Ilustrasi Obat. (Foto: Shutterstock)
Dream - Berbagai obat dan terapi digunakan untuk melawan penyakit Covid-19 yang disebabkan oleh virus corona baru yang disebut SARS-CoV-2.
Hingga saat ini obat bernama remdesivir yang diproduksi Gilead Science dipercaya mampu melawan virus corona tersebut.
Namun, ada masalah besar terkait terapi Covid-19 menggunakan obat remdesivir ini. Pertama, persediaan hampir habis dan Gilead tidak akan dapat memenuhi permintaan dalam waktu dekat.
Lebih buruk lagi, obat ini hanya efektif pada pasien Covid-19 yang mengalami sakit ringan hingga sedang.
Karena itu dokter masih terus berusaha menemukan terapi yang efisien untuk merawat pasien Covid-19 yang sakit parah.
Tingkat keparahan Covid-19 ini sering menyebabkan pasien mengalami berbagai komplikasi pada pernapasan mereka.
Akibatnya, para pasien Covid-19 yang parah ini sering membutuhkan terapi oksigen dan intubasi, serta harus memakai ventilator.
Sebagian dokter mulai fokus pada terapi plasma darah yang ternyata ampuh memperbaiki kondisi pasien Covid-19 parah secara dramatis.
Peneliti lain menemukan bahwa menambahkan pengencer darah ke pengobatan Covid-19 dapat mencegah terjadinya pembekuan dan meningkatkan kesehatan pasien.
Baru-baru ini, ahli kanker yang menggunakan obat kanker darah menemukan bahwa penggunaan obat yang disebut Calquence bisa dipakai dalam pengobatan Covid-19.
Nama generik obat ini adalah acalabrutinib. Tapi yang diproduksi oleh AstraZeneca disebut dengan Calquence.
Calquence adalah sejenis inhibitor BTK yang akan memblokir protein BTK untuk memanggil limfosit (sel B) darah putih yang merupakan bagian dari sistem imun.
Dengan memblokir protein BTK, inhibitor BTK mampu mengurangi respons berlebihan sistem imun dalam memerangi virus Covid-19.
Pelepasan limfosit yang berlebihan oleh sistem imun tubuh untuk melawan virus, tidak hanya Covid-19, ini disebut dengan Badai Sitokin.
Badai Sitokin ini mampu menyebabkan kematian pada pasien Covid-19.
Sebelumnya, Calquence sudah terbukti efektif dalam melawan beberapa versi kanker darah dengan sedikit efek samping.
Calquence telah disetujui oleh Badan Pangan dan Obat (FDA) Amerika Serikat untuk mengobati limfoma sel mantel dan leukemia limfositik kronis.
Sayangnya, ada beberapa kelemahan menggunakan Calquence. Selain masih langka dan harganya yang mahal, Calquence hadir dalam bentuk kapsul.
Ini mungkin tidak menjadi masalah bagi pasien yang tidak diintubasi atau memakai ventilator. Tetapi menjadi masalah bagi kasus Covid-19 parah yang membutuhkan penggunaan ventilator.
Untuk mengatasi hal ini, peneliti menyarankan dokter untuk mencampur bubuk Calquence dengan minuman bersoda Coca-cola.
Minuman bersoda seperti Coca-cola atau Coke dikenal memiliki keasaman yang tepat untuk melarutkan Calquence. Campuran tersebut kemudian harus melewati tabung nasogastrik agar bisa dihirup pasien Covid-19.
Seorang apoteker di Rumah Sakit Penrose berhasil mengubah campuran tersebut menjadi aerosol. Dia mencampurkan obat itu dengan Diet Coke setelah mengocoknya tiga kali untuk mengurangi karbonasi.
Sumber: Boy Genius Report
Advertisement
Universitas Udayana Buka Suara Terkait Dugaan Perundungan Timothy Anugerah

UU BUMN 2025 Perkuat Transparansi dan Efisiensi Tata Kelola, Tegas Anggia Erma Rini

Masa Tunggu Haji Dipercepat, dari 40 Tahun Jadi 26 Tahun

Viral Laundry Majapahit yang Bayarnya Hanya Rp2000

NCII, Komunitas Warga Nigeria di Indonesia


Azizah Salsha di Usia 22 Tahun: Keinginanku Adalah Mencari Ketenangan
Throwback Serunya Dream Day Ramadan Fest bersama Royale Parfume Series by SoKlin Hijab

Benarkah Gaji Pensiunan PNS Naik Bulan Ini? Begini Penjelasan Resminya!

Timnas Padel Indonesia Wanita Cetak Sejarah Lolos ke 8 Besar FIP Asia Cup 2025

Hore, PLN Berikan Diskon Tambah Daya Listrik 50% Hingga 30 Oktober 2025

Clara Shinta Ungkap Rumah Tangganya di Ujung Tanduk, Akui Sulit Bertahan karena Komunikasi Buruk


Cara Cek Penerima Bansos BLT Oktober-November 2025 Rp900 Ribu