Film Joker (Foto: Warner Bros. Pictures)
Dream - Nuansa kelam nan dramatis begitu kental dalam film Joker yang kini sedang tayang di bioskop. Joaquin Rafael Phoenix, tampaknya sangat sukses memerankan musuh bebuyutan Batman itu.
Di sisi lain, beberapa pihak mengkritik suasana adaptasi lepas dari karakter DC itu yang dianggap menimbulkan masalah kejiwaan, terutama bagi mereka yang sudah memilikinya.
Dokter spesialis kejiwaan, Agung Frijanto mengatakan bahwa bagi mereka yang memiliki masalah kesehatan jiwa, paparan audiovisual seperti film Joker bisa memicu timbulnya kondisi yang telah dimiliki sebelumnya.
" Jadi paparan audiovisual, terutama pada anak-anak, bisa membuat imajinasi yang berkembang. Ketakutan, cemas, mengubah perilaku dia juga," kata Agung seperti dikutip dari Liputan6.com.
Menurutnya, beberapa adegan di film tersebut terdapat banyak kekerasan, kriminal, atau pemberitaan-pemberitaan tertentu. Hal ini punya bisa jadi potensi munculnya masalah kesehatan jiwa seperti depresi atau kecemasan.
Maka dari itu, Agung merekomendasikan bagi mereka yang merasa mengalami masalah kesehatan mental saat menonton film semacam itu, untuk memeriksakan kondisi kejiwaannya ke dokter. Saran lain adalah dengan terlebih dulu membaca resensi atau ulasan tentang film tersebut.
" Kalau baca resensi film, kalau memang dia tipe orang yang pencemas, sebaiknya (pilih) film yang lebih menghibur. Jangan memaksakan diri untuk itu. Jadi dia harus betul-betul menyesuaikan tayangan dan hiburan yang sesuai dengan kebutuhan dia," kata dokter yang menjabat sebagai sekretaris Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia ini.
Joker yang telah tayang sejak awal Oktober di Indonesia banyak mendapatkan perhatian, khususnya terkait masalah kesehatan mental di dunia.
Dalam film itu, karakter badut musuh Batman yang diperankan oleh Joaquin Phoenix tersebut memang mengalami beberapa gangguan kejiwaan seperti halusinasi, serta masalah tawa patologis. Selain itu, diperlihatkan bahwa lingkungan sosial yang buruk membentuknya menjadi sosok badut jahat yang kita kenal selama ini sebagai Joker.
Laporan Giovani Dio Prasasti/ Sumber: Liputan6.com
Dream - Tubuh kita sangat mudah bereaksi dalam hal apapun, termasuk ketika berhubungan dengan emosi. Saat kita tidak dapat melepaskan energi negatif, kondisi tersebut dapat berujung kepada masalah fisik.
Semakin sering kita mengekspresikan emosi, akan semakin jarang pula terkena penyakit. Untuk itu, kesehatan mental adalah hal utama. Bahkan, beberapa penyakit fisik yang kerap kambuh, bisa jadi penyebab utamanya adalah masalah emosi.
Simak penjelasan di bawah ini agar Sahabat terhindar dari masalah kesehatan akibat emosi yang terpendam.
Takut Sebabkan Alergi dan Infeksi Kulit
Beberapa penelitian menyatakan alergi berhubungan dengan kesehatan mental. Eczema, demam tinggi, dan asma dapat disebabkan dari gangguan mental. Seseorang mungkin menderita alergi selama bertahun-tahun dan tidak tahu penyebabnya, dan ternyata karena rasa takut dan gelisah yang begitu tinggi.
Gejala asma dan infeksi kulit dapat disembuhkan dengan mengurangi faktor psikososial. Psikososial sendiri adalah perkembangan yang berkaitan dengan emosi atau mental seseorang dalam berhubungan dengan orang lain.
Masalah dengan berat badan dapat dipengaruhi dari obsesi atau kekhawatiran kita terhadap kekurangan yang kita miliki.
Banyak hal dalam diri kita yang seringkali membuat khawatir. Seperti kerutan wajah, payudara kecil, dan kekurangan lainnya.
Lambung kita dikontrol oleh sistem yang kompleks. Stres dalam hidup dapat memodulasi rangsangan dan menyebakan reaksi yang tak diinginkan. Peradangan di lambung dapat terjadi karena adanya pertarungan pada perasaan.
Ketika kita menolak mengatasi masalah emosi dalam diri, makaterjadilah permasalahan fisik. Hal tersebut merupakan reaksi agar otak menyadari bahwa kita memiliki permasalahan yang harus diselesaikan.
Mengkiritik diri sendiri, rendahnya kepercayaan diri, dan rasa takut di dalam diri adalah faktor yang dapat menyebabkan kekhawatiran dan stres bersamaan. Akibatnya, memunculkan perasaan dipermalukan dan terkucilkan.
Depresi dan kecemasan yang berkelanjutan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Gangguan depresi juga dapat memicu terjadinya masalah jantung kronis.
Jantung yang berpicu cepat akibat kecemasan dapat menyebabkan masalah jantung.
Cara mengatasinya adalah cobalah untuk berkonsultasi dengan psikolog. Temukan akar permasalahan emosi yang sedang dihadapi. Lakukan meditasi, memaafkan diri sendiri dan lepaskan stres.
Perlu diingat bahwa kita tidak boleh menghakimi diri sendiri dan orang lain untuk menghindari stres berlebih. Ada baiknya juga untuk sesekali tidak peduli kepada urusan orang lain.
Laporan: Keisha Ritzska Salsabila/ Sumber: Brightside
Advertisement
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik
Kebiasaan Pakai Bra saat Tidur Berbahaya? Cari Tahu Faktanya
Seru Abis! Komunitas Ini Sampaikan Kritikan dengan Main Karet Depan Gedung DPR
Potret Beda Pesta Pora 2025, Ada Jumatan Bareng Dipimpin Rhoma Irama
Peneliti Ungkap Pemicu Perempuan Sanggup Bicara 20 Ribu Kata Sehari?
Hj.Erni Makmur Berdayakan Perempuan Kalimantan Timur Lewat PKK
Bentuk Roti Cokelat Picu Komentar Pedas di Medsos, Chef Sampai Revisi Bentuknya
Mahasiswa Sempat Touch Up di Tengah Demo, Tampilannya Slay Maksimal
Lebih dari Sekadar Kulit Sehat: Cerita Enam Selebriti Merawat Kepercayaan Diri yang Autentik