekayaan Kamprad ditaksir mencapai 610 juta kroner atau sekitar Rp 1.175 triliun.

Tapi tak jelas, apakah semua kekayaan itu miliknya, atau bercampur dengan milik anak serta keluarga besarnya. Yang pasti, pada 2006, Majalah Forbes menobatkannya sebagai manusia terkaya ke-4 di sekujur bumi.

Kesederhanaan Kamprad memang telah lama menjadi berita utama berbagai media dunia. Pada 2008, dia pernah bercerita pada surat kabar Sydsvenskan, mengaku telah melanggar anggaran cukur saat ditagih bon sebesar 22 Euro atau sekitar Rp 300 ribu saja.

“ Normalnya, aku bercukur saat berada di negara berkembang. Terakhir saya bercukur di Vietnam,” kata Kamprad.

Pada 1973, dia kabur ke Denmark karena tingginya pungutan pajak di Swedia, sebelum akhirnya pindah ke Swiss yang menerapkan pajak lebih rendah.

Pada 2010, dia pensiun dari perusahaan keluarga dan menyerahkan perusahaan kepada tiga putranya. Pada 2014, dia kembali ke Swedia untuk menikmati sisa hidupnya.

1 dari 4 halaman

Salat Hajat 10 Kali Sehari, Rahasia Sukses Miliader Ini

Salat Hajat 10 Kali Sehari, Rahasia Sukses Miliader Ini © Dream

Dream - Menjadi kaya raya tak harus bekerja membabi-buta dengan meninggalkan ibadah. Doa hendaknya menjadi pengiring usaha untuk meraih keberhasilan. Dan itulah rahasia sukses miliader asal Malaysia, Datuk Seri Dr Hasmizah Othman.

" Saya amalkan salat hajat 10 kali sehari sebelum dan selepas salat fardu, selain menunaikan salat sunat Dhuha setiap hari agar perjalanan hidup saya dimudahkan dan dimurahkan rezeki,” kata perempuan yang karib disapa Datuk Vinda itu, dikutip Dream dari myMetro, Rabu 6 Januari 2016.

Perempuan berusia 44 tahun ini adalah pemilik wisma kecantikan, Wisma Vida Beauty, yang bernaung di bawah bendera Vida Beauty Sdn. Bhd. Produk paling fenomenal mereka adalah Qu Puteh.

Vida Beauty kini punya 400 gerai dengan ratusan pegawai. Tak hanya tersebar di Malaysia, melainkan juga di Singapura dan Brunei Darussalam. Tujuh tahun silam, Datuk Vida juga memperkenalkan produk minuman kesehatan, Pamoga.

Salah satu lambang kesuksesan Datuk Vida adalah keberanian memberikan dana sponsor sebesar RM 3 juta atau sekitar Rp 9,5 miliar untuk Anugerah Juara Lagu ke-29. Sebuah ajang penghargaan tahunan bagi karya musik di Malaysia.

Dan semua keberhasilan itu, menurut Datuk Vida, berkat doa kepada Tuhan. “ Alhamdulillah sejak berdagang saya tak pernah gagal untuk melaksanakan kewajiban ini meskipun kehidupan saya sudah senang dan usaha semakin maju.”

Tapi kehidupan Datuk Vida tak melulu mulur. Lulusan Universiti Sains Malaysia ini harus merangkak dari bawah. Dia masih ingat harus menjual sebidang tanah untuk masuk kuliah.

Tanah itu dijual dengan harga Rp 41 juta. Dan kini harganya lebih dari sepuluh kali lipat. Tapi tak perlu menyesal. Sebab, pengorbanan itu pula yang mengantarkannya ke dalam tahap ini.

Semasa kuliah, dia harus membanting tulang. Pada masa libur semester, dia bekerja penuh untuk mengumpulkan biaya. Selain menjadi buruh paruh waktu pada gerai makanan cepat saji.

Dan pada 15 tahun silam, Datuk Vida melihat peluang. Dia paham pasar Malaysia kala itu tengah dibanjiriproduk kecantikan dari luar negeri. Maka dia memberanikan diri untuk membuat produk kecantikan.

“ Saya sebenarnya khawatir jika kemitraan saya ini dianggap sebagai pamer sehingga menimbulkan riak tetapi saya memandang itu dari sudut positif dan berharap semua ini menjadi contoh,” tutur Datuk Vida. (Ism)

2 dari 4 halaman

Sering Dikira Pengemis, Kini Sugimin Jadi Pengusaha Sukses

Sering Dikira Pengemis, Kini Sugimin Jadi Pengusaha Sukses © Dream

Dream - Menjelang siang Sugimun pergi ke Solo untuk membeli mobil. Begitu masuk ke sebuahshoowroom mobil, seorang karyawan menghampiri dia.

Bukannya menyambut, ia justru buru-buru mengulurkan uang recehan kepada Sugimun. " Oh, saya bukan pengemis, mas. Saya cari mobil," kata Sugimin sambil tersenyum.

Si karyawan itu kaget dan cepat-cepat masuk ke dalam sambil menanggung malu.

Menurut Sugimun, karyawan itu mengira ia seorang pengemis karena menggunakan kursi roda, " Waktu itu sopir saya sudah duluan masuk showroom," kenang Sugimun.

Lelaki yang lahir tahu 1970, di dusun Mojopuro, Magetan, Jawa Timur ini adalah pemillik toko elektronik 'Cahaya Baru' di kota Trenggalek dan Magetan, Jawa Timur.

Bagi orang Trenggalek, Magetan dan sekitarnya, nama toko itu sudah tidak asing lagi. 'Cahaya Baru' dikenal sebagai toko elektronik yang cukup besar. Omzetnya kini sudah mencapai Rp 150 juta per bulan.

Keberhasilan Sugimun seperti sekarang tidak lepas dari usaha dan doa ibunya. Maklum, selain sejak kecil cacat, Sugimun juga lahir dari keluarga miskin.

Saking miskinnya, ia tidak sempat mengenyam pendidikan formal. " Sekolah TK saja enggakpernah," kata dia.

Ia sempat mencoba mencari kerja tapi kebanyakan berujung pada penolakan. Yang menyedihkan, seringkali ia disangka pengemis saat melamar pekerjaan. Penasaran kisah lengkapnya? klik tautan http://bit.ly/1u2U9to

3 dari 4 halaman

Bos Facebook Dinobatkan Sebagai Anak Muda Terkaya Dunia

Bos Facebook Dinobatkan Sebagai Anak Muda Terkaya Dunia © Dream

Dream - Wealth-X kembali merilis daftar miliarder terkaya di dunia. Namun kali ini hanya untuk mereka yang berusia di bawah 35 tahun.

Dan jawaranya adalah pendiri sekaligus CEO Facebook Mark Zuckerberg. Menurut Wealth-X, total kekayaan pribadi suami dari Priscilla Chan ini bernilai US$ 41,6 miliar atau sekitar Rp 504,8 triliun.

Secara keseluruhan, Wealth-X menemukan bahwa sembilan miliarder yang masuk dalam daftar Top 20 Under 35 berkecimpung di dalam dunia teknologi. Yang mengejutkan, semuanya menjadi raksasa teknologi dan meraih predikat miliarder terkaya di dunia berkat usaha keras mereka sendiri.

Seperti dikutip dari Emirates247, Rabu, 26 Agustus 2015, Zuckerberg menjadi yang paling kaya di bawah usia 35 tahun bersama rekannya yang juga pendiri Facebook, Dustin Moskovitz, di posisi kedua. Jumlah kekayaan Moskovitz mencapai US$ 9,3 miliar.

Di posisi ketiga ada miliarder perempuan bernama Huiyan Yang yang berusia 34 tahun dan kini menempati posisi sebagai Vice Chairman developer real estate asal Tiongkok, Country Garden Holdings.

Dalam daftar terdapat enam miliarder perempuan berusia di bawah usia 35 tahun.

Pendiri Facebook lainnya, Eduardo Saverin, menyusul dua rekannya berada di posisi keempat. Pria yang baru saja menikah dengan wanita keturunan Indonesia itu memiliki kekayaan US$ 5,3 miliar.

Menurut laporan itu, 11 dari 20 orang terkaya di dunia di bawah usia 35 tahun berasal dari Amerika Serikat, sementara tiga dari Tiongkok (termasuk Hong Kong) dan tiga lainnya berasal dari Swiss.

Miliarder termuda dalam daftar adalah CEO Snapchat Evan Spiegel, yang pada usia 25 telah mengumpulkan kekayaan sebesar US$ 1,9 miliar.

4 dari 4 halaman

CEO dengan Aset Rp 3.900 Triliun Ogah Hidup Mewah

CEO dengan Aset Rp 3.900 Triliun Ogah Hidup Mewah © Dream

Dream - Hari masih pagi di Singapura. Namun di sebuah stasiun kereta listrik (mass rapid transit) sudah gaduh dan sibuk. Ratusan pekerja dan pelajar tampak bergegas. Di antara mereka yang bergegas, terselip seorang pria berumur 67 tahun. Perawakannya kurus. Rambutnya disisir rapi ke samping. Uban tampak menghias kedua sisi rambutnya. Sebuah kacamata baca terselip di wajahnya. 

Ia tampak  ikut antre di jalur antrean untuk masuk ke kereta. Di usianya yang tak lagi muda, dia tak lagi cekatan. Akibatnya, saat kereta datang, dia tak kebagian tempat duduk. Ia pun terpaksa berdiri. Sebuah tas jinjing hitam menempel di bahu. Lumayan lama ia berdiri. Tapi raut wajahnya tampak sabar. 

Di stasiun Rafles Place, lelaki tua itu turun. Lalu berjalan 20 menit menuju kantornya yang megah di Robinson Road. 

Kantornya di Robinson Road itu adalah perusahaan investasi terbesar milik pemerintah Singapura. Namanya  the Government of Singapore Investment Corporation (GIC). Lelaki itu adalah Chief Executive Officer (CEO) perusahaan itu, perusahaan dengan total aset US$ 330 miliar atau sekitar Rp 3.916 triliun.  Namanya Lim Siong Guan.

Lim Siong Guan sehari-hari memang naik mass rapid transit (MRT) saat berangkat kerja. Punya jabatan penting di perusahan besar dengan total aset ribuan triliun rupiah itu, tak membuat Lim Siong Guan doyan bergaya hidup mewah. 

Kesederhanaan Lim ini terkenal tidak hanya di Singapura. Tetapi sudah menyebar hingga ke seluruh pelosok dunia. 

Jika ia membutuhkan perangko, dia akan membelinya sendiri tanpa menyuruh sekretarisnya. Dia tidak segan melakukan hal kecil yang biasa orang lain lakukan.

Pada perjalanan bisnis yang dilakukannya tahun 2007 ke beberapa negara dalam rangkaian kunjungan kantor GIC di San Francisco, New York, London, Singapura, dan 4 hari di Asia, Mumbai, Tokyo, Seoul, Beijing, Shanghai, dia tidak memesan kamar hotel.

Dia bahkan rela beristirahat dan tidur hanya di pesawat. Ia mandi di toilet kantor cabang GIC yang ia kunjungi. 

Ia juga menolak pemberian fasilitas mobil limusin dari perusahaan, dan tetap bersikeras untuk menggunakan transportasi umum. 

Lim merupakan mantan Kepala Pegawai Negeri Singapura. Dia juga sempat menjabat sebagai sekretaris di Kementerian Pertahanan, Pendidikan dan Keuangan, serta di Kantor Perdana Menteri.

Dia hanya memiliki sebuah Volvo S60. Sebuah mobil tua sederhana yang jauh sekali jika dibandingkan dengan mobil para rekannya. 

Dia juga bukan tipe bos yang menghabiskan waktu di kantor yang nyaman. Dia menghabiskan waktunya untuk melakukan perubahan organisasi. Ke mana saja dia pergi, dia membakar semangat revolusi mini kepada semua orang.

Teh Kok Peng, mantan CEO GIC, menilai sosok Lim sebagai 'Superman' karena energi dan semangatnya yang tinggi.

" Di kantor, beberapa memanggilnya Superman karena kelurusan niatnya. Dia banyak menuntut banyak dari orang sehingga dia pun menuntut dirinya untuk bertindak lebih banyak dari orang lain," ujar Peng seperti dikutip dari Strait Times.

Lim selalu mengatakan " Apakah kita siap untuk masa depan?" Pertanyaan ini membuat para stafnya, bahkan para menteri, untuk berpikir keras dan strategis.

Dia juga dikenal sebagai salah seorang yang teguh pendirian karena kecerdasannya. Sebagai bos yang pernah membawahi pegawai negeri di Singapura, dia selalu bertanya kepada mereka, " Bagaimana saya bisa membantu Anda agar bisa bekerja lebih baik?"

Lelaki kurus yang kini berusia 67 tahun itu pun bercerita bahwa dia selalu turun tangan untuk membantu orang lain dan hidup sederhana. Lim menilai sesuatu pekerjaan yang biasa dilakukan orang tidak ada salahnya dia lakukan sendiri.

***

Lim memang berasal dari keluarga sederhana. Dia anak tertua dari seorang ayah yang berprofesi sebagai supir taksi dan ibu yang berprofesi sebagai guru. 

Semasa kecilnya, dia hanya mendapatkan 2 helai baju baru tiap tahun, yaitu setiap Tahun Baru China dan Natal. Dia tinggal di rumah sewa bersama 20 keluarga lain.

Walau hidup sederhana, ayah ibunya selalu memberikan semangat kepada dirinya dan ketiga adiknya. Meski mengalami kegagalan setelah berjuang semaksimal mungkin, orang tua Lim tetap mengapresiasi segala upaya anak-anaknya.

" Tim yang kalah harus dibawa ke McDonald dan didorong turun ke lapangan lagi pekan depan," ujar Lim mengenang perkataan orang tuanya.

Lim juga diajarkan untuk menghargai semua orang. Bahkan, ibunya, menjalin hubungan baik dengan ras Melayu di Singapura.

Lim bukanlah tipe orang yang melupakan masa lalu. Dia menilai kita harus mengambil nilai-nilai yang didapat dari masa lalu karena itu yang membawa kita pada kondisi saat ini. Dan, memastikan tidak kehilangan nilai positifnya, untuk menentukan langkah kita untuk masa depan.

Tidak hanya itu, Lim juga selalu mengingat jasa-jasa orang kepada dirinya. Dia melihat Direktur Pelaksana EDB Yeoh Keat Chuan sebagai orang paling berpengaruh dalam hidupnya.

" Dia selalu bersedia untuk memberikan waktu pribadinya untuk membantu orang lain meskipun aku tahu waktunya itu mahal karena dia ingin menghabiskannya bersama cucu-cucunya," kenang Lim.

Lim peka pada integritas, dan dia yakin warga Singapura memliki nilai ini. Dia melakukan transformasi pada organisasi pegawai negeri ini.

" Seorang pemimpin yang baik adalah orang hampir tidak diketahui keberadaannya. Tetapi begitu tujuannya tercapai, dia mengatakan " kami berhasil melakukannya" ," ujarnya.

***

Lim menganyam pendidikan di sekolah Anglo-Chinese, Singapura. Ia dianugerahi Beasiswa Presiden untuk belajar di University of Adelaide, Australia, di mana ia lulus dengan First Class Honours di Teknik Mesin pada tahun 1969. Dia meraih gelar Diploma Pascasarjana Administrasi Bisnis dari National University of Singapore pada tahun 1975.

Sesudah itu dia berkarir di pemerintahan Singapura. Beberapa jabatan penting dan strategis pernah didudukinya.

Awal mula karirnya, Lim diangkat sebagai Kepala Dinas Sipil Singapura dari September 1999 sampai Maret 2005. Ia adalah Sekretaris Tetap Kementerian Pertahanan dari Juli 1981 sampai Mei 1994, Sekretaris Tetap di Kantor Perdana Menteri dari Juni 1994 sampai Juli 1998, Sekretaris Tetap Kementerian Pendidikan dari April 1997 hingga Juni 1999, dan Sekretaris Tetap Kementerian Keuangan  sekal Juni 1999 sampai September 2006. 

Dia juga pernah menjabat sebagai Kepala Sekolah pertama Sekretaris Pribadi mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew dari Mei 1978 sampai Juni 1981.

Dia pernah menjadi Ketua Central Provident Fund Dewan 1986-1994 dan Wakil Ketua Dewan Komisaris Mata Uang (sekarang masuk Otoritas Moneter Singapura) dari tahun 1999 sampai 2002. Dia pernah menjadi Anggota Dewan Otoritas Moneter Singapura 1999-2006.

Pada tahun 2005, Lim Siong Guan, menjadi salah satu dari 3 anggota Komite Pemilihan Presiden yang mengaji kualifikasi Sellapan Ramanathan , yang kemudian terpilih menjadi Presiden Singapura dalam Pemilihan Presiden tahun 2005.

Selain berkarir di pemerintahan, ia juga telah menempati posisi penting di perusahaan swasta terkenal Negeri Singa. 

Ia pernah menjadi Direktur Temasek Holdings Pte. Ltd. Direktur DBS Bank Ltd. Direktur Neptune Orient Lines Ltd. Ketua atau Direktur sejumlah perusahaan yang sekarang menjadi bagian dari kelompok perusahaan Singapore Technologies Engineering. 

Ia pertama kali diangkat Group Managing Director of Government of Singapore Investment Corporation (GIC) pada 22 September 2007. 

Lim kemudian diangkat menjadi Presiden Government of Singapore Investment Corporation (GIC) pada 1 Juli 2009. Tugasnya adalah  mengawasi tiga unit bidang investasi, yaitu GIC Real Estate, GIC Asset Management dan GIC Special Investment. Usaha GIC yang beraset ribuan triliun rupiah itu tersebar di seantero dunia.

Walau pernah menduduki jabatan strategis di pemerintahan dan kini menjadi bos perusahaan investasi super kaya, anak sopir taksi ini memilih tetap hidup sederhana. 

Maka, jika anda tengah ke Singapura, pergilah ke stasiun Raffles Place. Pada hari kerja, di pagi hari, jangan kaget jika anda bertemu seorang pria kurus beruban tengah menjinjing tas hitam, turun dari MRT yang sesak. Dia adalah Lim Siong Guan. Manusia sederhana dari Singapura….

Beri Komentar