Dream - Berbagai paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah tampaknya tidak bisa memberikan dampak langsung bagi keberlangsungan bisnis. Namun, para pengusaha handal tidak kehilangan cara untuk `beradaptasi` dari berbagai kondisi ekonomi.
Seperti yang dilakukan Presiden Direktur Sritex, Iwan Setiawan Lukminto. Meski banyak perusahaan tekstil harus merumahkan banyak pekerjanya, tetapi perusahaan tekstil terbesar di Indonesia itu bisa bertahan.
" Untuk mengantisipasi masalah yang ada saat ini, Sritex melakukan diversifikasi baik produk, konsumen maupun negara tujuan eksport. Selain itu, juga berusaha untuk mengetahui apa yang market butuhkan," tegas Iwan.
Sementara itu, mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan yang juga seorang pengusaha menilai perlunya perkuat tim dalam menghadapi segala masalah, seperti kondisi ekonomi yang tengah dilanda krisis seperti saat ini.
" Tim yang baik merupakan sesuatu yang sangat tidak ternilai harganya, sehingga harus diusahakan jangan sampai bubar. Bagi perusahaan yang sedang mengalami kesulitan akan lebih baik bila melakukan pemeliharaan alat atau melakukan pelatihan-pelatihan bagi anggota timnya," ujar Dahlan.
Masa sulit, lanjutnya, juga merupakan kesempatan baik bagi perusahaan untuk melakukan instropeksi diri. Pimpinan perusahaan juga harus mampu mengumpulkan informasi terkini dari bawahan/manager yang berada di lapangan.
" Untuk itu direksi harus jujur kepada para manajer mengenai kondisi perusahaan, dan tidak perlu merasa lebih pintar, ataupun lebih hebat dari bawahan. Para direksi atau pimpinan juga harus mampu menjaga semangat tim," tegasnya.
Ditempat yang sama, Presiden Direktur Supra Boga Lestari, Nugroho Setiadharma menyebutkan krisis jangan dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan, melainkan sesuatu yang harus diatur.
Dia menjelaskan sektor makanan retail seharusnya merupakan sektor yang paling terakhir terkena dampak dari krisis, tetapi, harus diakui, untuk krisis kali ini sektor retail makanan pun terkena imbasnya, sehingga volume penjualan mengalami penurunan.
Namun, lanjut Nugroho, perusahaannya yang membidik market kelas atas belum merasakan dampak krisis tersebut.
" Masa krisis juga merupakan sebuah ujian bagi perusahaan untuk mengingat kembali misi awal perusahaan. Sebagai contoh jika misi awalnya adalah membidik market kelas atas, maka perusahaan jangan sampai menurunkan kualitas produk yang dijualnya," jelasnya.
Tantangan berbeda dialami oleh pengelola pusat belanja. Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia, Handaka Santosa melihat tantangan buat pusat belanja sebenarnya berasal dari makin maraknya keberadaan e-commerce.
Untuk itu, lanjut Handaka, para pengelola pusat belanja diharapkan mampu menawarkan pengalaman belanja yang unik bagi para konsumennya, sehingga tetap datang ke pusat belanja. Dia pun mengakui jika saat ini terjadi penurunan jumlah pengunjung.
" Salah satu strategi yang dilakukan oleh pengelolah pusat belanja adalah melakukan efisiensi, seperti mengatur jam buka," pungkasnya. (Ism)
Advertisement
Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari

Sensasi Unik Nikmati Rempeyek Yutuk Camilan Khas Pesisir Kebumen-Cilacap

5 Destinasi Wisata di Banda Neira, Kombinasi Sejarah dan Keindahan Alam Memukau

Habib Husein Jafar Bagikan Momen Saat Jenguk Onad di Panti Rehabilitasi


Toyota Rehabilitasi Toilet di Desa Wisata Sasak Ende, Cara Bangunnya Seperti Menyusun Lego

Mahasiswa UNS Korban Bencana Sumatera Bakal Dapat Keringanan UKT

Makin Sat Set! Naik LRT Jakarta Kini Bisa Bayar Pakai QRIS Tap

Akses Ancol Ditutup karena Banjir Rob Masuki Puncak, Warga Jakarta Utara Diminta Waspada

VinFast Beri Apreasiasi 7 Figur Inspiratif Indonesia, Ada Anya Geraldine hingga Giorgio Antonio

Influencer Fitness Meninggal Dunia Setelah Konsumsi 10.000 Kalori per Hari

Raih Rekor Dunia Guinness, Robot Ini Bisa Jalan 106 Km Selama 3 Hari